Menghadapi Ujian Hidup dengan Sabar dan Syukur

Menghadapi Ujian Hidup dengan Sabar dan Syukur

*)Oleh: Siti Aliffah
Peserta Sekolah Tabligh PWM Jawa Tengah

Tidak bisa dipungkiri bahwa dalam hidup, setiap manusia pasti mengalami kematian, musibah, kehilangan, hinaan, bahkan beragam ujian lainnya yang bisa menimbulkan kesedihan. Banyak yang merasa sedih karena penampilan fisiknya, keadaan hidupnya, atau bahkan nasib yang dianggap tidak menguntungkan.

Ada juga yang merasa terpuruk karena kelemahan dirinya, sedikitnya ibadah, atau kurangnya keimanan. Di tengah kondisi seperti ini, berita-berita yang mengandung hoax dan informasi yang menimbulkan kecemasan, ketakutan, dan kepanikan semakin memperburuk keadaan.

Namun, seperti yang pernah disampaikan oleh Ibnu Sina, “Kepanikan adalah separuh dari penyakit. Ketenangan adalah separuh dari obat. Dan kesabaran adalah awal dari kesembuhan.”

Oleh karena itu, di tengah berbagai ujian hidup, seharusnya kita lebih fokus untuk menyebarkan pesan ketenangan dan kebaikan agar rasa cemas dan panik bisa digantikan dengan optimisme dan harapan.

Sebagai umat yang beriman, kita meyakini bahwa setiap kejadian dalam hidup—baik suka maupun duka—merupakan ujian dari Allah SWT. Ujian ini adalah bagian dari konsekuensi keimanan kita.

Dunia ini memang tempat ujian, sebagaimana dijelaskan dalam firman Allah dalam Surah Al-Anbiya ayat 35: “Dan Kami akan menguji kalian dengan kesempitan dan kenikmatan, untuk menguji iman kalian. Dan hanya kepada Kamilah kalian akan kembali.”

Melalui ujian-ujian ini, Allah menilai siapa di antara hamba-Nya yang terbaik amalnya (QS. Al-Mulk: 2).

Kunci untuk lulus dari ujian tersebut adalah dengan dua sikap: syukur ketika diberi kenikmatan dan sabar ketika diberi musibah. Sebagaimana yang dikatakan oleh Ikrimah r.a.: “Setiap insan pasti akan merasakan suka dan duka, maka jadikanlah sukamu sebagai syukur dan dukamu sebagai sabar.”

Dengan mengedepankan sikap syukur dan sabar, seorang mukmin akan mendapatkan penghargaan dari Allah dan Rasul-Nya. Sebagaimana sabda Rasulullah SAW, “Sungguh menakjubkan keadaan seorang mukmin, semua urusannya mendatangkan kebaikan. Jika ia mendapatkan kesenangan, ia bersyukur, maka itu baik baginya. Jika ia mendapat kesusahan, ia bersabar, maka itu pun baik baginya” (HR. Muslim, no. 2999).

Kesenangan dan kesedihan adalah bagian dari takdir Allah yang mewarnai kehidupan setiap insan.

Ketika kesedihan datang menghampiri, kita sering kali lupa bahwa Allah senantiasa bersama kita. Dalam kondisi seperti ini, kita diperintahkan untuk selalu mengingat Allah.

Allah berfirman dalam Surah Ar-Ra’d ayat 28, “Ingatlah, hanya dengan mengingat Allah-lah hati menjadi tenteram.” Bahkan di tengah kesulitan, Allah tetap memerintahkan kita untuk merasa gembira, sebagaimana yang dikatakan kepada ibu Siti Maryam dalam Surah Maryam: 26, “Makanlah, minumlah, dan bergembiralah.”

Islam datang dengan petunjuk hidup yang diturunkan melalui Al-Qur’an untuk membawa kebahagiaan, bukan untuk menyusahkan umatnya. Allah berfirman dalam Surah Thaha ayat 2, “Kami tidak menurunkan Al-Qur’an ini kepadamu untuk membuatmu susah.”

