*) Oleh: Muhammad Nashihudin, MSi
Ketua Majelis Tabligh PDM Jakarta Timur
Perjuangan takkan pernah berhenti selama masih ada manusia hidup di dalam dunia.
Ada jalan yang lurus, ada jalan yang bengkok namun ada pula jalan mendaki extra tenaga dan finansial.
Tidak semua orang hidup dalam berkecukupan, ada yang minta minta, ada anak anak yatim dan dhuafa.
Ramadan bulan penuh berkah harus peduli terhadap orang orang membutuhkan perlindungan serta perhatian.
Sebaik-baiknya rumah adalah yang di dalamnya ada anak yatim yang dipelihara dan ditingkatkan menjadi orang orang yang sukses
Allah Subhanahu Wa Ta’ala berfirman:
فِى الدُّنْيَا وَا لْاٰ خِرَةِ ۗ وَيَسْــئَلُوْنَكَ عَنِ الْيَتٰمٰى ۗ قُلْ اِصْلَا حٌ لَّهُمْ خَيْرٌ ۗ وَاِ نْ تُخَا لِطُوْهُمْ فَاِ خْوَا نُكُمْ ۗ وَا للّٰهُ يَعْلَمُ الْمُفْسِدَ مِنَ الْمُصْلِحِ ۗ وَلَوْ شَآءَ اللّٰهُ لَاَ عْنَتَكُمْ ۗ اِنَّ اللّٰهَ عَزِيْزٌ حَكِيْمٌ
“tentang dunia dan akhirat. Mereka menanyakan kepadamu (Muhammad) tentang anak-anak yatim. Katakanlah, “Memperbaiki keadaan mereka adalah baik!” Dan jika kamu mempergauli mereka, maka mereka adalah saudara-saudaramu. Allah mengetahui orang yang berbuat kerusakan dan yang berbuat kebaikan. Dan jika Allah menghendaki, niscaya Dia datangkan kesulitan kepadamu. Sungguh, Allah Maha Perkasa, Maha Bijaksana.”
(QS. Al-Baqarah 2: Ayat 220)
Ramadan bulan penuh berkah dengan demikian seharusnya seorang muslim lebih peduli dan simpatik terhadap para dhuafa dan fuqoro serta anak anak yatim agar bahagia di hari raya.
Infaq, sedekah dan zakat sebagai pembersih kesalahan ibadah Ramadan harus ditunaikan sebelum kaum muslimin keluar untuk menunaikan ibadah Salat Idulfitri.
Pastikan semua telah ditunaikan dengan baik dan bernilai strategis demi menggapai ampunan dan rida-Nya.
1. Hati hati terhadap harta warisan anak yatim
اِنَّ الَّذِيْنَ يَأْكُلُوْنَ اَمْوَا لَ الْيَتٰمٰى ظُلْمًا اِنَّمَا يَأْكُلُوْنَ فِيْ بُطُوْنِهِمْ نَا رًا ۗ وَسَيَـصْلَوْنَ سَعِيْرًا
“Sesungguhnya orang-orang yang memakan harta anak yatim secara zalim, sebenarnya mereka itu menelan api dalam perutnya dan mereka akan masuk ke dalam api yang menyala-nyala (neraka).”
(QS. An-Nisa’ 4: Ayat 10)
2. Di dalam harta ada hak orang lain
وَفِيْۤ اَمْوَا لِهِمْ حَقٌّ لِّلسَّآئِلِ وَا لْمَحْرُوْمِ
“Dan pada harta benda mereka ada hak orang miskin yang meminta, dan orang miskin yang tidak meminta.”
(QS. Az-Zariyat 51: Ayat 19)
3. Perhatian untuk jalan yang mendaki
فَلَا اقْتَحَمَ الْعَقَبَةَ
“Tetapi dia tidak menempuh jalan yang mendaki dan sukar.”
وَمَاۤ اَدْرٰٮكَ مَا الْعَقَبَةُ
“Dan tahukah kamu apakah jalan yang mendaki dan sukar itu?”
فَكُّ رَقَبَةٍ
“(Yaitu) melepaskan perbudakan (hamba sahaya),”
اَوْ اِطْعٰمٌ فِيْ يَوْمٍ ذِيْ مَسْغَبَةٍ
“atau memberi makan pada hari terjadi kelaparan,”
يَّتِيْمًا ذَا مَقْرَبَةٍ
“(kepada) anak yatim yang ada hubungan kerabat,”
اَوْ مِسْكِيْنًا ذَا مَتْرَبَةٍ
“atau orang miskin yang sangat fakir.”
(QS. Al-Balad 90: Ayat 11- 16)
4. Larangan menzalimi anak yatim
فَاَ مَّا الْيَتِيْمَ فَلَا تَقْهَرْ
“Maka terhadap anak yatim janganlah engkau berlaku sewenang-wenang.”
وَاَ مَّا السَّآئِلَ فَلَا تَنْهَرْ
“Dan terhadap orang yang meminta-minta, janganlah engkau menghardik(nya).”
(QS. Ad-Duha 93: Ayat 9- 10)
5. Kajian Tafsir Ibnu Katsir tentang anak anak anak yatim Al-Fajr, ayat 15-20
فَأَمَّا الْإِنْسَانُ إِذَا مَا ابْتَلَاهُ رَبُّهُ فَأَكْرَمَهُ وَنَعَّمَهُ فَيَقُولُ رَبِّي أَكْرَمَنِ (15) وَأَمَّا إِذَا مَا ابْتَلَاهُ فَقَدَرَ عَلَيْهِ رِزْقَهُ فَيَقُولُ رَبِّي أَهَانَنِ (16) كَلَّا بَلْ لَا تُكْرِمُونَ الْيَتِيمَ (17) وَلَا تَحَاضُّونَ عَلَى طَعَامِ الْمِسْكِينِ (18) وَتَأْكُلُونَ التُّرَاثَ أَكْلًا لَمًّا (19) وَتُحِبُّونَ الْمَالَ حُبًّا جَمًّا (20)
Adapun manusia apabila Tuhannya mengujinya, lalu dimuliakan-Nya dan diberi-Nya kesenangan, maka dia berkata, “Tuhanku telah memuliakanku.” Adapun bila Tuhannya mengujinya, lalu membatasi rezekinya, maka dia berkata, “Tuhanku menghinakanku.” Sekali-kali tidak (demikian), sebenarnya kamu tidak memuliakan anak yatim, dan kamu tidak saling mengajak memberi makan orang miskin, dan kamu memakan harta pusaka dengan cara mencampurbaurkan (yang halal dan yang batil), dan kamu mencintai harta benda dengan kecintaan yang berlebihan.
Allah (Subhanahu wa Ta’ala) berfirman, mengingkari sifat manusia yang apabila Allah meluaskan baginya dalam hal rezeki untuk mengujinya melalui rezeki itu, maka ia menganggap bahwa hal itu merupakan kemuliaan dari Allah (Subhanahu wa Ta’ala) untuk dirinya. Padahal kenyataanya tidaklah demikian, bahkan sebenarnya hal itu merupakan ujian dan cobaan, sebagaimana yang disebutkan di dalam firman-Nya:
أَيَحْسَبُونَ أَنَّما نُمِدُّهُمْ بِهِ مِنْ مالٍ وَبَنِينَ نُسارِعُ لَهُمْ فِي الْخَيْراتِ بَلْ لَا يَشْعُرُونَ
Apakah mereka mengira bahwa harta dan anak-anak yang Kami berikan kepada mereka itu (berarti bahwa) Kami bersegera memberikan kebaikan-kebaikan kepada mereka? Tidak, sebenarnya mereka tidak sadar. (Al-Mu’minun: 55-56)