Tiga Wasiat Nabi SAW untuk Keselamatan Dunia dan Akhirat
foto: islamonline
UM Surabaya

*) Oleh: Dr. Ajang Kusmana

Allah Azza wa Jalla telah menganugerahkan kepada Nabi kita Muhammad saw keindahan dalam ungkapan, kedalaman dalam wasiat, serta kesempurnaan dalam setiap perkataan.

Wasiat beliau mencakup hikmah yang luar biasa, menjadi pedoman bagi siapa saja yang mengikutinya untuk meraih kebahagiaan dunia dan akhirat.

Salah satu wasiat ringkas dan penuh makna Rasulullah saw terdapat dalam hadis yang diriwayatkan oleh Imam Ahmad dan Ibnu Majah. Dari Abu Ayyub Al-Anshari radhiyallahu ‘anhu, ia berkata:

“Sesungguhnya seorang laki-laki datang kepada Nabi saw dan berkata, ‘Nasihatilah aku, tetapi persingkatlah.’ Dalam riwayat lain disebutkan, ‘Ajarkan aku, tetapi persingkatlah.’ Maka beliau saw bersabda:

إِذَا قُمْتَ فِي صَلَاتِكَ فَصَلِّ صَلَاةَ مُوَدِّعٍ، وَلَا تَكَلَّمْ بِكَلَامٍ تَعْتَذِرُ مِنْهُ غَدًا، وَأَجْمِعِ الْيَأْسَ مِمَّا فِي أَيْدِي النَّاسِ

‘Jika engkau hendak melaksanakan shalat, maka shalatlah seolah-olah itu adalah shalat perpisahan. Jangan berkata sesuatu yang akan membuatmu meminta maaf di kemudian hari. Dan berputus asalah terhadap apa yang ada di tangan manusia.’ (HR. Ahmad no. 23498, Ibnu Majah no. 4171, dengan sanad hasan berdasarkan penguatnya).

Hadis ini berisi tiga wasiat agung yang merangkum seluruh kebaikan. Barang siapa yang memahaminya dan mengamalkannya, niscaya ia akan mendapatkan kebahagiaan dunia dan akhirat. Berikut adalah rincian dari tiga wasiat tersebut:

1. Salat Seperti Salat Orang yang Berpamitan

Dalam wasiat ini, Rasulullah saw mengajarkan agar kita melaksanakan salat seolah-olah itu adalah shalat terakhir dalam hidup.

Seorang yang merasa shalatnya adalah yang terakhir akan bersungguh-sungguh, memperhatikan setiap gerakan dan bacaannya, serta menunaikan shalat dengan penuh keikhlasan.

Salat seperti ini akan menjadi lebih khusyuk, seolah-olah kita berdiri di hadapan Allah untuk terakhir kalinya.

Hal ini mendorong seorang Mukmin untuk melaksanakan shalat dengan kesempurnaan, mulai dari rukuk, sujud, hingga membaca doa-doa sunnah.

Sebagaimana disebutkan dalam firman Allah:

إِنَّ الصَّلَاةَ تَنْهَىٰ عَنِ الْفَحْشَاءِ وَالْمُنكَرِ

“Sesungguhnya salat mencegah dari perbuatan keji dan mungkar.” (QS. Al-Ankabut: 45)

Salat yang dilakukan dengan baik akan memengaruhi hati dan perilaku, menjadikan seseorang lebih dekat kepada Allah dan jauh dari perbuatan buruk.

2. Menjaga Lisan

Rasulullah saw bersabda:

لَا تَكَلَّمْ بِكَلَامٍ تَعْتَذِرُ مِنْهُ غَدًا

“Jangan berkata sesuatu yang akan membuatmu meminta maaf di kemudian hari.”

Hadis ini mengajarkan agar kita berhati-hati dalam berbicara. Lisan adalah anggota tubuh yang kecil, tetapi dampaknya sangat besar.

Perkataan yang keluar dari mulut kita bisa menjadi sumber kebaikan atau keburukan.

Dalam hadis lain, Rasulullah saw bersabda kepada Mu’adz bin Jabal radhiyallahu ‘anhu:

وَهَلْ يَكُبُّ النَّاسَ فِي النَّارِ عَلَى وُجُوهِهِمْ إِلَّا حَصَائِدُ أَلْسِنَتِهِمْ

“Tidakkah yang menyebabkan manusia terjungkal ke neraka di atas wajah mereka adalah akibat dari lisan mereka?” (HR. Tirmidzi no. 2616).

Oleh karena itu, Rasulullah saw memberikan panduan sederhana: jika tidak mampu berkata baik, maka lebih baik diam. Beliau bersabda:

مَنْ كَانَ يُؤْمِنُ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الْآخِرِ فَلْيَقُلْ خَيْرًا أَوْ لِيَصْمُتْ

“Barang siapa beriman kepada Allah dan hari akhir, hendaklah ia berkata yang baik atau diam.” (HR. Bukhari no. 6018, Muslim no. 47).

3.  Berputus Asa terhadap Apa yang Dimiliki Manusia

Rasulullah saw bersabda:

وَأَجْمِعِ الْيَأْسَ مِمَّا فِي أَيْدِي النَّاسِ

“Berputus asalah terhadap apa yang ada di tangan manusia.”

Wasiat ini mengajarkan kita untuk memiliki sifat qana’ah (puas dengan apa yang Allah berikan) dan hanya bergantung kepada Allah.

Dengan menggantungkan harapan kepada Allah semata, seseorang akan merasa tentram, jauh dari rasa iri dan hasad terhadap orang lain.

Sebaliknya, siapa yang bergantung pada manusia akan hidup dalam kekecewaan. Allah ﷻ berfirman:

وَمَنْ يَتَوَكَّلْ عَلَى اللَّهِ فَهُوَ حَسْبُهُ

“Barang siapa bertawakal kepada Allah, maka Allah akan mencukupinya.” (QS. At-Talaq: 3).

Tiga wasiat ini, yaitu mendirikan shalat dengan khusyuk, menjaga lisan, dan tidak bergantung kepada manusia, adalah jalan menuju kesempurnaan hidup seorang Muslim.

Barang siapa yang berpegang teguh pada wasiat ini, maka ia akan menjadi hamba yang mulia di sisi Allah dan bahagia di dunia maupun akhirat.

Semoga Allah SWT memberikan taufik kepada kita semua untuk mengamalkan wasiat-wasiat Rasulullah saw ini dalam kehidupan sehari-hari. (*)

Untuk mendapatkan update cepat silakan berlangganan di Google News

 

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini