Ramadan telah berlalu, tetapi apakah kita benar-benar berhasil melewatinya dengan gemilang? Apakah madrasah Ramadan yang penuh keberkahan ini telah mengubah diri kita menjadi pribadi yang lebih bertakwa?
Pertanyaan inilah yang mengemuka dalam tausiyah Ustaz Fimas Maulana Al-Jufri, S.Ag di Masjid Nurul Islam Pondok Maritim, Balas Klumprik, Kecamatan Wiyung, Surabaya, pada Rabu (26/3/2025).
Menurut dia, keberhasilan Ramadan bukan sekadar terukur dari seberapa banyak ibadah yang kita lakukan, tetapi lebih jauh lagi, apakah ibadah tersebut meninggalkan jejak nyata dalam kehidupan kita setelahnya.
Dalam ceramahnya, Ustaz Fimas menekankan pentingnya mengevaluasi keberhasilan Ramadan yang telah dijalani.
“Ramadan adalah bulan penuh keberkahan, kebaikan, dan kemuliaan. Oleh karena itu, keberadaan Ramadan di tengah umat Islam adalah karunia dan anugerah dari Allah SWT,” jelasnya.
Ustaz Fimas lalu mengajak jamaah untuk bertanya kepada diri sendiri, “Apakah Ramadan yang telah kita lalui ini berhasil?”
Jawaban dari pertanyaan tersebut dapat ditemukan dalam firman Allah dalam Surat Al-Baqarah ayat 183: “la’allakum tattaqun”, yang berarti bahwa tujuan dari puasa Ramadan adalah untuk mencapai ketakwaan.
Dia menjelaskan, seseorang yang sukses menjalani madrasah Ramadan akan terlihat dari terbentuknya pribadi yang bertakwa. Ketakwaan adalah pencapaian tertinggi dalam kehidupan seorang hamba.
“Tidak ada bangku kuliah, kursus, atau pelatihan yang bisa memberikan gelar takwa kepada seseorang, karena gelar tersebut hanya dapat disematkan oleh Allah dalam hati hamba-Nya,” tandas anggota Majelis Tabligh Pimpinan Wilayah Muhammadiyah (PWM) Jatim itu.
Takwa, terang dia, memiliki dampak luar biasa dalam kehidupan seorang Muslim. Seseorang yang memiliki tingkat takwa tinggi akan selalu menjaga lisannya, perbuatannya, dan perilakunya agar selalu membawa kebaikan serta manfaat bagi orang lain.
Allah SWT bahkan menyebutkan konsep takwa sebanyak 259 kali dalam Al-Qur’an, menegaskan betapa pentingnya kedudukan takwa dalam Islam. Sebagaimana firman Allah dalam Surat Al-Hujurat ayat 13:
إِنَّ أَكْرَمَكُمْ عِنْدَ اللَّهِ أَتْقَاكُمْ ۚ إِنَّ اللَّهَ عَلِيمٌ خَبِيرٌ
“Sesungguhnya yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling bertakwa. Sungguh, Allah Maha Mengetahui, Mahateliti.”
Dua Dimensi Keberhasilan Ramadan
Ustaz Fimas juga menerangkan bahwa keberhasilan Ramadan dapat diukur melalui dua dimensi utama:
-
Habluminallah (Hubungan dengan Allah SWT)
-
Habluminannas (Hubungan dengan Sesama Manusia)
Dari kedua dimensi tersebut, terdapat lima tanda utama bahwa seseorang telah berhasil mencapai ketakwaan setelah menjalani Ramadan:
-
Bertambahnya Keimanan kepada Allah SWT
Ramadan yang sukses akan meningkatkan keimanan seseorang terhadap hal-hal gaib yang tidak tampak dan tidak dapat dijangkau oleh akal manusia, seperti malaikat, surga, neraka, dan berbagai ketetapan Allah SWT yang diberitakan dalam Al-Qur’an dan hadis.
-
Meningkatnya Kualitas Salat
Orang yang sukses menjalani Ramadan akan merasakan perubahan dalam ibadah sholatnya. Salat bukan lagi sekadar kewajiban, melainkan sudah menjadi kebutuhan yang selalu dinantikan. Orang yang bertakwa akan merindukan panggilan sholat dan merasa tenang serta bahagia ketika mengerjakannya.
-
Gemar Bersedekah
Ciri lain dari keberhasilan Ramadan adalah semakin meningkatnya kebiasaan bersedekah, baik saat memiliki kelapangan rezeki maupun dalam kondisi sulit. Orang yang bertakwa tidak hanya bersedekah di bulan Ramadan, tetapi juga menjadikannya kebiasaan yang terus dilakukan sepanjang tahun.
-
Mampu Menahan Marah
Marah adalah sifat fitrah manusia yang tidak dapat dihindari. Namun, orang yang bertakwa mampu mengontrol amarah dan emosi negatifnya. Rasulullah SAW bersabda:
“Orang yang kuat itu bukanlah yang pandai bergulat, tetapi orang yang kuat ialah orang yang dapat mengendalikan dirinya ketika marah.” (HR. Bukhari 6114, HR. Muslim 2609)
Banyak perbuatan buruk yang terjadi karena ketidakmampuan seseorang menahan amarahnya. Oleh karena itu, salah satu tanda keberhasilan Ramadan adalah meningkatnya kemampuan seseorang dalam menahan dan mengontrol emosinya.
-
Mudah Memaafkan
Salah satu penyebab utama perselisihan dan permusuhan adalah dendam yang tidak diikuti dengan sikap saling memaafkan. Ramadan yang berhasil akan menjadikan seseorang lebih mudah memaafkan kesalahan orang lain. Dalam Al-Qur’an, Allah SWT berfirman:
“Dan memberi maaf itu lebih dekat kepada takwa.” (QS. Al-Baqarah: 237)
“Dengan memaafkan, seseorang akan memperoleh kebahagiaan bersama, hidup rukun, dan menciptakan hubungan sosial yang harmonis,” tutur Ustaz Fimas.
Menutup tausiyahnya, Ustaz Fimas mengingatkan jamaah bahwa Ramadan adalah madrasah untuk melatih diri menjadi pribadi yang lebih baik. Keberhasilan Ramadan tidak diukur dari banyaknya ibadah yang dilakukan selama bulan suci, tetapi dari perubahan perilaku dan peningkatan ketakwaan setelah Ramadan berakhir.
“Jika setelah Ramadan keimanan kita semakin kuat, sholat kita semakin khusyuk, kebiasaan bersedekah semakin meningkat, kita lebih mampu mengontrol emosi, serta lebih mudah memaafkan orang lain, maka itu adalah tanda bahwa Ramadan kita berhasil,” pungkasnya. (wh)