Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah menggelar acara silaturahmi Idulfitri 1446 H yang dihadiri oleh seluruh jajaran pimpinan, majelis, lembaga, amal usaha, serta organisasi otonom (Ortom) yang berkantor di Yogyakarta, pada Sabtu (12/4/2025).
Acara ini tidak hanya sekadar pertemuan seremonial, namun menjadi momen penting untuk merefleksikan kembali semangat dan tujuan bersama dalam memajukan gerakan dakwah dan sosial Muhammadiyah-’Aisyiyah.
Ketua Umum PP Muhammadiyah Prof. Haedar Nashir dalam sambutannya mengajak seluruh keluarga besar Muhammadiyah untuk menjadikan bulan Syawal sebagai bulan pembaruan semangat dan amal.
“Kami atas nama PP Muhammadiyah menyampaikan mohon maaf lahir dan batin. Mudah-mudahan seluruh puasa kita di bulan Ramadan dan Idulfitri diterima oleh Allah SWT,” ujarnya di hadapan para peserta yang hadir
Haedar menjelaskan bahwa bulan Syawal bukan hanya merupakan bulan yang identik dengan tradisi silaturahmi, tetapi juga memiliki dimensi spiritual yang mendalam.
Menurutnya, silaturahmi memiliki peran penting dalam memperkuat jaringan persaudaraan, baik di level keluarga, persyarikatan, maupun kebangsaan. “Menghubungkan persaudaraan bukan hanya menghubungkan yang sudah berjalan, tapi juga yang terputus,” ungkapnya.
Dia juga menekankan pentingnya menjadikan Silaturahmi Idulfitri sebagai sumber energi baru untuk beramal. Ia berharap bahwa setelah berpuasa dan merayakan Idulfitri, anggota Muhammadiyah dapat lebih intens dalam menggerakkan organisasi dan meningkatkan kualitas amal sosialnya.
“Bagaimana kita setelah puasa, setelah Idulfitri berkiprah lebih intens lagi dan menggerakan Muhammadiyah-’Aisyiyah itu lebih maju lagi,” tambahnya.
Haedar mengungkapkan bahwa silaturahmi Idulfitri harus dipahami sebagai bagian dari ibadah yang memerlukan penghayatan makna yang lebih dalam.
“Silaturahmi ini terkait dengan ibadah kita yang memerlukan penghayatan makna yang lebih mendalam sekaligus transformasi nilai dari ibadah itu, sehingga berfungsi untuk menggerakkan energi yang baru,” jelasnya.
Lebih lanjut, Haedar menilai bahwa setiap pertemuan dalam silaturahmi tidak hanya sekadar ritual, melainkan harus menjadi ajang untuk memperbaharui komitmen dan semangat dalam ber-Muhammadiyah.
Dalam konteks ini, penting untuk mengukur apakah proses ibadah dan silaturahmi yang dilakukan selama Ramadan dan Idulfitri sudah membawa perubahan yang signifikan dalam kehidupan pribadi dan organisasi.
“Di situlah pentingnya kita menghayati seluruh makna yang terkait dengan ibadah maupun silaturahmi,” tegasnya.
Tradisi Silaturahmi yang Berakar pada Islam
Menurut Haedar, tradisi silaturahmi yang dilakukan umat Islam, termasuk di Muhammadiyah, memiliki akar yang kuat dalam ajaran Islam.
Silaturahmi bukan hanya sekadar menyambung tali persaudaraan, tetapi juga memperkuat karakter keislaman dan semangat rahmatan lil alamin.
“Menghubungkan persaudaraan baik senasab maupun di luar nasab merupakan panggilan kerahmatan untuk menyebar nilai-nilai luhur dalam diri dan hasil penghayatan keislaman,” katanya.
Sementara itu, Sekretaris PP Muhammadiyah Sayuti menuturkan bahwa acara silaturahmi kali ini sengaja dikemas secara sederhana.
Menurutnya, kesederhanaan tersebut bukan hanya bertujuan untuk efisiensi, tetapi juga untuk menciptakan suasana yang intim dan bermakna.
“Halal bi halal tahun ini kita buat sederhana bukan karena efisiensi, tapi karena kita ingin melihat intimasi kedekatan yang bermakna lebih,” ujar Sayuti.
Sayuti juga menekankan bahwa acara ini memiliki peran penting sebagai titik awal dalam memperbarui energi bagi setiap anggota Muhammadiyah untuk terus melaksanakan tugas-tugas organisasi yang semakin kompleks.
“Kita banyak berinteraksi dengan berbagai pihak baik internal maupun eksternal. Muhammadiyah sudah menjadi organisasi global, kerja keras adalah kunci kenapa kita bisa terus maju,” imbuhnya.
Silaturahmi Idulfitri kali ini bukan hanya sekadar rutinitas tahunan, tetapi juga menjadi bagian integral dalam pembentukan karakter organisasi yang kokoh dan adaptif terhadap perkembangan zaman.
Kehangatan silaturahmi dan pesan-pesan spiritual yang disampaikan menjadi penyegar sekaligus penguat langkah Muhammadiyah dalam menghadapi tantangan di masa depan.
“Kita harus selalu menjaga sinergi, profesionalitas, dan semangat kolektif untuk mencapai visi muktamar: menjadi gerakan Islam yang unggul, modern, dan berkemajuan,” ujar Sayuti.
Dengan meningkatnya kepercayaan publik terhadap Muhammadiyah, seluruh jajaran organisasi diharapkan dapat menjaga hubungan baik di berbagai lapisan masyarakat dan terus meningkatkan kualitas gerakan dakwah dan sosial yang ada.
Silaturahmi yang hangat dan penuh makna ini diharapkan menjadi energi baru yang dapat mendorong Muhammadiyah menjadi organisasi yang lebih unggul dan berkemajuan di masa yang akan datang.
Melalui silaturahmi yang intens dan penuh makna, Muhammadiyah bertekad untuk terus mengokohkan eksistensinya sebagai gerakan Islam yang memiliki pengaruh besar dalam kehidupan sosial dan keagamaan di Indonesia. (*/wh)