*Oleh: Zainal Arifin
Anggota Korps Mubaligh Muhammadiyah Sampang
Allah Swt telah menjadikan keberlangsungan hidup ini dengan dua warna yang saling menyeimbangkan. Pergantian siang malam, fenomena kaya miskin, gagal dan berhasil termasuk pula kondisi sehat dan datangnya sakit.
Hal ini sudah menjadi sunnatullah yang diantara hikmahnya agar manusia paham dan sadar akan eksistensinya sebagai hamba atau makhluk yang tak lepas dari ketetapan dan pertolongan Allah sang Pencipta.
Saat datang penyakit, maka tidak ada cara tepat menghadapinya kecuali dengan sabar dan rida atas musibah yang menimpanya.
Bagaimana agar kamu dapat sabar saat diuji dengan hadirnya penyakit?
Pertama, kamu menyakini bahwa penyakit yang dideritanya merupakan ketetapan Allah.
Allah Swt berfiman dalam At Taubah ayat 51,
قُلْ لَّنْ يُّصِيْبَنَآ اِلَّا مَا كَتَبَ اللّٰهُ لَنَاۚ هُوَ مَوْلٰىنَا وَعَلَى اللّٰهِ فَلْيَتَوَكَّلِ الْمُؤْمِنُوْنَ ٥١
“Katakanlah (Nabi Muhammad), “Tidak akan menimpa kami melainkan apa yang telah ditetapkan Allah bagi kami. Dialah Pelindung kami, dan hanya kepada Allah hendaknya orang-orang mukmin bertawakal”.
Ketika kamu menyakini bahwa penyakit itu merupakan ketetapan Allah Dzat yang Maha Penyayang dan Maha Tahu, maka keyakinan itu akan mendorongmu untuk ridha dan menerima musibah itu.
Kedua, kamu menyakini bahwa Allah Swt lebih menyayangimu daripada dirimu sendiri
Jika sudah tahu bahwa musibah itu taqdir Allah maka ketahuilah bahwa Allah itu lebih menyayangimu daripada dirimu sendiri, orang tuamu dan semua manusia.
Perhatikan hadits berikut, Dari Umar bin Al Khattab radhiallahu ‘anhu , beliau menuturkan:
ﻗﺪﻡ ﻋﻠﻰ ﺍﻟﻨﺒﻲ ﺻﻠﻰ ﺍﻟﻠﻪ ﻋﻠﻴﻪ ﻭﺳﻠﻢ ﺳﺒﻲ، ﻓﺈﺫﺍ ﺍﻣﺮﺃﺓ ﻣﻦ ﺍﻟﺴﺒﻲ ﻗﺪ ﺗﺤﻠﺐ ﺛﺪﻳﻬﺎ ﺗﺴﻘﻲ، ﺇﺫﺍ ﻭﺟﺪﺕ ﺻﺒﻴﺎً ﻓﻲ
ﺍﻟﺴﺒﻲ ﺃﺧﺬﺗﻪ، ﻓﺄﻟﺼﻘﺘﻪ ﺑﺒﻄﻨﻬﺎ ﻭﺃﺭﺿﻌﺘﻪ، ﻓﻘﺎﻝ ﻟﻨﺎ ﺍﻟﻨﺒﻲ ﺻﻠﻰ ﺍﻟﻠﻪ ﻋﻠﻴﻪ ﻭﺳﻠﻢ : (ﺃﺗﺮﻭﻥ ﻫﺬﻩ ﻃﺎﺭﺣﺔ ﻭﻟﺪﻫﺎ ﻓﻲ ﺍﻟﻨﺎﺭ ). ﻗﻠﻨﺎ: ﻻ، ﻭﻫﻲ ﺗﻘﺪﺭ ﻋﻠﻰ ﺃﻥ ﻻ ﺗﻄﺮﺣﻪ، ﻓﻘﺎﻝ: (ﻟﻠﻪ ﺃﺭﺣﻢ ﺑﻌﺒﺎﺩﻩ ﻣﻦ ﻫﺬﻩ ﺑﻮﻟﺪﻫﺎ
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam kedatangan rombongan tawanan perang. Di tengah-tengah rombongan itu ada seorang ibu yang sedang mencari-cari bayinya.
Tatkala dia berhasil menemukan bayinya di antara tawanan itu, maka dia pun memeluknya erat-erat ke tubuhnya dan menyusuinya.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bertanya kepada kami,
“Apakah menurut kalian ibu ini akan tega melemparkan anaknya ke dalam kobaran api?”
Kami menjawab, “Tidak mungkin, demi Allah. Sementara dia sanggup untuk mencegah bayinya terlempar ke dalamnya.” Maka Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,
“Sungguh Allah lebih sayang kepada hamba-hamba-Nya daripada ibu ini kepada anaknya.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Ketiga, kamu meyakini bahwa di balik sakit ada hak Allah yang wajib ditunaikan yaitu kesabaran dan rida.
Sabar adalah ibadah yang Allah perintahkan saat datangnya musibah atau penyakit. Artinya musibah itu sejatinya merupakan cara Allah mendekatkanmu denganNya.
Bahkan sabar merupakan ibadah yang pahalanya tak terhitung di akhirat kelak, sebagaimana firman Allah dalam Az Zumar ayat 10 yang artinya: “Orang-orang yang sabar akan mendapat pahala yang tiada terhingga.”
Keempat, Kamu terus mengingat hikmah dan manfaat di balik musibah sakit
Allah maha penyayang dan pengampun, diantarnya bahwa hadirnya ujian dan penyakit dan kita sabar maka Allah mengampuni dosa-dosamu serta mengangkat derajatmu di sisiNya.
Bisa jadi amal-amalmu selama ini tidaklah cukup untuk mencapat derajat mulia dan pengampunan Allah tersebut.
Suhail bin Harun berkata, “Menyambut dengan gembira pahala yang diberikan di akhirat jauh lebih utama daripada berbelasungkawa karena musibah yang menimpa di dunia.”
Jadi apapun bentuk musibah yang menimpamu pastilah ada kebaikan yang Allah kehendaki untukmu. Syaratnya kamu sabar dan syukur di balik semua itu,
Dari Shuhaib, ia berkata, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
عَجَبًا لأَمْرِ الْمُؤْمِنِ إِنَّ أَمْرَهُ كُلَّهُ خَيْرٌ وَلَيْسَ ذَاكَ لأَحَدٍ إِلاَّ لِلْمُؤْمِنِ إِنْ أَصَابَتْهُ سَرَّاءُ شَكَرَ فَكَانَ خَيْرًا لَهُ وَإِنْ أَصَابَتْهُ ضَرَّاءُ صَبَرَ فَكَانَ خَيْرًا لَهُ
“Sungguh menakjubkan keadaan seorang mukmin. Seluruhnya urusannya itu baik. Ini tidaklah didapati kecuali pada seorang mukmin. Jika mendapatkan kesenangan, maka ia bersyukur. Itu baik baginya. Jika mendapatkan kesusahan, maka ia bersabar. Itu pun baik baginya.” (HR. Muslim)
Kelima, hendaknya kamu menghibur diri dengan melihat orang yang lebih berat cobaannya dan lebih parah sakitnya darimu, baik yang hidup di masamu atau orang-orang dahulu.
Hal ini akan menjadi penghibur terbesar bagi jiwamu karena akan menguatkan rasa sabar dan ridha atas ketetapan Allah.
Sabda Rasulullah,
انظروا إلى من هو أسفل منكم ولا تنظروا إلى من هو فوقكم ، فهو أجدر أن لا تزدروا نعمة الله عليكم
“Pandanglah orang yang berada di bawahmu (dalam masalah harta dan dunia) dan janganlah engkau pandang orang yang berada di atasmu (dalam masalah ini). Dengan demikian, hal itu akan membuatmu tidak meremehkan nikmat Allah padamu.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Keenam, Ingatlah bahwa penyakit yang dideritamu bukanlah masalah agama.
Setiap musibah yang tidak ada kaitannya dengan agama adalah ringan.
Oleh karena itu Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam berdo’a kepada Allah:
وَلَا تَجْعَلْ مُصِيبَتَنَا فِي دِينِنَا وَلَا تَجْعَلْ الدُّنْيَا أَكْبَرَ هَمِّنَا وَلَا مَبْلَغَ عِلْمِنَا وَلَا تُسَلِّطْ عَلَيْنَا مَنْ لَا يَرْحَمُنَا
“Dan janganlah Engkau jadikan musibah menimpa agama kami, dan jangan Engkau jadikan dunia sebagai impian terbesar kami, serta pengetahuan kami yang tertinggi, serta jangan engkau kuasakan atas kami orang-orang yang tidak menyayangi kami” (HR. Tirmidzi).
Karena itulah, wahai saudaraku, pujilah Allah Swt karena musibah yang menimpamu bukan masalah agamamu, yaiut hilangnya keimananmu atau melekatnya sifat-sifat nifaq dalam dirimu, atau berkurangnya kepedulianmu untuk mentaati perintahNya atau terjerumusnya dirimu kedalam perbuatan haram. inilah musibah yang sebenarnya.
Wallahu A’lam bis showab.
Untuk mendapatkan update cepat silakan berlangganan di Google News