Bahkan dalam situasi yang penuh ujian seperti yang dialami oleh Nabi Musa, Nabi Syu’aib memberikan semangat dengan mengatakan, “Janganlah kamu takut, kamu telah selamat dari orang-orang dzalim itu” (QS. Al-Qashash: 25).

Begitu juga saat orang-orang kafir berusaha membunuh Rasulullah SAW, beliau berkata kepada Abu Bakar Ash-Shidiq yang tampak cemas, “Janganlah bersedih, sesungguhnya Allah akan bersama kita” (QS. At-Tawbah: 40).

Begitu juga dalam kehidupan kita, ketika kita merasa bersalah, Allah mengingatkan untuk tidak berputus asa dari rahmat-Nya. Allah berfirman dalam Surah Az-Zumar ayat 53,

“Janganlah berputus asa dari rahmat Allah, sesungguhnya Allah mengampuni dosa-dosa semuanya.” Ketika seseorang tertimpa penyakit, kita juga diingatkan untuk tidak takut atau merasa sedih. Dengan sabar dan ikhlas, penyakit tersebut bisa menjadi jalan menuju kebaikan, sebagaimana sabda Rasulullah SAW: “Tidaklah seorang muslim tertimpa suatu penyakit, kecuali Allah akan mengugurkan dosanya seperti pohon yang mengugurkan daun-daunnya” (HR. Bukhari, no. 2648).

Begitu juga bagi mereka yang meninggal dunia karena penyakit, setelah berikhtiar dengan penuh keimanan, mereka akan mendapatkan pahala seperti orang yang mati syahid. Sebagaimana sabda Rasulullah SAW yang diriwayatkan oleh Aisyah r.a.: “Tidak ada seorang pun yang tertimpa wabah thaun dan tetap sabar, mengharap pahala, mengetahui bahwa tidak ada musibah yang menimpanya kecuali apa yang telah ditetapkan Allah, kecuali dia mendapatkan pahala seperti orang yang mati syahid” (HR. Bukhari, no. 3474).

Merenungi ayat-ayat tersebut, dapat kita lihat bahwa kata-kata yang bernada kesedihan dalam Al-Qur’an selalu diiringi dengan larangan. Hal ini menunjukkan bahwa Islam sebenarnya tidak menginginkan umatnya merasa sedih. Kesedihan adalah keadaan yang tidak menyenangkan, yang tidak memberikan manfaat bagi hati.

Bahkan setan sangat menyukai keadaan hamba yang sedang bersedih, karena hal itu akan memudahkan setan untuk menghentikan rutinitas amal baiknya. Allah berfirman dalam Surah Al-Mujadilah ayat 10, “Sesungguhnya pembicaraan bisik-bisik itu hanyalah dorongan dari setan untuk menjadikan hati orang-orang beriman sedih.”

Dengan kepatuhan kepada ulama dan terus beramal dengan istiqamah, meski dalam keadaan sakit atau sedang bepergian, kita tetap mendapatkan pahala yang sama seperti ketika kita sehat dan tinggal di rumah. Sebagaimana yang disampaikan dalam hadits, “Jika seorang hamba sakit atau bepergian, dicatat baginya pahala sebagaimana kebiasaannya ketika sehat” (HR. Bukhari, no. 2996).

Subhanallah, betapa indahnya Islam yang menginginkan umatnya selalu bahagia, dengan banyaknya limpahan pahala dan rahmat-Nya bagi setiap hamba yang beriman dan taat kepada-Nya. Allah tidak ingin hamba-Nya merasa sedih atau takut. Allah selalu bersama orang-orang yang beriman, maka janganlah kita takut atau bersedih hati. (*)

Untuk mendapatkan update cepat silakan berlangganan di Google News

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *