*) Oleh: Ferry Is Mirza DM
Jumat Mubarak,
Akhir tahun Masehi 2024 empat hari lagi berganti 2025. Kali ini, saya akan membahas bagaimana Islam menjadi jati diri dan bagaimana seseorang dapat menjadi muslim seutuhnya.
Tulisan ini menjadi nasihat bagi penulis sendiri dan kaum muslimin, supaya mempunyai jati diri atau karakter sebagaimana yang diinginkan oleh Allah Subhânahu Wa Ta’ala dan Rasulallah shalallahu alaihi wasallam.
Nasihat ini terlebih dibutuhkan di momen akhir tahun, dimana banyak kaum muslimin yang jati dirinya terasa memudar akibat kesalahpahaman tentang konsep toleransi.
Memudarnya Keutuhan Iman
Setiap menjelang akhir tahun Masehi, umat muslim sering dihadapkan pada godaan mengikuti tradisi perayaan.
Seperti Natal dan Tahun Baru dengan ikut merayakannya, mengucapkan selamat atas perayaan tersebut, mengenakan atribut khasnya, seperti: topi Santa Claus, pohon natal, terompet, kembang api, dan semacamnya.
Islam tidak melarang berbuat baik kepada nonmuslim selama tidak melanggar syariat, seperti menjalin hubungan dan berbuat baik, memberi hadiah, atau menghormati perayaan mereka tanpa ikut serta di dalamnya.
Islam mendorong umatnya untuk menjadi teladan dalam kebaikan dan kedamaian tanpa menodai akidah umatnya. Toleransi tidak berarti harus mengorbankan prinsip agama. Maka, jadilah muslim seutuhnya.
Percaya Diri Menjadi Muslim
Bangga menjadi muslim adalah salahsatu cara untuk menjaga identitas. Kepercayaan diri ini tumbuh dari keyakinan bahwa Islam adalah agama yang sempurna dan mencakup seluruh aspek kehidupan.
Allah Ta’ala berfirman:
“Pada hari ini, telah Kusempurnakan untuk kalian agama kalian, dan telah Kucukupkan kepada kalian nikmat-Ku, dan telah Kuridai Islam itu jadi agama bagi kalian.” (QS. Al-Maidah: 3)
Ketika seorang muslim percaya pada nilai-nilai Islam, ia tidak akan tergoda untuk meniru gaya hidup atau kebiasaan yang bertentangan dengan ajaran agama Islam.
Sebaliknya, jika ada seorang muslim yang meniru hewan, setan, lawan jenis, maupun nonmuslim, bukankah sama saja ia tidak bersyukur atas nikmat akal, kemuliaan, jenis kelamin, dan keimanan yang diberikan Allah kepadanya
Allah Ta’ala telah memuliakan umat Islam dengan memberikan berbagai keistimewaan yang tidak diberikan kepada umat atau makhluk lainnya.
Kemuliaan ini bukan hanya sekadar penghargaan, tetapi juga tanggung jawab besar yang harus dijaga dan dipelihara.
Muslim Punya Jati Diri
Jati diri atau karakter adalah suatu konsep yang menggambarkan siapa diri kita sebenarnya, nilai-nilai yang kita anut, serta bagaimana kita berperilaku berdasarkan prinsip- prinsip tersebut.
Bagi seorang muslim, jati diri yang sejati adalah ketika Islam tidak hanya sekadar label atau identitas yang melekat, tetapi menjadi fondasi yang membentuk cara hidupnya.
Di tengah arus modernitas dan globalisasi, banyak nilai-nilai yang bertentangan dengan prinsip-prinsip Islam.
Oleh karenanya, seorang muslim dituntut mempunyai jati diri yang jelas juga tangguh agar tidak asal-asalan mengikuti tren, gaya, dan corak yang tidak semestinya menjadi ciri khas seorang muslim.
Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda:
“Barangsiapa yang menyerupai suatu kaum, maka dia termasuk dari golongannya.”
(HR. Abu Daud 4031 Irwa’ul Gholil 1269)
Maka dari itulah, banyak sekali ayat di dalam Al-Qur’an dan juga hadis-hadis Rasulullah shallallahu alaihi wasallam yang melarang umat muslim untuk meniru ciri khas yang semestinya tidak mereka tiru, entah itu meniru atau menyerupai hewan, lawan jenis, setan, atau pun nonmuslim. (*)
Untuk mendapatkan update cepat silakan berlangganan di Google News