Bagaimana Otak Memahami Dakwah? Ini Penjelasan Ustaz Misbahul Munir

Bagaimana Otak Memahami Dakwah? Ini Penjelasan Ustaz Misbahul Munir

Dakwah yang efektif bukan sekadar menyampaikan pesan, tetapi juga memahami bagaimana manusia menerima dan merespons informasi. Hal inilah yang menjadi inti Tausiyah Ramadan yang disampaikan oleh Ustaz Misbahul Munir, S.Pd, di Masjid Al Badar, Jalan Kertomenanggal, Surabaya, pada Sabtu (22/3/2025) malam.

Dengan pendekatan ilmiah dan keislaman, ia mengupas bagaimana kerja otak manusia dalam menangkap frekuensi pesan dakwah serta bagaimana metode ini dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.

Dalam ceramahnya, Ustaz Misbahul Munir menjelaskan bahwa RAS (Rectangular Activity System) merupakan sistem dalam otak yang bekerja mencari frekuensi yang sama dengan hal-hal yang menjadi fokus seseorang.

Dia lantas memberikan contoh bahwa jika seseorang memiliki tekad untuk memiliki rumah, maka setiap informasi atau peluang yang berhubungan dengan kepemilikan rumah akan lebih cepat ditangkap oleh otak.

“Dalam hal mengembangkan potensi diri, setiap orang yang menyukai suatu bidang, seperti menyanyi, akan lebih mudah terhubung dengan orang lain yang memiliki minat yang sama. Ini adalah salah satu kerja dari Rectangular Activity System,” ujarnya.

Selain itu, ia juga menyebut tentang konsep mirror neuron atau saraf cermin. Menurutnya, manusia cenderung meniru perilaku orang lain yang memiliki kesamaan minat atau kebiasaan.

“Kalau ada orang yang beraktivitas sama dengan kita, maka secara alami kita akan mulai mengikuti. Ini adalah kerja dari mirror neuron,” tambahnya.

Dalam konteks dakwah, Ustaz Misbahul Munir menekankan pentingnya memahami audiens dan menyampaikan materi yang relevan dengan mereka. Ia mengutip ayat Al-Qur’an, ‘Ud’u ila sabili rabbika bil hikmah’ (Serulah ke jalan Tuhanmu dengan hikmah), sebagai dasar dalam menyampaikan dakwah yang bijaksana.

“Dakwah yang baik bukan sekadar menyampaikan materi, tetapi juga memahami apa yang dibutuhkan oleh audiens. Jika materinya relevan dan frekuensinya sesuai dengan hati mereka, maka pesan itu akan mudah diterima,” jelasnya.

Dia juga mengutip ayat lain, ‘Wa ta’awanu ‘alal birri wat taqwa’ (Dan tolong-menolonglah dalam kebajikan dan ketakwaan), untuk mengajak jamaah senantiasa melakukan kebaikan dan menyebarkan nilai-nilai Islam dengan cara yang baik.

Dia menekankan bahwa semangat tolong-menolong dalam kebajikan harus diwujudkan dalam tindakan nyata, baik dalam kehidupan pribadi, sosial, maupun dalam berdakwah. ‘

Menurutnya, kolaborasi dalam kebaikan akan memperkuat persaudaraan, menciptakan lingkungan yang harmonis, serta menjadikan dakwah lebih efektif dan bermakna.

Ustaz Misbahul Munir juga mengingatkan bahwa setiap muslim memiliki tanggung jawab untuk menebarkan nilai-nilai Islam dengan penuh hikmah dan kasih sayang, sehingga pesan kebaikan dapat diterima dengan baik oleh masyarakat luas. (wh)

 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *