*)Oleh: Juhdi Al Mubarok, LC
Fenomena lemah iman telah menjadi sesuatu yang menyebar dan merata di tengah kaum muslimin. Sebagian mengeluhkan kerasnya hati mereka dengan berujar, “Aku merasa hatiku keras”, “Aku tidak dapat merasakan nikmatnya ibadah”, “Aku merasa imanku di titik nadir “, Aku tidak dapat merasakan pengaruh bacaan Al-Qur’an”, Aku mudah terjerumus dalam maksiat”.
Pada sebagian orang nampak sekali pengaruh penyakit ini. Penyakit lemah iman merupakan dasar dari segala kemaksiatan, segala aib dan bencana.
Tema hati merupakan tema yang sensitif dan urgent. Ia dinamakan القلب ( hati ) karena cepatnya berubah.
Seperti Sabda Rasulullah Saw : Perumpamaan hati adalah seperti bulu yang tersangkut di pangkal pohon, kemudian angin menelungkupkan bagian atas menjadi bawahnya.
(HR. Ahmad 4/408)
Sesungguhnya penyakit lemah iman memiliki gejala dan tanda-tanda diantaranya:
1. Terjerumus dalam kemaksiatan dan melakukan perbuatan haram.
2. Merasakan kalbu yang kaku dan keras. Sampai-sampai merasakan hatinya telah berubah menjadi batu keras yang tak dapat menyerap dan tidak terpengaruh oleh apapun.
QS Al-Baqarah 74
ثُمَّ قَسَتْ قُلُوبُكُم مِّنۢ بَعْدِ ذَٰلِكَ فَهِىَ كَٱلْحِجَارَةِ أَوْ أَشَدُّ قَسْوَةًۚ
Kemudian setelah itu hatimu menjadi keras, sehingga (hatimu) seperti batu, bahkan lebih keras.
3. Tidak dapat sempurna dalam melakukan beribadah.
4. Malas melakukan ketaatan dan ibadah dan cenderung melalaikan.
5. Tidak lapang dada, hilang selera, terperangkap dalam ego bahkan seolah ada beban berat yang menghimpit.
6. Tidak peka/terpengaruh dengan bacaan Al Qur’an.
7. Lalai dari mengingat Allah azza wa jalla dan berdoa kepada-Nya.
8. Tidak murka jika kesucian Allah azza wa jalla di nistai.
9. Senang memamerkan diri dalam bentuk :
a. Senang berkuasa dan memimpin.
b. Senang muncul di majelis-majelis dan memonopoli pembicaraan.
c. Senang jika orang-orang berdiri menyambutnya, demi memuaskan rasa gila penghormatan pada jiwanya yang sakit.
10. Serakah dan kikir.
11. Mengatakan apa yang tidak dilakukannya.
12. Gembira dan menginginkan saudaranya gagal, rugi, terkena musibah dan lenyap kenikmatannya.
13. Hanya melihat sesuatu perkara dari sisi apakah mengandung dosa ataukah tidak.
14. Meremehkan kebaikan dan tidak peduli dengan kebaikan-kebaikan kecil.
15. Tidak peduli dengan kondisi kaum muslimin, tidak bersimpati dengan doa, sedekah maupun bantuan lain.
Itulah beberapa fenomena lemahnya iman seseorang, tentunya masih banyak lagi. Maka dari itu alangkah baiknya seorang muslim dapat intropeksi dirinya.
Seorang muslim hendaknya meluangkan waktunya untuk berkhalwat atau menyendiri merenungi dirinya sendiri, mengevaluasi, menghitung, dan memperhatikan keadaannya, bekal apa yang telah dipersiapkan untuk hari kiamat.
Sebagai penutup doa kepada Allah azza wa jalla merupakan sebab yang terkuat yang selayaknya seorang hamba mengupayakannya.
Sebagaimana Nabi shallallahu alaihi wasallam bersabda :
“Sesungguhnya iman itu diciptakan di dalam diri setiap kalian sebagaimana pakaian dibuat, maka mohonlah kepada Allah untuk memperbarui iman dalam hati kalian ”
“Ya Allah, sesungguhnya kami mohon kepadaMu dengan nama-namaMu yang baik dan sifat-sifatMu yang tinggi agar memperbarui iman dalam hati-hati kami. Ya Allah, jadikanlah kami cinta kepada keimanan dan hiasilah ia pada hati-hati kami. Dan jadikan kami benci kepada kefakiran, kefasikan dan kemaksiatan, jadikanlah kami orang-orang yang diberi petunjuk. Maha suci Tuhan yang Maha Perkasa dari apa yang disifatiNya dan keselamatan atas para Rasul pengemban risalah dan segala puji bagi Allah Tuhan semesta alam“.
Aamiin yaa rabbal ‘alamin…
*) Materi sebagaimana disampaikan pada pengajian rutin Kamis Sore yang digelar di Gedung Dakwah Muhammadiyah Pacitan.
Untuk mendapatkan update cepat silakan berlangganan di Google News