Kunci Menjadi Kaya Sejati

Kunci Menjadi Kaya Sejati

*)Oleh: Bahrus Surur-Iyunk
Pernah nyantri di Pondok Modern Muhammadiyah Paciran Lamongan Jatim

Abdurrahman bin Auf adalah seorang sahabat Rasulullah SAW yang terkenal dengan kekayaan dan kedermawanannya yang tiada tanding. Sifat dermawan dan kesalehan Abdurrahman tampaknya menjadi kunci utama menuju kekayaan hakiki. Bukan sekadar materi, tetapi juga keberkahan hidup.

Abdurrahman bin Auf adalah salah satu dari sepuluh sahabat yang dijamin masuk surga. Ia dikenal sebagai sosok saudagar sukses yang memiliki ribuan kuda, unta, dan domba yang jumlahnya berbukit-bukit. Namun, ketika peristiwa hijrah ke Madinah terjadi, Abdurrahman meninggalkan seluruh kekayaannya di Makkah. Hanya tersisa dua helai pakaian yang melekat di tubuhnya.

Setibanya di Madinah, ia dipersaudarakan dengan Said bin Abu Bakar, yang juga seorang saudagar kaya. Said menawarkan Abdurrahman segala sesuatu yang ia miliki, termasuk hartanya, tanahnya, bahkan salah satu istrinya jika ia berkenan. Namun, Abdurrahman dengan santun menolak dan lebih memilih berusaha sendiri dengan berdagang di pasar Madinah hingga ia kembali menjadi kaya raya.

Kisah ini menjadi teladan bagaimana harta yang melimpah tidak membuat Abdurrahman lengah akan akhiratnya. Dalam sebuah peristiwa, Rasulullah SAW pernah berpesan kepada Abu Bakar bahwa Abdurrahman nanti akan masuk surga dengan “merangkak”, karena saking banyaknya harta yang harus ia pertanggungjawabkan.

Mengetahui hal ini, Abdurrahman merasa gelisah. Ia segera bertabayyun kepada Rasulullah dan mendapati hal tersebut benar adanya. Sejak itu, ia berdoa dengan sungguh-sungguh agar Allah mengurangi hartanya. Dia berharap agar ia bisa lebih mudah menuju surga di akhirat kelak.

Baca juga: Hidup di Tengah Bangsa yang Dermawan, Lazismu Bergerak dengan Tiga Kunci Sukses

Dalam perjalanannya, Abdurrahman bahkan berupaya mendermakan seluruh hartanya, namun Allah tetap menjadikannya sebagai orang yang berlimpah harta. Sebagai contoh, ketika umat Islam menang dalam perang Tabuk, terjadi gagal panen kurma di Madinah. Abdurrahman membeli seluruh kurma busuk yang tidak laku tersebut.

Tak disangka, beberapa bulan kemudian, terjadi wabah hebat di wilayah Syam. Menariknya, obat yang mujarab untuk wabah tersebut ternyata adalah kurma busuk. Orang-orang Syam pun berbondong-bondong mencari kurma busuk ke Madinah, dan Abdurrahman kembali memperoleh keuntungan besar.

Atas kisah tersebut, Imam An-Nawawi menuliskan bahwa kunci kekayaan Abdurrahman bin Auf adalah karena ia sangat suka memberi makan dan bersedekah kepada orang lain. Di sinilah pentingnya menyampaikan kebaikan kepada sesama agar dapat menjadi teladan, selaras dengan nilai dalam surat Al-Ma’un yang diajarkan di Muhammadiyah.

Semua ini mengingatkan bahwa kekayaan sesungguhnya tidak hanya soal materi, tetapi bagaimana seorang Muslim mampu mengelola hartanya untuk kebermanfaatan umat, sekaligus sebagai persiapan menuju kehidupan abadi di akhirat. Wallahu a’lamu. (*)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *