Syawal: Bulan Evaluasi, Bulan Perubahan Nyata

Syawal: Bulan Evaluasi, Bulan Perubahan Nyata
*) Oleh : Dr. Ajang Kusmana

Di bulan Syawal ini, marilah kita intropeksi diri dan melakukan evaluasi terhadap nilai amal ibadah, dengan tujuan agar setelah Ramadan berlalu kita menjadi lebih baik daripada sebelum Ramadan.

Alangkah naifnya kita ini, sudah diberi kesempatan di bulan suci yang penuh ampunan dan rahmat, masih saja tidak berubah atau mungkin lebih parah.

Hari ini harus lebih baik daripada kemarin. Kegagalan masa lalu harus kita jadikan pelajaran berharga dan tidak akan kita ulangi lagi. Kita harus ingat peringatan Rasulullah dalam sabdanya:

“Barangsiapa yang hari ini lebih buruk dari hari kemarin, maka celakalah ia.”

Kemudian apa yang mesti kita lakukan untuk memulai lembaran baru di bulan sawal ini? Berangkat dari kaidah umum dari hadits Nabi tersebut, dan mengingat makna bulan Syawal, maka yang harus kita adalah istiqamah yaitu menetapi agama Allah dan berjalan lurus di atas ajarannya. Sebagaimana yang di perintahkan:

فَاسْتَنقِمُ كَمَا أُمِرْتَ وَمَنْ تَابَ مَعَكَ وَلَا تَطْغَوْا إِنَّهُ بِمَا تَعْمَلُونَ بَصِيرٌ

“Maka istikamahlah kamu, sebagaimana diperintahkan kepadamu dan (juga) orang yang telah bertaubat beserta kamu dan janganlah kamu melampaui batas. Sesungguhnya Dia Maha Melihat apa yang kamu kerjakan.” (QS. Hud ayat 112).

Bentuk istikamah dalam amal ibadah adalah dengan mengerjakannya secara terus-menerus. Sebagaimana yang dijelaskan dalam hadis Nabi:

إِنَّ أَحَبَّ الْأَعْمَالِ إِلَى اللَّهِ مَا دَامَ وَإِنْ قَلْ

“Sesungguhnya amal yang paling dicintai Allah adalah yang terus menerus (kontinu) meskipun sedikit.” (HR. Bukhari dan Muslim).

Istikamah berarti berpendirian teguh atas jalan yang lurus. Berpegang pada akidah Islam dan melaksanakan syariat dengan teguh. Tidak mudah goyah dalam keadaan bagaimana pun.

Sifat yang mulia ini menjadi tuntutan Islam seperti yang diperintahkan oleh Allah Taala dan Rasul-Nya.

قُلْ إِنَّمَا أَنَا بَشَرٌ مِثْلُكُمْ يُوحَىٰ إِلَيَّ أَنَّمَا إِلَٰهُكُمْ إِلَٰهٌ وَاحِدٌ فَاسْتَقِيمُوا إِلَيْهِ وَاسْتَغْفِرُوهُ ۗ وَوَيْلٌ لِلْمُشْرِكِينَ

Katakanlah: “Bahwasanya aku hanyalah seorang manusia seperti kamu, diwahyukan kepadaku bahwasanya Tuhan kamu adalah Tuhan yang Maha Esa, maka tetaplah pada jalan yang lurus menuju kepada-Nya dan mohonlah ampun kepada-Nya. Dan kecelakaan besarlah bagi orang-orang yang mempersekutukan-Nya.” (QS. Fushilat ayat 6).

Istiqomah merupakan daya kekuatan yang diperlukan sepanjang hayat manusia dalam melaksanakan tuntutan Islam, mulai dari amalan hati, amalan lisan dan anggota tubuh badan.

Jelasnya, segala amalan yang dapat dirumuskan dalam pengertian ibadah baik fardu ain atau fardhu kifayah keduanya memerlukan istikamah.

Istikamah juga merupakan sikap jati diri yang teguh dan tidak berubah oleh pengaruh apapun. Sikap ini akan memotivasi seseorang untuk terus berusaha dalam mencapai kesuksesan di segala bidang. Bidang agama, politik, ekonomi, pendidikan, penyelidikan, perusahaan dan perniagaan. dan lain-lain.

Istiqomah dalam meneguhkan iman dan melaksanakan kebaikan akan mendatangkan kebahagiaan hidup, baik di dunia maupun di akhirat. Seperti yang dinyatakan di dalam al-Quran.

قُلْ إِنَّمَا أَنَا بَشَرٌ مِثْلُكُمْ يُوحَى إِلَى أَنَّمَا الْهُكُم الله وحِدٌ فَاسْتَقِيمُوا إِلَيْهِ وَاسْتَغْفِرُوهُ وَوَيْلٌ لِلْمُشْرِكِينَ إِنَّ الَّذِينَ قَالُوا رَبُّنَا اللَّهُ ثُمَّ اسْتَقَامُوا تَتَنَزَّلُ عَلَيْهِمْ المَلَائِكَةُ الْاتَخَافُوا وَلَا تَحْزَنُوا وَابْشِرُوا بِالْجَنَّةِ التي كُنْتُمْ تُوعَدُونَ

“Sesungguhnya orang-orang yang menegaskan keyakinan dengan berkata, “Tuhan kami ialah Allah”, kemudian mereka tetap teguh di atas jalan yang betul, akan turunlah Malaikat kepada mereka dari masa ke semasa (dengan memberi ilham), “Janganlah kamu bimbang (dari berlakunya kejadian yang tidak baik terhadap kamu) dan janganlah kamu berduka cita, dan terimalah berita gembira bahwa kamu akan beroleh Surga yang telah dijanjikan kepada kamu.” (QS. Fussilat aayat 0-32).

Jika demikian halnya maka  amal-amal yang telah kita biasa-kan di bulan Ramadhan, hendaknya tetap dipertahankan selama bulan Syawal dan bulan-bulan berikutnya.

Membaca Al-Qur’an setiap hari, shalat malam yang sebelumnya kita lakukan dengan tarawih, di bulan Syawal ini hendaknya kita tidak meninggalkan shalat tahajud dan witirnya. Infaq dan shadaqah yang telah kita lakukan juga kita pertahankan.

Demikian pula nilai-nilai ke-imanan yang tumbuh kuat di bulan Ramadhan. kita tak takut lapar dan sakit karena kita bergantung pada Allah selama puasa Ramadhan.

Kita tidak memerlukan pengawasan siapapun untuk memastikan puasa kita berlangsung tanpa adanya hal yang membatalkan sebab kita yakin akan pengawasan Allah (ma’iya-tullah).

Kita juga dibiasakan berlaku ikhlas dalam puasa tanpa perlu mengumumkan puasa kita pada siapapun. Nilai keimanan yang meliputi keyakinan, maiyatullah, keikhlasan, dan lainnya ini hendaknya tetap ada dalam bulan Syawal dan seterusnya. Bukan malah menipis kemudian hilang seketika. (*)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *