Rihlah Dakwah Majelis Tabligh PWM Jatim: Menelusuri Jejak Sejarah di Lawang Sewu

Rihlah Dakwah Majelis Tabligh PWM Jatim: Menelusuri Jejak Sejarah di Lawang Sewu

Menjejakkan kaki di Lawang Sewu, rombongan Majelis Tabligh PWM Jatim disambut kemegahan bangunan yang sarat sejarah. Di balik pintu-pintu besar dan lorong-lorong panjangnya, tersimpan kisah peradaban yang turut mengiringi perjalanan dakwah Islam di Indonesia. Lebih dari sekadar wisata, perjalanan ini menjadi refleksi akan pentingnya memahami masa lalu sebagai bekal menapaki masa depan.

“Gedung megah ini kira-kira dibangun tahun berapa, Pak?” tanya Hairul Warisin, salah seorang anggota Majelis Tabligh PWM Jawa Timur, saat menyusuri Lawang Sewu.

Dengan senyum ramah, Rohim, pemandu wisata, menjawab, “Menurut dokumen yang ada, sekitar tahun 1916-an, Pak.”

Hairul pun berseloroh, “Wah, Muhammadiyah sudah berusia empat tahun saat itu, berarti pantesan Kyai Dahlan sudah naik kereta!”

Candaannya disambut tawa hangat dari rombongan yang turut larut dalam perjalanan menelusuri sejarah di bangunan ikonik ini. Memang, dalam lintasan sejarah, kereta api menjadi bagian tak terpisahkan dari laku dakwah Kyai Dahlan dalam menyiarkan risalah Islam.

Perjalanan rombongan semakin menarik ketika mereka diajak menyelami sejarah panjang Lawang Sewu. Nama “Lawang Sewu,” yang secara harfiah berarti “seribu pintu,” menggambarkan banyaknya daun pintu yang ada di bangunan ini. Dibangun oleh Nederlandsch-Indische Spoorweg Maatschappij (NIS) pada masa kolonial Belanda, gedung ini awalnya berfungsi sebagai kantor pusat perusahaan kereta api.

Dengan arsitektur megah bergaya art deco, deretan jendela tinggi berwarna kaca patri, serta jumlah daun pintu yang mencapai 820, Lawang Sewu menjadi salah satu destinasi sejarah paling menarik di Jawa Tengah.

Cahaya matahari yang menembus sela-sela kaca patri menciptakan bayangan artistik di lantai marmer, menambah nuansa mistis pada bangunan ini. Pak Rohim dengan sabar menguraikan detail setiap lekuk bangunan megah tersebut. Ia menjelaskan bahwa meski nama “seribu pintu” hanya kiasan, simbolisme bangunan ini tetap kuat dalam sejarah arsitektur Indonesia.

Para peserta dengan antusias bertanya dan mendengarkan cerita panjang tentang gedung yang kini menjadi ikon wisata Semarang itu. Sesekali, suara langkah kaki menggema di koridor panjang yang dingin, menambah suasana eksotis dalam perjalanan wisata sejarah ini.

Tidak hanya Lawang Sewu, kunjungan rombongan juga dilanjutkan ke Monumen Kereta Api yang tak kalah sarat sejarah. Di sini, berbagai pernak-pernik kereta api dipamerkan, mulai dari bahan bakar kayu dan batu bara hingga tiket catutan (plong) yang terakhir kali digunakan pada 1990-an.

Rihlah Dakwah Majelis Tabligh PWM Jatim: Menelusuri Jejak Sejarah di Lawang Sewu
foto: majelistablig.id

“Melihat ini semua, terasa bagaimana perkembangan teknologi transportasi dari masa ke masa,” ujar salah seorang peserta sambil memegang replika tiket tua yang tampak menguning termakan usia.

Deretan foto meneer atau pejabat tinggi Belanda di bidang perkeretaapian sejak tahun 1910-an tergantung rapi di antara jajaran replika gerbong kereta. Setiap foto seolah menjadi saksi bisu perjalanan panjang perkeretaapian di Indonesia. Peserta rombongan pun tak melewatkan kesempatan untuk mengambil foto bersama di depan beberapa spot bersejarah yang ada di lokasi tersebut.

Angin semilir yang bertiup dari arah rel tua menambah kesan nostalgia, seakan membawa pengunjung kembali ke masa kolonial yang penuh cerita. Salah satu momen berkesan adalah ketika Irwan Hasan, anggota Majelis Tabligh PWM Jatim lainnya, berkomentar saat berpose di depan jajaran daun pintu Lawang Sewu.

“Teknologi zaman dulu sudah keren ya, kok semua tampak simetris setiap detailnya,” ujarnya kagum.

Kalimat tersebut seolah menggambarkan rasa takjub rombongan terhadap presisi arsitektur bangunan berusia lebih dari satu abad itu. Beberapa anggota rombongan tampak asyik berdiskusi, mencoba menghubungkan antara keindahan arsitektur Eropa dengan filosofi bangunan-bangunan Islam.

Tidak hanya berfoto dan mendengarkan cerita sejarah, rombongan juga mendapat pengalaman spesial dengan masuk ke salah satu kamar yang biasanya tertutup untuk umum. Ruangan itu gelap dan sejuk, dengan tembok tebal yang tetap kokoh meski telah melewati berbagai zaman.

Beberapa peserta mencoba menyentuh dinding tua yang terasa dingin, membayangkan berbagai peristiwa yang pernah terjadi di dalamnya. Tawaran istimewa dari Pak Rohim ini menambah rasa penasaran peserta yang semakin antusias mengeksplorasi setiap sudut bangunan.

Rohim kemudian menuturkan bahwa Lawang Sewu pernah menjadi saksi berbagai peristiwa sejarah, termasuk pertempuran sengit pada masa penjajahan Jepang dan kemerdekaan Indonesia. Kisah-kisah tersebut menambah dimensi historis yang kaya pada kunjungan ini.

Rihlah Dakwah Majelis Tabligh PWM Jatim: Menelusuri Jejak Sejarah di Lawang Sewu
foto: majelistabligh.id

Dengan suara yang penuh penghayatan, ia menggambarkan bagaimana gedung ini pernah menjadi lokasi pertahanan terakhir pejuang Indonesia dalam menghadapi serangan tentara Jepang. Suasana seketika menjadi hening, para peserta seperti larut dalam imajinasi membayangkan kegigihan para pahlawan.

“Wisata seperti ini membuat kami semakin menghargai sejarah bangsa,” ujar Kacong, panggilan karib dari M. Fauzan, anggota Majelis Tabligh yang asli Putra Madura. “Kami jadi paham bahwa setiap bangunan punya cerita yang layak dikenang.”

Sebagai penutup kunjungan, rombongan Majelis Tabligh PWM Jawa Timur melakukan sesi foto bersama di depan daun pintu besar Lawang Sewu yang ikonik. Dengan latar belakang bangunan megah tersebut, mereka meninggalkan kenangan manis dalam perjalanan penuh ilmu dan inspirasi ini.

Matahari yang mulai condong ke barat menambah keindahan suasana sore, membiaskan cahaya emas ke seluruh fasad bangunan, mengakhiri perjalanan sejarah yang tak hanya mengedukasi, tetapi juga menggetarkan hati setiap peserta. (m. roisuddin)

Untuk mendapatkan update cepat silakan berlangganan di Google News

 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *