Cara Yasinan Orang Muhammadiyah dan Praktiknya
Saad Ibrahim. foto: muhammadiyah.or.id

Meski tidak menampilkan secara simbolis kegiatan Yasinan, sebagaimana umat Islam lain di Indonesia lakukan, namun Muhammadiyah termasuk Aisyiyah ternyata juga melakukan kegiatan Yasinan.

Tapi pada umumnya tidak dari Yasin sampai kemudian ayat yang terakhir. Kadang-kadang Yasinan itu cukup satu ayat itu sudah dianggap Yasinan karena satu ayat itu tetap bagian dari Surat Yasin.

Makanya, tidak bisa dibilang kalau Warga Muhammadiyah-Aisyiyah itu tidak Yasinan. Hanya saja cara Yasinannya berbeda dari pengetahuan mainstream masyarakat Islam di Indonesia.

Merujuk Surat Yasin ayat 82, dari ayat tersebut dapat dipetik dua pengajaran. Pertama, memperkokoh dimensi teologis muslim.

Sebab dengan kehendak yang begitu variatif, Allah SWT merealisasikannya hanya dengan bilang kun faya kun.

Yaitu untuk menimbulkan di hati kita ini perasaan bahwa begitu hebatnya Allah SWT.

Tentu antara kun dan fayakun itu tidak penting kapan terjadinya. Bisa seketika, bisa lama, tidak penting. Tapi tetap kemudian terwujud.

Kedua, supaya sebagai hamba, manusia bisa mengikuti akhlak Allah. Oleh karena itu, jika ingin merealisasikan kehendak, manusia diminta supaya memiliki kemauan yang baik dan besar.

Sebagaimana yang disampaikan oleh Yusuf Qardhawi, bahwa manusia dianggap bukan apa-apa kecuali memiliki kemauan.

Termasuk tinggi atau rendahnya seseorang ditentukan oleh besar atau kecilnya kemanusiaannya.

Pengajaran demikian dapat dipraktikkan dalam mengurus Muhammadiyah, yaitu diawali dengan keinginan yang baik dan juga besar, supaya Muhammadiyah bisa berbuat dan mengaktualisasikan kehendaknya.

Kemauan yang baik dan besar yang dimiliki oleh Muhammadiyah ini mengantarkannya menjadi organisasi Islam terbesar di dunia.

Dengan kebesarannya Muhammadiyah memberikan kepeloporan, salah satunya mendirikan universitas pertama dari Indonesia di luar negeri. (*)

(Disampaikan Ketua PP Muhammadiyah Saad Ibrahim dalam Pengukuhan PDM dan PDA Pati, 10 Juni 2023)