Hari ini, UAD Gelar Sarasehan Melahirkan Pemikir Pendidikan Muhammadiyah
Sarasehan Melahirkan Pemikir Pendidikan Muhammadiyah
UM Surabaya

Menjawab kebutuhan akan lahirnya pemikir-pemikir pendidikan di Muhammadiyah, Program Doktor Pendidikan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) Universitas Ahmad Dahlan (UAD) akan menggelar “Sarasehan Melahirkan Pemikir Pendidikan Muhammadiyah,” Kamis (11/1/2024) bertempat di Aula Masjid Islamic Center UAD.

Hadir sebagai narasumber Prof Amin Abdullah, Prof Abdul Munir Mulkhan, Prof. Suyata, dan Dr. Mohamad Ali, M.Pd.

Dekan FKIP UAD Muhammad Sayuti menjelaskan, tujuan penyelenggaraan Sarasehan Melahirkan Pemikir Pendidikan Muhammadiyah, pertama, menganalisis dan mengevaluasi progres dan capaian pendidikan Muhammadiyah di antara dinamika global pendidikan, secara khusus di dunia Islam kontemporer.

Kedua, menyusun draf peta jalan (road map) kontribusi Muhammadiyah pada dunia pendidikan Indonesia dan dunia Islam.

“Ketiga, mengidentifikasi dan merumuskan kebutuhan pemikir pendidikan Muhammadiyah yang harus dilahirkan untuk pencapaian misi Islam Berkemajuan. Keempat, memetakan tema-tema riset yang dibutuhkan dalam merintis bangunan teori pendidikan Muhammadiyah.

“Kelima, menyusun strategi Program Doktor Pendidikan UAD yang kontributif bagi lahirnya pemikir/filosof/teoretikus pendidikan Muhammadiyah,” jelasnya seperti dikutip dalam siaran pers yang diterima redaksi pada Rabu (10/1/2024).

Sayuti juga menambahkan, bahwa FKIP sebagai embrio UAD memiliki beban dan tanggung jawab sejarah untuk menjawab kebutuhan lahirnya pemikir-pemikir pendidikan di Muhammadiyah.

“Sarasehan ini adalah langkah awal atau pintu masuk untuk memulai aktivitas Program Doktor Pendidikan di FKIP UAD,” imbuhnya.

Sekadar diketahui bahwa satu abad lebih pendidikan Muhammadiyah telah mewarnai sejarah bangsa Indonesia. Dimulai dari inisiatif sang pendiri Muhammadiyah, KH Ahmad Dahlan, ketika bereksperimen mendirikan Madrasah Ibtidaiyah Diniyah Islamiyah (MIDI) pada 1911, tujuannya adalah menyatukan dualisme pendidikan (integrasi) antara Islam dan barat atau tradisionalis dan modernis (Syujak, 1989).

Institusionalisasi gerakan pendidikan Muhammadiyah ditengarai lewat pembentukan organisasi ini yang bertujuan “Memadjoekan dan menggembirakan pengadjaran dan peladjaran Igama Islam di Hindia-Nederland” (Statuten 1914 artikel 2 point a).

Sedangkan operasionalisasi pendidikan Muhammadiyah lewat pembentukan Bagian Sekolahan pada 17 Juni 1920 yang diketuai oleh Haji Hisyam (Djarnawi Hadikusuma, 1977).

Sekitar 112 tahun pemikiran pendidikan KH Ahmad Dahlan (fase inisiasi—pemikiran individu), atau 111 tahun gerakan pendidikan Muhammadiyah (fase institusionalisasi—pemikiran kolektif), atau 103 tahun sistem pendidikan Muhammadiyah (fase pelembagaan ad hoc—Departemen Pengajaran) adalah matarantai pemikiran dan aktivisme dalam sejarah pendidikan Muhammadiyah yang saling tumbuh dan menghimpun.

Namun demikian, dinamika sejarah Muhammadiyah—terutama di bidang pendidikan—layaknya “panggung besar” yang menampilkan berbagai macam ideologi (pemikiran) dari banyak aktor (kontestasi pemikiran dan aktor). Maka ide-ide besar dan para aktor datang silih berganti dalam panggung sejarah (pendidikan) Muhammadiyah. (*/tim)

Untuk mendapatkan update cepat silakan berlangganan di Google News

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini