Jangan Umbar Aib Orang, Dosanya Terus Mengalir

Jangan Umbar Aib Orang, Dosanya Terus Mengalir

Di era digital ini, semakin banyak orang yang secara sadar maupun tidak, mengumbar aib diri sendiri atau orang lain di media sosial. Bahkan, fenomena sadap-menyadap dan penyebaran informasi pribadi semakin marak terjadi. Padahal, dalam Islam, kita diajarkan untuk menutup aib diri sendiri dan juga menutup aib orang lain. Hal ini bukan hanya sekadar anjuran, tetapi merupakan perintah agama yang memiliki konsekuensi berat jika dilanggar.

Larangan Mengumbar Aib dalam Al-Qur’an

Allah SWT telah menegaskan dalam firman-Nya agar kita menghindari mencari-cari keburukan orang lain dan tidak menggunjing sesama. Dalam surah Al-Hujurat ayat 12, Allah berfirman:

“Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan purba-sangka (kecurigaan), karena sebagian dari purba-sangka itu dosa. Dan janganlah mencari-cari keburukan orang dan janganlah menggunjingkan satu sama lain. Adakah seorang di antara kamu yang suka memakan daging saudaranya yang sudah mati? Maka tentulah kamu merasa jijik kepadanya. Dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Penerima Taubat lagi Maha Penyayang.” (QS. Al-Hujurat: 12)

Ayat ini dengan jelas melarang kita untuk berprasangka buruk, mencari kesalahan, atau membicarakan kejelekan orang lain. Allah mengibaratkan menggunjing orang lain seperti memakan daging saudaranya sendiri yang sudah mati, sesuatu yang sangat menjijikkan dan tidak pantas dilakukan oleh seorang Muslim yang bertakwa.

Konsekuensi Mengumbar Aib

Bukan hanya dalam Al-Qur’an, dalam hadis pun disebutkan bahwa menutupi aib seseorang adalah suatu perbuatan yang akan mendapat balasan baik dari Allah. Sebaliknya, jika seseorang gemar membuka aib saudaranya, maka Allah akan membuka aibnya, baik di dunia maupun di akhirat. Rasulullah SAW bersabda:

“Barangsiapa yang menutupi (aib) seorang Muslim sewaktu di dunia, maka Allah akan menutup (aibnya) di dunia dan di akhirat.” (HR. At-Tirmidzi)

Hadis ini mengajarkan kita bahwa menjaga kehormatan orang lain akan mendatangkan kebaikan bagi diri sendiri. Sebaliknya, membuka aib orang lain justru dapat menjadi bumerang bagi pelakunya sendiri.

Dosa yang Terus Mengalir

Mengumbar aib bukan hanya mendatangkan dosa bagi pelaku, tetapi juga dapat menjadi dosa jariah yang terus mengalir meskipun orang yang melakukannya telah meninggal dunia. Hal ini terjadi karena informasi yang disebarkan di dunia digital dapat tetap tersebar dan terus menyebar tanpa henti, meskipun orang yang pertama kali menyebarkannya sudah tiada.

Oleh karena itu, sebelum kita membagikan sesuatu di media sosial atau dalam percakapan sehari-hari, hendaknya kita berpikir dua kali. Apakah informasi yang kita sebarkan bermanfaat? Apakah itu akan menambah kebajikan atau justru menambah dosa? Jangan sampai jari-jari kita menjadi saksi di hadapan Allah atas kezaliman yang kita lakukan terhadap orang lain.

Menutup Aib, Menjaga Kehormatan

Sebagai seorang Muslim, kita diperintahkan untuk menjaga kehormatan diri sendiri dan juga sesama. Salah satu cara terbaik untuk melakukannya adalah dengan tidak mengumbar keburukan atau aib orang lain. Jika kita mengetahui sesuatu yang buruk tentang seseorang, lebih baik menasihatinya secara langsung dan dengan cara yang baik, bukan malah menyebarluaskannya kepada orang lain.

Rasulullah saw bersabda:

“Seorang Muslim adalah saudara bagi Muslim lainnya. Ia tidak boleh menzaliminya dan tidak boleh membiarkannya dalam kesusahan. Barang siapa yang memenuhi kebutuhan saudaranya, maka Allah akan memenuhi kebutuhannya. Barang siapa yang menghilangkan kesulitan seorang Muslim, maka Allah akan menghilangkan kesulitannya di hari kiamat. Dan barang siapa yang menutupi (aib) seorang Muslim, maka Allah akan menutupi (aibnya) di dunia dan di akhirat.” (HR. Muslim)

Hadis ini mengajarkan betapa pentingnya menjaga kehormatan dan martabat sesama Muslim. Jika kita menutup aib seseorang, Allah pun akan menutup aib kita di dunia dan akhirat.

Mengumbar aib bukan hanya merugikan orang lain, tetapi juga merugikan diri sendiri. Islam mengajarkan kita untuk menjaga kehormatan dan martabat orang lain dengan menutup aib mereka. Dengan demikian, kita akan mendapatkan balasan kebaikan dari Allah SWT, baik di dunia maupun di akhirat.

Sebaliknya, membuka aib orang lain dapat membawa konsekuensi berat, baik dalam bentuk kehancuran reputasi, dosa yang terus mengalir, hingga terbukanya aib kita sendiri oleh Allah.

Oleh karena itu, marilah kita senantiasa menjaga lisan dan tangan kita dari menyebarkan hal-hal yang tidak baik tentang orang lain. Semoga kita semua termasuk dalam golongan orang-orang yang bertakwa dan senantiasa mendapatkan rahmat Allah SWT. Aamiin. (*)

 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *