Ketua PW Aisyiyah Jawa Timur Soroti Masalah Masjid yang Kurang Ramah Anak dan Lansia

Ketua PW Aisyiyah Jawa Timur Soroti Masalah Masjid yang Kurang Ramah Anak dan Lansia

Ketua Pimpinan Wilayah (PW) Aisyiyah Jawa Timur, Hj. Rukmini, mengungkapkan sejumlah persoalan yang dihadapi oleh banyak masjid di daerah terkait dengan aksesibilitas dan kenyamanan bagi berbagai kalangan. Hj. Rukmini menyoroti bahwa banyak masjid yang masih belum ramah terhadap anak-anak, yang seharusnya menjadi bagian penting dalam dakwah dan pengembangan generasi muda.

“Masjid seharusnya menjadi tempat yang nyaman dan ramah untuk anak-anak. Namun, kenyataannya banyak masjid yang tidak dapat menerima kehadiran mereka dengan baik. Anak-anak yang sedikit gaduh seringkali dilarang oleh pengurus takmir, sehingga mereka merasa takut untuk datang ke masjid,” ujar Hj. Rukmini dalam Diskusi #2Majelistabligh.id bertajuk “Mewujudkan Masjid sebagai Pusat Peradaban” di Kantor Pimpinan Wilayah Muhammadiyah (PWM) Jatim, Jalan Kertomenanggal IV/1, Surabaya, Jumat (31/1/2025).

Ia menambahkan, ini menjadi masalah serius karena masjid seharusnya bisa menjadi tempat yang mengajarkan kedamaian dan kehangatan, termasuk bagi generasi penerus umat.

Hj. Rukmini melanjutkan, selain anak-anak, masjid juga harus lebih peka terhadap kebutuhan kalangan remaja, seperti organisasi-organisasi pelajar dan mahasiswa, seperti Ikatan Pelajar Muhammadiyah (IPM) dan Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM).

Menurutnya, banyak kalangan remaja yang justru enggan mendekat ke masjid, dan lebih memilih tempat-tempat lain seperti kafe untuk mengadakan pertemuan atau rapat.

“Faktanya, mereka lebih memilih berkumpul di kafe-kafe. Seharusnya masjid bisa menyediakan fasilitas yang menarik bagi mereka, seperti tempat yang nyaman untuk diskusi, sehingga mereka bisa lebih mudah kita pantau dan arahkan,” imbuh Hj. Rukmini.

Menurutnya, belum ada masjid yang benar-benar ramah bagi kaum lanjut usia (lansia), terutama terkait fasilitas yang memadai.

“Banyak masjid yang memiliki kondisi yang tidak mendukung kenyamanan lansia, seperti toilet yang licin dan sulit diakses. Ini jelas menunjukkan bahwa masjid belum sepenuhnya ramah terhadap lansia,” ungkapnya.

Selain itu, ia juga menyatakan bahwa tema dakwah yang disampaikan di masjid masih seringkali terasa generik dan tidak terfokus.

“Masjid seharusnya memiliki tema dakwah yang lebih tematik, yang dapat menyentuh berbagai aspek kehidupan masyarakat. Tema-tema yang disampaikan sering kali terlalu umum dan tidak sesuai dengan kebutuhan zaman,” tambahnya.

Menurutnya, tema dakwah yang lebih tematik dan relevan dengan isu-isu sosial yang berkembang akan lebih menarik perhatian jamaah, serta dapat membuat masjid menjadi tempat yang lebih dinamis dan berperan aktif dalam masyarakat.

Dengan demikian, dakwah yang dilakukan di masjid tidak hanya sebatas ritual keagamaan, tetapi juga dapat memberikan solusi atas berbagai persoalan yang ada di masyarakat.

Hj. Rukmini  berharap agar ke depan, masjid dapat lebih adaptif dan responsif terhadap kebutuhan semua kalangan, baik anak-anak, remaja, maupun lansia.

“Masjid harus bisa menjadi tempat yang inklusif, yang tidak hanya terbuka untuk orang dewasa, tetapi juga menyambut dengan hangat setiap lapisan masyarakat, termasuk anak-anak dan lansia,” tutup Hj. Rukmini.

Pernyataan ini menjadi seruan agar masjid-masjid di Jawa Timur dan di seluruh Indonesia lebih memperhatikan aspek kenyamanan dan keberagaman dalam mendukung dakwah yang holistik dan merangkul semua lapisan masyarakat. (m.roissudin)

Untuk mendapatkan update cepat silakan berlangganan di Google News

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *