Dalam kehidupan ini, sering kali kita lupa untuk bersyukur. Ketika kita sehat sepanjang tahun, kita jarang menyadarinya sebagai nikmat besar. Namun, ketika sakit hanya beberapa hari, kita langsung mengeluh dan merasa seakan-akan dunia ini begitu tidak adil.
Renungan Sehari-hari
- 360 hari kita sehat,
Lalu 5 hari kita sakit, tiba-tiba kita mengeluh:
“Ya Allah… kenapa Engkau beri aku sakit? Aku sudah tak sanggup.” - 29 hari kita hidup dalam keamanan,
Lalu 1 hari kita terkena musibah,
“Ya Allah… kenapa ini bisa terjadi? Aku sudah tak sanggup.” - 6 hari kita bahagia,
Lalu 1 hari kita dirundung duka, dan kita pun mengeluh:
“Ya Allah… kenapa ini terjadi padaku? Aku sudah tak sanggup.” - 20 jam kita kenyang,
Lalu 4 jam kita merasa lapar,
“Ya Allah… kenapa tidak ada makanan? Aku sudah tak sanggup.”
Apakah kita tidak malu kepada Allah yang telah begitu banyak melimpahkan rahmat-Nya kepada kita?
Padahal jika kita merenungkan lebih dalam:
- Kita lebih banyak sehatnya daripada sakitnya.
- Kita lebih banyak amannya daripada musibahnya.
- Kita lebih banyak senangnya daripada dukanya.
- Kita lebih banyak kenyangnya daripada laparnya.
Namun, tetap saja kita lebih sering mengeluh daripada bersyukur. Bukankah ini menunjukkan betapa lemahnya kita dalam memahami hakikat kehidupan?
Belajar dari Kesabaran Orang Lain
Pernahkah kita melihat orang-orang yang kehidupannya jauh lebih sulit daripada kita? Mereka yang hidup dalam keterbatasan, dalam cobaan berat, namun tetap mampu tersenyum dan tegar menjalani hidup.
Mereka tidak mengeluh, tidak menyalahkan takdir, karena mereka memahami bahwa semua yang Allah takdirkan pasti memiliki hikmah yang baik bagi mereka.
Lalu, mengapa kita yang diberikan begitu banyak kemudahan justru sering merasa tidak puas? Mengapa kita yang hidup berkecukupan masih sering berkeluh kesah?
Sikap Seorang Mukmin: Bersyukur dan Bersabar
Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam telah mengajarkan kepada kita bahwa setiap keadaan yang menimpa seorang mukmin adalah kebaikan baginya, asalkan ia mampu menyikapinya dengan benar.
Dari Shuhaib, ia berkata, Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam bersabda: “Sungguh menakjubkan keadaan seorang mukmin. Seluruh urusannya itu baik. Ini tidaklah didapati kecuali pada seorang mukmin. Jika mendapatkan kesenangan, maka ia bersyukur. Itu baik baginya. Jika mendapatkan kesusahan, maka ia bersabar. Itu pun baik baginya.” (HR. Muslim 2999)
Hadis ini mengajarkan kepada kita bahwa dalam setiap keadaan, ada peluang bagi kita untuk mendekatkan diri kepada Allah. Ketika dalam kebahagiaan, bersyukurlah agar nikmat semakin bertambah. Ketika dalam kesulitan, bersabarlah karena Allah pasti memberikan pahala bagi orang-orang yang sabar.
Mengeluh tidak akan mengubah keadaan, justru hanya menambah beban pikiran dan hati kita. Sebaliknya, dengan bersyukur, kita akan mendapatkan ketenangan dan kebahagiaan yang sesungguhnya.
Mulai sekarang, mari kita ubah cara pandang kita:
- Jika sedang sakit, ucapkan: “Alhamdulillah, ini kesempatan untuk menghapus dosa-dosaku.”
- Jika mengalami musibah, katakan: “Inna lillahi wa inna ilaihi raji’un, pasti ada hikmah di balik ini.”
- Jika merasa lapar, ingatlah bahwa masih banyak orang lain yang lebih sulit mendapatkan makanan.
- Jika merasa sedih, sadari bahwa kesedihan ini akan berlalu dan kebahagiaan pasti datang kembali.
Semoga kita semua termasuk hamba-hamba yang pandai bersyukur dan tidak mudah mengeluh. Karena sesungguhnya, semakin kita bersyukur, semakin banyak nikmat yang Allah berikan kepada kita.
“Dan (ingatlah) ketika Tuhanmu memaklumkan: ‘Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu, tetapi jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih.’” (QS. Ibrahim: 7)
Semoga renungan ini bermanfaat. Mari kita biasakan diri untuk lebih banyak bersyukur dan lebih sedikit mengeluh. In sya Allah, hidup kita akan menjadi lebih tenang dan bahagia. (*)