Ujian antara Sabar dan Rida

Ujian antara Sabar dan Rida

*) Oleh: Sigit Subiantoro
Anggota Majelis Tabligh PDM Kabupaten Kediri

Orang yang rida derajatnya lebih tinggi dan lebih utama daripada derajat orang yang sabar.

Barangkali di antara kita ada yang mampu sabar menghadapi ujian dan cobaan, namun belum tentu dirinya rida, sedangkan orang yang rida dengan keputusan Allah sudah pasti dia bersabar.

Sabar artinya menahan lisan dari berkeluh kesah dan menahan anggota badan dari memukul pipi dan merobek-robek pakaian. Atau dengan kata lain menahan segala ucapan dan perbuatan yang semakin memperberat penderitaan.

Adapun rida artinya rela dan berlapang atas ketetapan Allah. Orang yang rida dirinya yakin bahwa apa yang sudah Allah takdirkan terjadi dalam hidupnya jauh lebih baik dari apa yang dia inginkan.

Terkait sikap rida ini Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam telah mengingatkan dalam sabda beliau:

“Sesungguhnya Allah apabila mencintai suatu kaum, maka Dia akan menguji mereka. Barangsiapa yang rida niscaya dia akan memperoleh keridaan-Nya dan barangsiapa yang murka maka dia akan mendapat kemurkaan-Nya”.
(Shahih At-Tirmidzi no. 2396 dihasankan oleh Syaikh Nashir dari Anas bin Malik)

Cukuplah kisah Nabi Ayyub ‘alaihissalaam sebagai pelajaran berharga bagi kita bahwa keridaan beliau atas ujian yang Allah takdirkan menjadi sebab digantinya penderitaan beliau dengan kenikmatan yang lebih banyak.

Karena itu sabar hukumnya wajib, sedangkan rida lebih utama. Dan apabila keimanan seseorang sudah menembus batas rida, dia akan mampu mengambil hikmah dari setiap peristiwa, mampu berbaik sangka kepada Rabbnya, bahkan menikmati ujian yang dijalaninya.

Semoga bermanfaat. (*)

 

 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *