Ustaz Fahmi Salim Zubair, anggota Majelis Tabligh Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah, menjelaskan bahwa internasionalisasi gerakan Muhammadiyah harus berlandaskan nilai-nilai yang terkandung dalam salat.
Menurutnya, para ulama modern sepakat bahwa awal penyebaran risalah Islam secara global dimulai saat Rasulullah saw melakukan peristiwa Isra Miraj. Dalam peristiwa tersebut, konsep dakwah yang bersifat universal pertama kali dihadirkan.
Isra Miraj juga menandai momen penting internasionalisasi Islam yang bermula di Baitul Maqdis.
Hal ini diungkapkan Ustaz Fahmi dalam Pengajian Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah bertema “Salat dan Mi’raj Peradaban” di Gedung Dakwah Muhammadiyah Jakarta, pada Jumat (17/1/2025).
Ustaza Fahmi menekankan bahwa gerakan Muhammadiyah yang mengusung Islam berkemajuan harus didasari oleh nilai-nilai salat.
Mengutip sebuah hadis, Ustaz Fahmi menyebut bahwa Islam memiliki simpul-simpul yang akan runtuh satu per satu, dengan simpul terakhir yang tetap bertahan adalah salat.
Oleh karena itu, salat menjadi benteng terakhir umat Islam, yang Allah SWT syariatkan melalui peristiwa penting Isra Miraj.
Selain menjaga ketenangan jiwa, salat juga dapat menjadi pelajaran tentang etos kerja. Ustaz Fahmi menjelaskan bahwa peradaban besar di dunia tidak akan lahir tanpa individu dan bangsa yang memiliki semangat kerja tinggi.
Salat mengajarkan disiplin dan tanggung jawab, karena waktunya telah ditentukan. Lebih dari itu, salat meningkatkan produktivitas, efisiensi, dan mengajarkan nilai kejujuran, solidaritas, serta integritas.
Manfaat lainnya, salat dapat menanamkan nilai spiritual, meningkatkan kesehatan mental, memperkuat rasa syukur, dan menumbuhkan optimisme.
Dengan demikian, salat bukan hanya ibadah ritual, tetapi juga kunci pembentukan peradaban unggul. (adit)
Untuk mendapatkan update cepat silakan berlangganan di Google News