Rapat Kerja (Raker) hari kedua dalam rangka persiapan Pendidikan Khusus Pimpinan (Diksuspim) Majelis Pendidikan Dasar, Menengah, dan Pendidikan Nonformal (Dikdasmen PNF) Pimpinan Pusat Muhammadiyah, pada Senin (14/4/2025), berlangsung dengan penuh semangat dan produktif.
Dalam kesempatan ini, para peserta mendapat pengarahan langsung dari Prof. Suyanto, Pembina Majelis Dikdasmen PNF PP Muhammadiyah, yang memberikan penekanan penting terkait filosofi dan pendekatan dalam merancang pelatihan.
Suyanto membuka arahannya dengan mengingatkan para narasumber bahwa pelatihan yang akan diberikan bukan ditujukan kepada pemula, melainkan kepada para peserta dewasa yang sebagian besar telah memiliki pengalaman panjang dan menduduki posisi penting di lembaga atau institusi pendidikan Muhammadiyah.
Oleh karena itu, materi pelatihan harus dirancang dengan prinsip pembelajaran orang dewasa (andragogi), yaitu pendekatan yang menghormati pengalaman, mendorong partisipasi aktif, serta menempatkan peserta sebagai subjek dalam proses belajar.
“Para peserta adalah orang-orang dengan pengalaman luar biasa. Kita harus menghargai itu. Sampaikan materi yang tidak menggurui, tetapi mampu menggali dan mengembangkan pengalaman yang sudah mereka miliki,” tegas Suyanto.
Lebih lanjut, dia menekankan bahwa modul pelatihan harus bersifat terapan dan aplikatif. Materi yang bersifat teoretis dan bertele-tele harus dihindari karena berpotensi menimbulkan kejenuhan.
“Modul yang baik adalah modul yang mampu menginspirasi dan mengaktifkan pengalaman-pengalaman praktis peserta,” tegas Suyanto.
Dia juga memperkenalkan konsep Deep Learning sebagai pendekatan utama dalam proses pelatihan.
Suyanto menjelaskan bahwa pembelajaran harus melibatkan tiga dimensi utama: Mindful Learning (pembelajaran dengan kesadaran penuh), Meaningful Learning (pembelajaran yang bermakna dan kontekstual), serta Joyful Learning (pembelajaran yang menyenangkan dan menggugah semangat).

“Ketika ketiga elemen ini hadir dalam sebuah proses belajar, maka pelatihan bukan hanya menjadi kegiatan rutin, tapi menjadi pengalaman yang mengubah cara berpikir dan bertindak,” ujarnya.
Dalam arahannya, Suyanto kembali menegaskan pentingnya prinsip andragogi dalam pelatihan. Prinsip ini bukan hanya soal menghargai pengalaman peserta, tetapi juga melibatkan mereka dalam pembelajaran, menciptakan ruang diskusi, refleksi, dan kolaborasi.
“Narasumber diharapkan tidak hanya mentransfer pengetahuan, tetapi juga menjadi fasilitator dalam proses dialog antar peserta,” papar dia.
Tak kalah penting, pelatihan juga diharapkan mampu menciptakan kolaborasi aktif antar peserta. Interaksi antara narasumber dan peserta serta antara peserta dengan peserta lainnya sangat penting untuk memperkaya wawasan dan memperdalam pemahaman.
Dengan demikian, proses pelatihan menjadi arena berbagi praktik baik dan membangun jejaring antar pemimpin pendidikan Muhammadiyah di seluruh Indonesia.
Dalam dunia yang semakin digital, Suyanto mengingatkan bahwa teknologi harus diintegrasikan secara cerdas dalam proses pembelajaran.
Penggunaan video, gambar, dan media interaktif lainnya dapat memperkaya penyampaian materi, membangkitkan imajinasi, serta memfasilitasi pembelajaran visual dan auditori.
“Kita hidup di zaman digital. Gunakan teknologi untuk memperkuat pesan, bukan sekadar pemanis,” tuturnya.
Terakhir, Suyanto menekankan pentingnya menetapkan target konkret dalam pelatihan ini. Majelis Dikdasmen di tingkat PWM dan PDM harus menjadi motor inovasi di sekolah-sekolah Muhammadiyah dengan menawarkan nilai tambah yang jelas.
“Materi pelatihan harus memiliki keterbaruan, disusun secara bertahap, dan bisa diimplementasikan di masing-masing daerah dengan mempertimbangkan konteks lokal,” ujat dia.
Sebagai tindak lanjut, pada sesi raker hari kedua ini, seluruh peserta diminta untuk mulai merumuskan materi dan modul pelatihan.
Proses ini dilakukan secara kolaboratif, di mana setiap peserta dapat memberikan masukan terhadap rumusan materi dari peserta lainnya.
Kegiatan ini diharapkan melahirkan modul-modul pelatihan yang tidak hanya solid secara substansi, tetapi juga inspiratif, aplikatif, dan relevan dengan kebutuhan zaman.
Raker ini menjadi langkah awal yang sangat penting dalam mempersiapkan Diksuspim Dikdasmen PNF Muhammadiyah sebagai ruang kaderisasi pimpinan yang adaptif, visioner, dan mampu menjawab tantangan pendidikan ke depan.
Dengan semangat kolaborasi dan semangat pencerahan, Majelis Dikdasmen PNF PP Muhammadiyah siap melangkah menuju transformasi pendidikan yang lebih baik. (msf)