Ustaz Adi Hidayat Jelaskan Peran Wasathiyah dalam Membangun Umat Terbaik

Ustaz Adi Hidayat Jelaskan Peran Wasathiyah dalam Membangun Umat Terbaik

Dalam Pengajian Ramadan Pimpinan Pusat Muhammadiyah yang digelar di Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY) pada Senin (3/3/2025), Ustaz Adi Hidayat (UAH) menegaskan bahwa prinsip wasathiyah atau moderasi dalam Islam merupakan kunci utama dalam membentuk umat terbaik (khair ummah).

Dalam ceramahnya, Wakil Ketua Majelis Tabligh Pimpinan Pusat Muhammadiyah ini menjelaskan bahwa umat terbaik terbentuk melalui proses transformasi dari kondisi jahiliah menuju peradaban yang lebih baik berdasarkan nilai-nilai Al-Qur’an.

Menurutnya, konsep khair ummah yang disebut dalam Surah Ali Imran ayat 110 tidak bisa dipahami secara terpisah, melainkan harus dikaitkan dengan ayat-ayat lain yang menekankan pentingnya iman, takwa, dan amal saleh.

“Kajian tafsir tidak bisa hanya berdiri pada satu ayat. Harus dikaji dalam konteks yang lebih luas agar pemahaman kita utuh dan menyeluruh,” ujar Ustaz Adi Hidayat dalam ceramahnya seperti dilansir di laman resmi PP Muhammadiyah, pada Selasa (4/3/2025).

Ia juga menekankan bahwa prinsip wasathiyah tidak hanya diterapkan dalam pemahaman agama, tetapi juga dalam kehidupan sosial. Moderasi Islam, menurutnya, mencerminkan keseimbangan antara aspek spiritual dan kehidupan duniawi, sehingga umat Islam dapat menjadi teladan di berbagai bidang kehidupan.

“Wasathiyah bukan berarti netral atau abu-abu, tetapi berarti adil dan seimbang. Inilah yang menjadi ciri khas umat terbaik yang dicontohkan Rasulullah,” tegasnya.

Dalam kesempatan itu, Ustaz Adi juga mengulas pemikiran Kiai Ahmad Dahlan dalam membangun Muhammadiyah sebagai gerakan Islam yang menerapkan nilai-nilai Al-Qur’an dalam kehidupan nyata.

Dia menjelaskan bahwa Kiai Ahmad Dahlan tidak hanya menekankan aspek ibadah ritual, tetapi juga mendorong penerapan Islam dalam kehidupan sosial, pendidikan, dan kesehatan.

“Ini yang membuat Muhammadiyah berkembang pesat, karena nilai-nilai Islam tidak hanya diajarkan, tetapi juga diwujudkan dalam bentuk amal usaha,” kata Ustaz Adi.

Selain itu, ia menyoroti perbedaan antara konsep iqra’ dan tilawah dalam Al-Qur’an. Menurutnya, iqra’ berarti membaca secara tekstual, sementara tilawah mencakup pemahaman yang lebih mendalam serta pengamalan dalam kehidupan sehari-hari.

“Inilah yang diterapkan dalam pendidikan Muhammadiyah, dari TK hingga perguruan tinggi. Anak-anak dididik tidak hanya untuk membaca, tetapi juga memahami dan mengamalkan ajaran Islam dalam keseharian mereka,” ungkapnya.

Sebagai penutup, Ustaz Adi menegaskan bahwa wasathiyah dalam Muhammadiyah bukan sekadar konsep teoritis, tetapi harus diimplementasikan dalam kehidupan nyata. Ia berharap prinsip ini terus menjadi landasan bagi Muhammadiyah dalam membangun peradaban Islam yang berkemajuan.

“Jika kita benar-benar menerapkan prinsip wasathiyah dalam kehidupan beragama dan bermasyarakat, maka kita akan mampu menjadi umat terbaik yang membawa manfaat bagi semua,” pungkasnya. (*/wh)

 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *