Warisan Kesalehan, Pengaruh Keimanan Orangtua pada Anak Cucu
foto: islamonline
UM Surabaya

*) Oleh: Dr. Ajang Kusmana

Dalam kehidupan, kita sering percaya bahwa bentuk fisik dan beberapa sifat dapat diturunkan kepada anak-cucu.

Pepatah “buah jatuh tak jauh dari pohonnya” mengisyaratkan bahwa manusia secara alami selektif dalam memilih pasangan untuk menghasilkan keturunan yang baik, baik secara fisik maupun sifat.

Namun, ada aspek lain yang sering terlewat, yaitu keshalihan. Keshalihan orang tua maupun kakek-nenek ternyata dapat menjadi warisan berharga bagi anak-cucu.

Melalui keimanan dan amal saleh orangtua, Allah menjaga dan memberkahi keturunan mereka agar menjadi insan yang saleh.

Contoh dari fenomena ini dapat kita temukan dalam Al-Qur’an. Allah Ta’ala berfirman:

“Adapun dinding rumah itu adalah kepunyaan dua orang anak yatim di kota itu, dan di bawahnya ada harta benda simpanan bagi mereka berdua, sedang ayahnya adalah seorang yang saleh, maka Tuhanmu menghendaki agar mereka sampai kepada kedewasaannya dan mengeluarkan simpanan itu, sebagai rahmat dari Tuhanmu; dan bukanlah aku melakukannya menurut kemauanku sendiri. Demikian itu adalah tujuan perbuatan-perbuatan yang kamu tidak dapat sabar terhadapnya.” (QS. Al-Kahfi: 82)

Dalam tafsirnya, Imam Al-Qurthubi rahimahullah menyebutkan bahwa ayat ini menunjukkan bagaimana Allah menjaga kesalehan seseorang dan keturunannya bahkan hingga beberapa generasi.

Dalam beberapa riwayat, disebutkan bahwa keshalihan seseorang dapat terjaga hingga tujuh generasi dari keturunannya.

Lebih jauh lagi, para ulama juga menjelaskan bahwa keturunan yang mengikuti iman orang tua atau leluhurnya akan diberi ganjaran setara dengan mereka di surga, meskipun mungkin amal mereka belum mencapai tingkat yang sama.

Hal ini diabadikan dalam firman Allah Ta’ala:

“Dan orang-orang yang beriman, dan yang anak cucu mereka mengikuti mereka dalam keimanan, Kami hubungkan anak cucu mereka dengan mereka, dan Kami tidak mengurangi sedikit pun dari pahala amal mereka. Tiap-tiap manusia terikat dengan apa yang dikerjakannya.” (QS. Ath-Thuur: 21)

Menurut penafsiran Syaikh Abdurrahman bin Nashir As-Sa’diy, keturunan yang mengikuti keimanan leluhurnya akan mendapatkan kedudukan yang setara di surga bersama orangtua mereka, sebagai tambahan pahala bagi leluhur, tanpa mengurangi sedikit pun ganjaran mereka.

Maka, dalam memilih pasangan hidup, keshalihan adalah hal yang patut diperhatikan dengan sungguh-sungguh.

Bukan sekadar untuk kebaikan diri sendiri, tetapi sebagai warisan abadi yang dapat melindungi dan memberkahi anak-cucu. (*)

Untuk mendapatkan update cepat silakan berlangganan di Google News

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini