*) Oleh: Ferry Is Mirza DM
Waktu terus berjalan, tanpa pernah berhenti atau kembali. Apa yang kita nikmati hari ini belum tentu dapat kita rasakan esok hari.
Namun, sayangnya, banyak dari kita yang masih menyia-nyiakan anugerah waktu dengan melakukan hal-hal yang tidak bermanfaat.
Padahal, setiap tarikan dan hembusan nafas adalah langkah pasti menuju akhir hidup kita di dunia ini.
Sadarilah, bahwa dalam setiap nafas kita, terdapat ketetapan Allah Azza wa Jalla yang berlaku.
Karena itu, mari kita menjaga setiap detiknya agar tetap dalam keimanan dan ketaatan kepada-Nya, menjauhkan diri dari maksiat dan perbuatan dosa.
Setiap detik kehidupan adalah kesempatan untuk mendekatkan diri kepada-Nya dan mengumpulkan bekal amal shalih.
Bekal untuk Perjalanan Tak Berujung
Orang yang akan melakukan perjalanan jauh tentu mempersiapkan perbekalan yang cukup. Lalu, mengapa kita tidak menyiapkan bekal untuk perjalanan akhirat, sebuah perjalanan yang tidak berujung?
Kehidupan dunia hanyalah tempat persinggahan sementara. Sedangkan akhirat adalah tempat kembali yang abadi, tempat di mana manusia terbagi menjadi dua golongan: penghuni surga (ashhabul jannah) dan penghuni neraka (ashhabul jahim).
Allah Azza wa Jalla berfirman:
“Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap diri memerhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat), dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.”
(QS. Al-Hasyr: 18)
Ibnu Katsir rahimahullah menafsirkan ayat ini:
“Hisablah diri kalian sebelum dihisab. Perhatikanlah apa yang sudah kalian siapkan dari amal shalih untuk hari kebangkitan, yang akan dipaparkan di hadapan Rabb kalian.”
(Tafsir Al-‘Aliyil Qadir, 4/339)
Waktu Adalah Karunia yang Tak Akan Kembali
Waktu adalah salah satu nikmat terbesar yang seringkali diabaikan. Saat waktu berlalu, ajal semakin mendekat. Nabi Muhammad shallallahu alaihi wasallam bersabda:
“Tidak akan bergeser kaki manusia di hari kiamat dari sisi Rabbnya hingga ia ditanya tentang lima hal: tentang umurnya, untuk apa ia habiskan; tentang masa mudanya, bagaimana ia lalui; tentang hartanya, dari mana ia peroleh dan dalam apa ia belanjakan; serta tentang apa yang ia amalkan dari ilmu yang ia ketahui.” (HR. At-Tirmidzi)
Betapa sering kita mendengar ungkapan seperti, “Mumpung masih muda, puas-puaskanlah bersenang-senang. Nanti saat tua, kita bertobat.”
Sungguh, pemikiran seperti ini sangat keliru. Tidak ada yang tahu berapa lama kita akan hidup. Bahkan jika diberi umur panjang, apakah ada jaminan seseorang akan bertaubat di masa tuanya? Ataukah justru ia semakin larut dalam dosa?
Ibnul Qayyim rahimahullah berkata:
“Sesungguhnya angan-angan adalah modal utama orang-orang yang bangkrut.”
(Ma’alim Fi Thariqi Thalabil ‘Ilmi, hlm. 32)
Abdullah bin Umar radhiallahu ‘anhuma pernah memberikan nasihat bijak:
“Apabila engkau berada di waktu sore, janganlah menunda beramal hingga pagi. Dan jika engkau berada di waktu pagi, janganlah menunda beramal hingga sore. Gunakan masa sehatmu untuk mempersiapkan masa sakitmu, dan manfaatkan kesempatan hidupmu sebelum datang kematianmu.” (HR. Al-Bukhari)
Jangan Tunda Amal, Sebelum Waktu Habis
Selagi kesempatan masih diberikan oleh Allah Azza wa Jalla, jangan pernah menunda-nunda amal. Jangan tunggu hingga ajal menjemput, saat betis bertaut dengan betis, lisan terkunci kaku, dan tubuh tak lagi mampu bergerak. Penyesalan di akhir hayat tidak akan mengubah apa pun.
Semoga Allah Azza wa Jalla mengaruniakan hidayah kepada kita, sehingga kita senantiasa istiqamah dalam memanfaatkan setiap tarikan dan hembusan nafas untuk meraih rida-Nya. Mari menjadikan hidup ini sebagai ladang amal untuk bekal kehidupan abadi di akhirat.
Aamiin yaa Rabbal ‘Aalamiin. (*)
Untuk mendapatkan update cepat silakan berlangganan di Google News