Kader Jangan jadi Petugas Partai di Muhammadiyah
Prof. Haedar Nashir
UM Surabaya

Muhammadiyah tidak melarang bahkan mendorong kader maupun warga Muhammadiyah yang potensial untuk menyukseskan Pemilu 2024.

Akan tetapi jangan menggunakan simbol atau atribut organisasi, serta ingat Khittah Muhammadiyah.

Pesan tersebut sekaligus mengingatkan agar energi Persyarikatan Muhammadiyah tidak terkuras habis hanya untuk urusan Pemilu 2024.

Sebab, masih banyak ladang atau garapan dakwah yang butuh banyak energi dan perhatian.

Sementara itu kepada penyelenggara pemilu diingatkan agar Pemilu 2024 dilaksanakan tepat waktu dan berlangsung secara bersih, jujur, dan adil, serta demokratis dan bermartabat.

Warga Muhammadiyah juga didorong untuk menggunakan hal pilihnya.

Khususnya kepada kader maupun warga Persyarikatan Muhammadiyah yang memiliki kecenderungan politik, sebaiknya selali ingat Khittah Muhammadiyah.

Sebagai produk organisasi, Khittah Muhammadiyah wajib diikuti oleh seluruh institusi dan warga Persyarikatan Muhammadiyah.

Namun demikian, Haedar menegaskan bahwa secara organisasi Muhammadiyah tidak mengintervensi pilihan warganya.

Yang ditekankan, dukung mendukung atau tolak menolak itu biar menjadi urusan pribadi. Jangan membawa-bawa simbol organisasi apalagi organisasinya.

Kader maupun warga Muhammadiyah yang terlibat dalam mendukung calon untuk kreatif. Tidak perlu menggunakan simbol-simbol Muhammadiyah.

Dengan tidak menggunakan simbol-simbol Muhammadiyah akan bisa menjangkau lebih banyak masa dari luar Muhammadiyah.

Sangatlah tidak cerdas jika masih menggunakan simbol-simbol Muhammadiyah di arena politik.

Karenanya, di politik itu juga perlu kecerdasan agar berperadaban kalau menang bisa dengan elegan, kalau kalau kalah juga tidak jatuh diri.

Kita harus tetap jaga Muhammadiyah, karena harganya terlalu mahal kalau kita mengorbankan organisasi. Tapi Muhammadiyah elegan memberikan keleluasaan.

PP Muhammadiyah juga memiliki mekanisme tersendiri dalam mengatur anggotanya yang masuk ke dalam tim-tim sukses, pemenangan dan lain sebagainya.

Mereka bisa melalui mekanisme nonaktif di organisasi. Mekanisme ini untuk mendukung kader Muhammadiyah yang potensial untuk terjun melalui partai politik dan kekuatan di lembaga manap un dengan harapan membawa misi Muhammadiyah.

Jadilah petugas Muhammadiyah, tapi jangan menjadi petugas partai di Muhammadiyah.

Beda kalau membawa misi Muhammadiyah. Kalau membawa misi Muhammadiyah keluar itu artinya Muhammadiyah yang menyinari, artinya kader itu membawa misi Muhammadiyah, bukan sebaliknya.

Hal ini diharapkan untuk selalu diindahkan oleh seluruh elemen Persyarikatan Muhammadiyah.

Sebab pesan tersebut merujuk pada Khittah Muhammadiyah. Melalui sikap tersebut Muhammadiyah tidak akan tertinggal kereta dari dinamika zaman.

Sebab Muhammadiyah punya pengalaman, kedewasaan, dan kekuatan yang tidak pernah terkuras karena peristiwa lima tahunan tersebut.

Lebih-lebih kepada pimpinan Muhammadiyah dari pusat sampai bawah, teruslah kita menjaga marwah Muhammadiyah, garis Muhammadiyah dan ketulusan kita mengemban misi dakwah dan tajdid yang mencerdaskan, memberdayakan, dan memajukan umat, bangsa dan kemanusiaan semesta. (*)

(Disarikan dari ceramah Prof. Haedar Nashir di acara Silaturahmi Idulfitri 1444 H di UMY, 30 April 2023)

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini