Kemewahan dan Akar Tersebarnya Kemaksiatan Sosial

Kemewahan dan Akar Tersebarnya Kemaksiatan Sosial

Tidak Mau Berbagi

Ada karakter buruk dari orang yang memiliki kekayaan melimpah, namun tidak mau berbagi kepada orang lain. Dia tak mau peduli terhadap orang-orang yang miskin dan yang hidup dalam kekurangan.

Dia memandang bahwa berbagi hanya akan mengurangi hartanya, sehingga hanya dia yang boleh menikmatinya.

Al-Qur’an memberi contoh orang yang seperti ini tidak mau memberikan sebagian kekayaannya untuk diberikan kepada orang miskin.

Al-Qur’an memberi contoh pemilik kebun yang siap memanen. Dia yakin bahwa hasil kebunnya sangat baik dan berniat tidak boleh ada orang miskin yang dengar dan merasakan hasil panennya.

Suatu malam menjelang panen, dia mengajak temanannya memetik hasilnya. Dia berpesan agar tak didengar orang-orang miskin.

Namun akibat dari sifat pelit itu, maka Allah memberi pelajaran berupa musibah. Kebun yang akan dipanen ternyata musnah tanpa dia ketahui penyebabnya. Dia pun gagal panen, hingga menyesal. Hal ini dinarasikaan Al-Qur’an sebagaimana firman-Nya :

أَن لَّا يَدۡخُلَنَّهَا ٱلۡيَوۡمَ عَلَيۡكُم مِّسۡكِينٞ

“Pada hari ini janganlah ada seorang miskin pun masuk ke dalam kebunmu”. (QS. Al-Qalam : 24)

Begitu pelit dan kikirnya, pemilik kebun itu punya impian buruk. Dia memiliki rencana buruk, namun Allah memperhatikan niat buruknya dan akhirnya membalas dengan bencana.

Padahal akal pemilik kebun itu tahu bahwa yang menumbuhkan hasil kebun bukan dirinya tapi merasa hasil usahanya sendiri. Pandangan buruk ini justru mendatangkan keburukan dan nasib tradis yang menimpanya.

Apa yang menimpa pemilik kebun juga menimpa manusia hari-hari ini. Orang yang hidup dalam kemewahan justru tidak peduli orang lain. Banyaknya warga miskin yang hidup berdampingan dengan gedung dan apartemen mewah.

Warga miskin banyak yang hidup dalam kelaparan dan sulit makan. Di saat yang sama, orang yang hidup mewah berpesta pora dan membuang-buang makanan dengan membuang-bung makanam

Bahkan saat ini banyak fenomena penggusuran yang dilakukan orang bergaya hidup mewah sebagaimana yang dipertontonkanpara oligarki yang melakukan penggusuran tergadap warga lokal demi memperkaya diri dan menjadikan hidupnya semakin nyaman.

Untuk mewujudkan hal itu, mereka mengusir rakyat yang sudah menghuni secara turun temurun.

Apa yang terjadi di di Tangerang dimana terjadi pemagaran laut hingga mematikan usaha para nelayan.

Bahkan pantai itu sudah memiliki Hak Guna Bangunan (HGM) dan sudah menjadi kepemilikan para oligarki yang sudah hilang hatinya sebagai maanusia. Hatinya sudah membatu sehingga tega memakan hak orang lain.

Apa yang dilakukan orang-orang berkehidupan mewah ini merupakan kemaksiatan besar. Betapa tidak, kekayaannya bukan menumbuhkan amal kebaaikan, tetapi justru berubah menjadi ladang menciptakan kezaliman.

Mereka tega menggusur dan mengusir warga tanda sadar sehingga membuat hidup Masyarakat miskin semakin miskin.

Mata pencaharian sebagai nelayan sudah dibunuh oleh kerakusan pada hartawan yang ingin terus hidup makmur di tengah kemiskinan warga. (*)

Surabaya, 26 Januari 2025

Untuk mendapatkan update cepat silakan berlangganan di Google News

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *