Waspadai Microsleep Saat Arus Balik, Ini 7 Tips dari Dosen UM Surabaya

Waspadai Microsleep Saat Arus Balik, Ini 7 Tips dari Dosen UM Surabaya

Perjalanan panjang saat arus balik, khususnya pasca libur Lebaran, kerap menjadi tantangan tersendiri bagi para pengendara.  Kondisi fisik yang sudah mulai lelah, medan jalan yang monoton seperti jalan tol, serta waktu tempuh yang panjang bisa menyebabkan pengemudi kehilangan fokus bahkan tertidur sesaat tanpa disadari. Fenomena ini dikenal dengan istilah microsleep dan highway hypnosis.

Dede Nasrullah, Dosen Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Surabaya (UM Surabaya), mengingatkan masyarakat agar lebih waspada terhadap dua kondisi berbahaya tersebut.

“Highway hypnosis adalah kondisi di mana otak pengemudi seolah “terhipnotis” karena suasana berkendara yang terlalu monoton. Hal ini membuat pengemudi berada dalam keadaan setengah sadar, tidak benar-benar fokus, dan kehilangan detail perjalanan yang baru saja dilalui,” katanya seperti dilansir di laman resmu UM Surabaya pada Sabtu (5/4/2025).

Sementara itu, terang Dede, microsleep merupakan kondisi yang lebih ekstrem, yakni hilangnya kesadaran secara tiba-tiba selama sepersekian detik hingga beberapa detik.

“Meski berlangsung sangat singkat, microsleep sangat berbahaya karena dapat membuat pengendara kehilangan kendali atas kendaraan,” ujarnya.

Menurut Dede, beberapa gejala awal yang patut diwaspadai meliputi rasa kantuk yang tiba-tiba, berkurangnya konsentrasi, pikiran melayang atau kosong, kelopak mata terasa berat, sering menguap, hingga waktu yang terasa berjalan sangat lambat.

Agar perjalanan arus balik tetap aman dan nyaman, Dede membagikan tujuh langkah efektif yang bisa dilakukan untuk mencegah terjadinya microsleep dan highway hypnosis:

1. Jaga Interaksi dan Komunikasi Selama Berkendara

Melibatkan diri dalam percakapan ringan dengan penumpang bisa menjadi salah satu cara untuk mengusir kebosanan dan mencegah kantuk. Obrolan ringan dapat membantu otak tetap aktif dan menghindari kejenuhan akibat suasana berkendara yang monoton.

“Pengemudi cukup melakukan komunikasi sederhana dengan penumpang untuk menghindari rasa bosan,” ujar Dede.

2. Berhenti dan Istirahat Secara Berkala

Mengemudi dalam waktu lama tanpa henti dapat mempercepat kelelahan, baik secara fisik maupun mental. Oleh karena itu, penting bagi pengemudi untuk beristirahat setiap dua hingga tiga jam perjalanan.

Berhenti di rest area, berjalan kaki ringan, atau sekadar meregangkan badan dapat membantu menyegarkan kembali pikiran.

3. Konsumsi Kafein Saat Mengantuk

Minuman berkafein seperti kopi atau teh bisa menjadi pilihan untuk mengusir rasa kantuk. Kafein diketahui dapat meningkatkan konsentrasi dalam jangka pendek. Selain itu, ngemil makanan ringan atau mengunyah permen juga bisa membantu menjaga kesadaran dan membuat mulut tetap aktif, sehingga mengurangi rasa kantuk.

4. Hindari Makan Terlalu Kenyang Sebelum Berkendara

Mengonsumsi makanan dalam porsi besar sebelum mengemudi bisa menyebabkan rasa kantuk. Sistem pencernaan yang bekerja ekstra keras akan menarik energi tubuh, sehingga membuat tubuh merasa lesu.

Dede menyarankan agar pengemudi makan secukupnya dan memilih makanan ringan jika hendak melakukan perjalanan panjang.

5. Arahkan Pandangan ke Luar Sambil Tetap Waspada

Melihat suasana di luar kendaraan dapat membantu otak merespons rangsangan visual yang berbeda, sehingga mengurangi rasa bosan. Namun penting untuk tetap menjaga fokus dan waspada terhadap jalan serta kondisi lalu lintas.

“Lepaskanlah pandangan keluar mobil dan cari sesuatu yang menarik perhatian supaya tidak cepat bosan, tapi tetap usahakan untuk fokus menyetir,” jelas Dede.

6. Jauhi Alkohol dan Obat-Obatan yang Menurunkan Kesadaran

Zat-zat tertentu seperti alkohol atau obat penenang dapat memperlambat refleks dan menurunkan tingkat kesadaran. Dede menegaskan bahwa pengemudi harus benar-benar menghindari konsumsi zat semacam ini sebelum dan selama mengemudi.

7. Tidur Cukup Sebelum Perjalanan

Persiapan fisik yang paling utama adalah tidur cukup sebelum melakukan perjalanan. Idealnya, pengemudi tidur selama 7 hingga 9 jam di malam sebelumnya.

Tidur yang cukup akan membuat tubuh lebih segar, konsentrasi meningkat, dan reaksi tubuh terhadap situasi darurat menjadi lebih cepat.

Dede menutup penjelasannya dengan menekankan bahwa keselamatan adalah prioritas utama dalam berkendara. “Lebih baik terlambat sampai tujuan daripada memaksakan diri dan membahayakan diri sendiri serta penumpang,” ujarnya.

Dengan memahami dan menerapkan tujuh langkah di atas, diharapkan para pengendara dapat meminimalisir risiko kecelakaan selama arus balik. Tetap waspada, jaga kondisi tubuh, dan utamakan keselamatan dalam setiap perjalanan Anda. (wh)

 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *