*) Oleh: Hairul Warizin, MM
Bahasa Jawi merupakan salah satu dari lima bahasa Islam yang pernah digunakan selain bahasa Arab, bahasa Persi, bahasa Utsmani, dan bahasa Urdu.
Menurut Direktur Akademi Jawi Malaysia Syukri Rosli, dikatakan sebagai bahasa Islam karena mempunyai kesamaan dalam perbendaharaan kata kunci yang mengacu pada bahasa Alquran seperti Allah, Nabi, Insan, Adil, Ihsan, Awal, Ilmu dan lainnya,” katanya.
“Di samping itu, dikatakan sebagai bahasa Islam karena mempunyai tradisi keilmuan bahasa yang memanfaatkan ilmu bahasa Arab Alquran dan juga huruf Arab Alquran,” begitu Rosli memberi alasan.
Bahasa Jawi merupakan hasil karya besar para ulama abad pertengahan, menyebarkan agama Islam tidak serta merta menggunakan bahasa Arab, namun menggunkan bahasa Melayu dan tetap mengenalkan tulisan Arab
Bahasa Jawi merupakan bukti tingginya tamadun Melayu. Hal itu seperti dikatakan Prof. Wan Mohd Noor.
“Untuk mengetahui peradaban bangsa bisa dilihat dari peninggalan artefak, bangunan, kesusastraan, yang terdapat pada bangsa tersebut,” terang dia.
Abjad Jawi alias huruf Jawi merupakan abjad Arab-Melayu atau tulisan Melayu (جاوي) adalah kumpulan huruf berbasis abjad Arab.
Umumnya digunakan untuk menuliskan teks dalam bahasa Melayu (dialek Malaysia, Brunei, Siak, Pahang, Terengganu, Johor, Deli, Kelantan, Riau, Pontianak, Palembang, Jambi, Sarawak, Musi dan dialek lainnya) dan bahasa-bahasa lainnya; seperti bahasa Aceh, Betawi, Banjar, Kerinci, Minangkabau maupun Tausug.
Abjad Jawi dikenal juga dengan Abjad Pegon (Bahasa Jawa/Bahasa Sunda: ابجد ڤَيڮَون, Abjad Pégon; Bahasa Madura: أبجٓاد ڤَيک࣭و, Abjâd Pèghu) adalah abjad Arab yang dimodifikasi untuk menuliskan bahasa Jawa, Madura dan Sunda.
Kata pegon berasal dari kata berbahasa Jawa pégo yang berarti “menyimpang”. Sebab, bahasa Jawa yang ditulis dalam huruf Arab dianggap sesuatu yang tidak lazim.
Huruf Arab Melayu baik Jawi ataupun Pegon terdiri dari huruf Arab dengan beberapa tambahan huruf yang diubah untuk bunyi Melayu. Ada lima huruf tambahan, yaitu:
1. Huruf Kaf dengan titik satu untuk ‘G’
2. Huruf Jim dengan titik tiga untuk ‘C’
3. Huruf Ain dengan titik tiga untuk ‘NG’
4. Huruf Fa dengan titik tiga untuk ‘P’
5. Huruf Nun dengan titik tiga untuk ‘NY’
Aksara Pegon masih berkerabat dengan abjad Jawi. Perbedaan utama dengan Jawi adalah di dalam Pegon terdapat beberapa huruf tambahan untuk merepresentasikan beberapa konsonan dalam bahasa Jawa yang tidak dapat diwakilkan oleh abjad Arab standar dan abjad Jawi.
Membedakan e dan o, namun saat ini abjad Pegon sudah tidak lagi menggunakan harakat karena abjad ini digunakan untuk menulis bahasa Jawa, maka orang Arab tidak mampu membaca teks ini sebelum mampu mempelajari bahasa Jawa karena ada huruf-huruf yang dianggap “asing” bagi mereka.
Saat ini, huruf Pegon di Jawa dipergunakan oleh kalangan umat muslim, terutama di pesantren-pesantren.
Biasanya ini hanya dipergunakan untuk menulis tafsiran atau arti pada Alquran, tetapi banyak pula naskah-naskah manuskrip cerita yang secara keseluruhan ditulis dalam Pegon.
Sebaran wilayah yang menggunakan aksara Jawi meliputi Thailand, Malaysia, Singapura, Sumatra, Jawa, Kalimantan, dan Sulawesi Selatan
Ulama ilmuwan bahasa Jawi sejak abad ke-16 M adalah Syeh Hamzah Fansuri (merupaka Ilmuwan yang mengarang pertama bahasa Jawi), Syeh Nuruddin, Syeh Abdul Rauf, Syeh Dawud Al Fatani, Raja Ali Haji, WAN Ahmad Al Fatani, Syeh Za’ba, dan Syed Naquib Al-Attas.
Saat ini, Syed Naquib Al-Atas masih aktif dalam memberikan pemikiran tentang perkembangan bahasa Jawi sekali pun usia beliau sudah lebih dari 90 tahun. Semoga beliau diberi keberkahan umur panjang, sehat selalu, dan diberi keberkahan. Amin. (*)
Untuk mendapatkan update cepat silakan berlangganan di Google News