*) Oleh: Dr. Slamet Muliono Redjosari
Di tengah hiruk-pikuk kehidupan modern yang serba materialistis, ada sosok sederhana yang menemukan kebahagiaan dalam pengabdian. Namanya, Tulus Waris. Pria kelahiran Kebumen pada 6 April 1961 itu, telah menjalani hidupnya sebagai marbot Masjid Istiqomah di Bogor Timur dengan penuh keikhlasan.
Bersama istrinya, ia menetap di masjid tersebut, mendedikasikan hidupnya untuk kebersihan dan kenyamanan para jamaah. Baginya, masjid bukan sekadar tempat ibadah, tetapi juga rumah yang selalu memberi ketenangan.
Sejak tahun 2004, Tulus mengabdikan dirinya di Masjid Istiqomah yang terletak di Jalan Bulldozer No. 1, Baranangsiang, Bogor Timur.
Setiap hari, sebelum fajar menyingsing, ia sudah bersiap menyapu halaman masjid, merapikan sajadah, dan memastikan setiap sudut masjid dalam keadaan bersih. Ia bukan hanya marbot, tetapi juga sosok yang selalu siap membantu siapa pun yang membutuhkan.
Tugasnya tidak berhenti di masjid. Dengan penuh dedikasi, ia turut membersihkan halaman Taman Pendidikan Kanak-Kanak (TPA) yang dikelola oleh Yayasan Istiqomah.
Bagi Tulus, melihat anak-anak datang ke sekolah dalam lingkungan yang bersih dan nyaman adalah sebuah kebahagiaan tersendiri. Masyarakat pun menaruh kepercayaan besar kepadanya.
Tak jarang, warga menitipkan kendaraan atau meminta bantuan untuk mengantar mereka ke bandara dan menjemput anak-anak sekolah. Meski tidak meminta imbalan, banyak orang yang dengan tulus memberikan sesuatu sebagai bentuk penghargaan atas kebaikannya.
Selain itu, dalam banyak kesempatan, ia juga berperan sebagai teman bagi para jamaah. Ketika ada yang datang ke masjid dengan hati yang gelisah, Tulus selalu menyediakan telinga dan kata-kata bijak untuk menenangkan mereka. Bukan seorang ustaz, tetapi ketulusannya dalam membantu orang lain membuatnya dihormati dan dicintai.
Kehidupan Tulus jauh dari kemewahan, tetapi hatinya selalu merasa cukup. Tanpa gaji tetap, ia percaya bahwa Allah akan mencukupkan segala kebutuhannya.
Keyakinan ini pun terbukti dalam kehidupan anak-anaknya. Putra pertamanya berhasil meraih gelar dari fakultas farmasi, putri keduanya menempuh studi di bidang kesehatan, dan putra ketiganya hampir menyelesaikan pendidikan di Fakultas Pendidikan Universitas Muhammadiyah Bandung.
Kini, ketiga anaknya telah mandiri dan tinggal di Bandung, di rumah milik putra sulungnya. Keberhasilan anak-anaknya menjadi bukti bahwa keberkahan selalu hadir bagi mereka yang berbuat baik dan ikhlas dalam menjalani kehidupan.
Tulus selalu meyakini bahwa rezeki tidak hanya berupa uang, tetapi juga kesehatan, ketenangan, dan keberhasilan anak-anaknya.
Sebagai seorang ayah, ia tak pernah mengeluh meski harus bekerja keras tanpa bayaran tetap. Ia selalu bersyukur dengan apa yang diberikan Allah dan percaya bahwa pengabdiannya di masjid adalah bagian dari jalan hidup yang telah ditentukan-Nya.

Ketulusan yang Menginspirasi
Dalam setiap langkahnya, Tulus Waris tidak hanya membersihkan masjid secara fisik, tetapi juga membersihkan hatinya dari ketamakan dan keinginan duniawi.
Hidupnya yang sederhana justru dipenuhi dengan ketenangan dan kebahagiaan. Ia percaya bahwa dengan mengabdikan diri di rumah Allah, keberkahan akan mengalir tanpa henti.
Kepercayaan yang diberikan oleh masyarakat merupakan bukti nyata bahwa ketulusan dan keikhlasan dalam membantu sesama akan selalu dihargai.
Tulus telah membuktikan bahwa kebahagiaan sejati bukanlah tentang seberapa banyak harta yang dimiliki, melainkan seberapa besar manfaat yang bisa diberikan kepada orang lain.
Sosoknya menjadi inspirasi bagi banyak orang. Beberapa anak muda yang sering datang ke masjid tergerak hatinya untuk ikut menjaga kebersihan dan membantu Tulus dalam pekerjaannya.
Dia selalu mengajarkan kepada mereka bahwa kebersihan adalah bagian dari iman, dan melayani orang lain adalah bentuk ibadah yang sangat mulia.
Dengan penuh rasa syukur, Tulus terus menjalani hari-harinya di masjid, tempat ia menemukan ketenangan sejati. Sebuah pengabdian yang tidak hanya membawa keberkahan bagi dirinya, tetapi juga bagi banyak orang di sekitarnya.
Ia berharap, kisah hidupnya bisa menginspirasi lebih banyak orang untuk selalu bersyukur, berbagi, dan menjalani hidup dengan ketulusan. Karena bagi Tulus Waris, kebahagiaan sejati bukanlah tentang memiliki segalanya, tetapi tentang merasa cukup dengan apa yang sudah diberikan oleh Allah. (*)