Di tengah kekhawatiran global terhadap pemanasan bumi dan kerusakan ozon, tim peneliti Universitas Muhammadiyah Sidoarjo (Umsida) memperkenalkan sebuah inovasi baru: sistem pendingin mobil tanpa freon. Inovasi ini memanfaatkan elemen Peltier dan dapat dikendalikan secara otomatis melalui aplikasi Android.
Tim yang terdiri dari Dr. Ir. Jamaaluddin, MM, Ir. Dwi Hadidjaja Rasjid Saputra, MT, dan Ahmad Bahruddin ini mempublikasikan hasil riset mereka dalam Jurnal CYCLOTRON Vol. 2 No. 1 Tahun 2019.
Teknologi ini diharapkan bisa menjadi alternatif pendingin kendaraan yang lebih ramah lingkungan, hemat energi, dan praktis.
“Selama ini, sistem AC pada mobil masih mengandalkan freon, yang termasuk golongan CFC. Sayangnya, senyawa ini sangat berbahaya bagi lingkungan karena bisa merusak lapisan ozon dan mempercepat efek rumah kaca,” ujar Jamaaluddin, ketua tim peneliti, seperti dilansir di laman resmi Umsida, pada Kamis (10/4/2025).
Penggunaan freon juga dinilai tidak efisien karena sistemnya kompleks, boros energi, dan mahal dalam perawatan. Oleh sebab itu, muncul kebutuhan akan solusi alternatif yang lebih sederhana, aman, dan berkelanjutan.
“Elemen Peltier kami pilih karena mampu menghasilkan efek pendinginan langsung saat dialiri arus listrik. Tidak butuh kompresor, tidak ada zat kimia, dan sangat efisien untuk kendaraan kecil,” tambah Ir. Dwi Hadidjaja.
Sistem ini menggunakan Arduino Nano sebagai otak pengendali, yang menerima perintah dari aplikasi Android melalui modul Bluetooth HC-05. Sensor suhu LM35 mendeteksi temperatur dalam kabin mobil dan membandingkannya dengan suhu target yang diatur pengguna.
Jika suhu aktual lebih tinggi, maka sistem otomatis menyalakan elemen Peltier dan kipas pendingin melalui relay.
“Pengguna cukup mengatur suhu lewat smartphone, lalu sistem akan bekerja otomatis. Jika suhu ideal sudah tercapai, maka sistem akan berhenti sendiri agar hemat energi,” jelas Ahmad Bahruddin.
Selain itu, sistem juga dilengkapi kipas pendingin untuk menjaga suhu sisi panas elemen Peltier agar tetap stabil, menjamin kinerja tetap optimal.
Dalam uji coba, suhu dalam ruang miniatur mobil berhasil diturunkan dari 40°C menjadi 27,9°C hanya dalam waktu sekitar 15 menit.
“Ini membuktikan bahwa meskipun ukurannya kecil, elemen Peltier punya potensi besar sebagai pendingin kendaraan masa depan,” lanjutnya.
Bluetooth HC-05 yang digunakan memiliki jangkauan efektif hingga 14 meter, cukup untuk ruang lingkup mobil pribadi. Aplikasi Android yang dikembangkan juga memberikan antarmuka yang mudah digunakan, sehingga pengguna bisa mengontrol suhu kabin kapan saja.
Kelebihan sistem ini adalah tidak menggunakan komponen bergerak seperti kompresor, tidak ada risiko kebocoran freon, serta bebas dari bahan kimia berbahaya. Ini membuat teknologi pendingin ini lebih aman, ramah lingkungan, dan minim perawatan.
“Kami percaya, sistem pendingin berbasis Peltier ini dapat menjadi pelengkap atau bahkan pengganti sistem AC konvensional, terutama pada mobil listrik, kabin alat berat, kontainer makanan portable, atau bahkan ruang kecil seperti bilik kerja mobile,” ujar Jamaaluddin.
Inovasi ini juga sejalan dengan komitmen Umsida dalam mengembangkan teknologi aplikatif yang menjawab tantangan masa depan.
“Kami tidak hanya ingin berinovasi, tapi juga menghadirkan solusi nyata untuk lingkungan yang lebih baik,” pungkasnya. (*/wh)
bisakah dijelaskan lebih mendetail konsruksi dan penginstalan perangkat ini pada mobil yang sebelumnya menggunakan pendingin convensional/conpresor/freon,,
bisakah dijelaskan lebih mendetail konsruksi dan penginstalan perangkat ini pada mobil yang sebelumnya menggunakan pendingin convensional/compresor/freon,,