Sabtu (8/4/2023), saya bertolak ke Makkah, Arab Saudi untuk melakukan perjalanan spiritual menunaikan ibadah umrah. Tepat pada 17 hari pelaksanaan Ramadan.
Perjalanan umrah saya mengikuti travel Al Madinah Mutiara Sunnah. Berangkat bersama pesawat Batik Air pukul 8.20 WIB. Alhamdulillah, tidak ada delay (penundaan). Tepat waktu.
Perjalanan ke Tanah Suci ini ditempuh selama 11 jam. Pesawat yang membawa rombongan kami tiba di Bandara Internasional King Abdul Aziz Jeddah, pukul 16.20 waktu Arab Saudi.
Salah satu bandara tersibuk di kawasan Timur Tengah dan Teluk. Selain menjadi tempat transit jemaah haji dan umrah, bandara ini juga menjadi hub global untuk fleksibilitas operasional.
Bandara yang terletak di Jeddah ini memiliki terminal kompleks khusus jamaah haji dan umrah. Desainnya berbentuk tenda.
Baca juga: Menunggu Waktu Syuruk di Masjid Nabawi
Terminal haji dengan luas 510.000 meter persegi ini merupakan terminal terbesar keempat di dunia.
Di dalam bandara terlihat antrean pemeriksaan visa, namun tidak kelewat padat, apalagi mengular. Pemeriksaan pemeriksaan visa yang cukup cepat. Tidak kelewat ribet. Setelah selesai, kami dipersilakan keluar bandara.
Yang agak mengagetkan, begitu keluar pemeriksaan petugas visa, kita langsung disambut kaum milenial Arab Saudi. Mereka sengaja mendatangi para jamaah umrah.
Saya sempat kaget karena ada salah seorang yang memberikan satu bungkus jajanan.
Saya mengira dia jualan sebagaimana di Indonesia. Begitu saya tanya barang yang berikan dia menjawab, “Ini takjil untuk berbuka puasa.”
Baca juga: Islam Berkemajuan Jadi Fondasi Perumusan Worldview
Alhamdulillah, ternyata mereka adalah para muhsinin (orang yang dermawan) yang ingin mendapatkan pahala dengan memuliakan jamaah umrah yang datang dari berbagai penjuru dunia.
Perjalanan yang cukup panjang tapi tidak berasa melelahkan. Kabar yang saya terim, perjalanan panjang karena puasa Ramadan kali ini selama 17-18 jam. Kalau di Indonesia puasa selama 13-14 jam.
Saya juga merasakan perjalanan tidak melelahkan. Karena selama perjalanan cuacanya lumayan dingin selama di pesawat.
Dan begitu turun di bandara, cuacanya bersahabat. Hanya 27 derajat celcius. Meski memakai jaket, saya tak keluar keringat.
Menurut Peneliti Cuaca dan Iklim Arab Saudi, Abdulaziz Al-Hussaini, kondisi itu disebabkan bulan suci tahun ini jatuh pada musim semi.
Oleh sebab itu, beberapa karakteristik musim dingin diperkirakan akan mendominasi cuaca Ramadan tahun ini.
Ramadhan di Makkah tahun ini diperkirakan memiliki tingkat curah hujan yang lebih tinggi dari biasanya di sebagian besar wilayah. Terutama pada paro pertama Ramadan.
Baca juga: Tinggalkan Budaya Lisan, Ganti ke Tradisi Baca-Tulis
Jika terjadi hujan, cuaca biasanya berubah menjadi dingin. Bahkan di siang hari, dengan angin dingin di malam hari dan dini hari.
Keceriaan itu masih saya rasakan ketika datang ke hotel. Begitu masuk lobby hotel, terdapat beberapa pemandangan yang menentramkan. Kerena terpampang tulisan kalimat Tauhid, Laa ilaaha illallah.
Selain itu, disediakan fasilitas wi-fi gratis. Hal ini terpampang terbuka dan siapa pun bisa melihatnya sehingga bisa mengakses dengan mudah. (*)
Penulis: Dr SLAMET MULIONO REDJOSARI, Wakil Ketua Majelis Tabligh Muhammadiyah Jawa Timur