Syafiq A. Mughni: Guru Besar Harus Jalankan Misi Profetik, Bukan Sekadar Akademik

Syafiq A. Mughni: Guru Besar Harus Jalankan Misi Profetik, Bukan Sekadar Akademik

Ketua Pimpinan Pusat Muhammadiyah, Prof. Dr. Syafiq A. Mughni, M.A., menyampaikan pesan penting dalam acara Pengukuhan Guru Besar Universitas Muhammadiyah Sidoarjo (Umsida) dan Peluncuran Program Studi Kedokteran yang digelar di Auditorium KH Achmad Dahlan, Kampus 1 Umsida, pada Sabtu (12/4/2025).

Dalam pidatonya, Prof. Syafiq menekankan bahwa guru besar Muhammadiyah tidak hanya mengemban tugas formal akademik, tetapi juga memiliki tanggung jawab substantif sebagai penerus misi kenabian (profetik).

Dalam momentum yang dihadiri sivitas akademika, tokoh Muhammadiyah, dan tamu undangan dari berbagai kalangan, Syafiq menyampaikan bahwa keberadaan guru besar di lingkungan Perguruan Tinggi Muhammadiyah-Aisyiyah (PTMA) memiliki makna strategis.

Ia mengutip Al-Qur’an surat Al-Jumu’ah sebagai landasan spiritual yang menegaskan tiga misi utama kenabian yang perlu diemban oleh guru besar Muhammadiyah.

Pertama, misi saintifik. Guru besar dituntut untuk mengembangkan ilmu pengetahuan secara berkelanjutan. “Kita tidak bisa berpuas diri dengan apa yang ada hari ini. Guru besar Muhammadiyah harus terus menjadi lokomotif keilmuan yang menjawab tantangan zaman,” ujarnya.

Menurutnya, misi ini merupakan bentuk aktualisasi dari tanggung jawab akademik yang terintegrasi dengan nilai-nilai Islam.

Kedua, misi sosial. Syafiq menyebut pentingnya peran guru besar sebagai intelektual organik yang hidup dan tumbuh bersama masyarakat.

Ia mengangkat istilah rausyan fikr, sebuah konsep manusia ideal yang digagas oleh Ali Syari’ati, seorang intelektual Muslim asal Iran. Rausyan fikr adalah konsep kesempurnaan jati diri manusia yang memiliki karakteristik khusus sehingga mendapat keistimewaan sebagai “nabi sosial”.

Rausyan fikr adalah kaum intelektual dalam arti yang sebenarnya—sosok pemikir yang membumi dan berpihak pada nilai-nilai kemanusiaan.

“Guru besar Muhammadiyah adalah insan kamil yang mampu menghidupkan ilmu di tengah masyarakat, bukan sekadar mengurung diri dalam menara gading akademik,” tegasnya.

Ketiga, misi pencerahan. Inilah inti dari gerakan Muhammadiyah yang harus terus dijaga dan dihidupkan.

Guru besar, menurut Prof. Syafiq, harus menjadi bagian aktif dari seluruh gerak langkah dakwah Muhammadiyah yang mencerahkan umat dan bangsa.

“Ilmu pengetahuan bukan sekadar untuk memenuhi rasa ingin tahu, tapi untuk menghadirkan well-being, kesejahteraan umat manusia seluas-luasnya,” ucapnya penuh semangat.

Syafiq juga menyampaikan apresiasinya atas pencapaian Umsida yang kini resmi membuka Program Studi Kedokteran. Hal ini menambah daftar fakultas kedokteran di lingkungan PTMA menjadi 20 fakultas yang tersebar di berbagai provinsi.

Ia menegaskan, “Tidak ada lembaga pendidikan tinggi swasta di Indonesia yang memiliki fakultas kedokteran sebanyak Muhammadiyah. Ini menunjukkan kepercayaan publik dan keseriusan Muhammadiyah dalam mencerdaskan bangsa.”

Syafiq berharap, pengukuhan guru besar dan pembukaan Prodi Kedokteran ini menjadi momentum konsolidasi keilmuan dan gerakan sosial Muhammadiyah.

“Kita ingin guru besar Muhammadiyah tidak hanya berwibawa secara akademik, tapi juga menjadi agent of change yang membawa misi dakwah dan tajdid,” katanya menutup pidato.

Acara tersebut menjadi penanda penting bagi Umsida sebagai bagian dari ekosistem PTMA yang terus berkembang. Keterlibatan dosen, guru besar, dan pimpinan kampus dalam gerakan pencerahan Muhammadiyah diharapkan mampu melahirkan generasi intelektual yang berilmu, beriman, dan berdampak bagi umat dan bangsa. (wh)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *