Hati merupakan kunci kebaikan ucapan dan perilaku manusia. Hati yang bersih bukan hanya mudah untuk melakukan amal kebaikan, tetapi juga akan diringankan untuk mempengaruhi orang berbuat kebaikan.
Pernyataan tersebut disampaikan Prof. Dr. Taufiq Kasturi, Guru Besar Psikologi Universitas Muhammadiyah Surakarta (UMS), di acara Training of Trainers (ToT) PIMMNAS (Pelatihan Instruktur Muballigh Muhammadiyah Nasional), Kamis malam (25/1/2024).
Kegiatan itu digelar di Tabligh Institute Yogyakarta itu berlangsung mulai 24 hingga 27 Januari 2024. PIMMNAS difokuskan untuk membekali para mubaligh Muhammadiyah agar menjadi instruktur di daerahnya.
“Hati yang bersih menjadi modal besar bagi para mubaligh untuk membangun jembatan dengan para jamaahnya. Hal ini relevan bagi tersampaikannya pesan-pesan dakwah,” kata dia.
Baca juga: Teladani Nabi, Berdakwahlah pada Mereka yang Belum Kenal Islam
Dia lalu menjelaskan Nabi Muhammad saw memilihi hati yang sangat bersih. Malaikat Jibril pernah membelah dada nabi dan membersihkan hatinya dengan air zam-zam.
“Nabi Muhammad merupakan contoh manusia yang berhasil membangun jembatan bagi kaumnya yang menjadi sasaran dakwahnya,” jelas Taufik.
Lantaran itu pula, sebut dia, tokoh kafir Quraisy melarang siapa pun untuk berjumpa dan mendengarkan perkataan Nabi Muhammad. Hal ini tidak lain agar tidak terpengaruh dan mengikuti ajarannya.
Di sinilah, sebut dia, pentingnya para mubaligh untuk membersihkan hati sebelum mengajak umatnya meniti jalan petunjuk Allah dan Rasul-Nya.
Bagi orang yang memiliki sifat temperamental akan sulit untuk berubah ketika disampaikan peringatan dan nasihat. Karena hatinya yang keras, maka sulit menerima masukan.
Ketika seorang mubaligh yang memiliki hati yang bersih, dengan bantuan Allah, diharapkan mampu menembus hati orang-orang bertemperamen agar berubah dengan nasihat kenabian secara berulang-ulang.
Baca juga: Penyaluran Dana Lazismu untuk Internal Muhammadiyah Hanya 6 Persen
Taufik mencontohkan, ketika menasihati komunitas yang terkena virus LGBT, di mana banyak laki-laki yang berperilaku menyimpang dengan menyukai laki-laki, maka perlu dijelaskan bahwa laki-laki yang normal cenderung pada perempuan, dan hal ini disampaikan secara berulang-ulang.
“Bilamana hati seorang dai bersih, maka nasihatnya akan tertanam dan bisa mempengaruhi pelaku LGBT,” ujar dia.
Dia menambahkan, ketika laki-laki malas salat berjamaah di masjid, maka perlu dijelaskan bahwa Nabi tidak pernah salat wajib di rumah dan senantiasa memberi contoh, serta menekankan bahwa laki-laki harus salat berjamaah di masjid, sementara perempuan salat di rumahnya.
Baca juga: Berdakwah Bukan untuk Terkenal, Apalagi Dapat Kekuasaan
“Demikian pula larangan bercampur laki-laki dan perempuan yang belum sah, bisa diibaratkan seperti durian dan mentimun. Laki-laki diibaratkan durian dan perempuan seperti mentimun. Bilamana keduanya bercampur tanpa ikatan pernikahan, maka diibaratkan durian akan menyentuh mentimun dan melukainya,” jelas Taufik.
Kata Taufik, peran tabligh memang bersifat mengajak dan menyampaikan kepada orang lain tentang kebaikan, sementara hidayah datang dari Allah. (slamet muliono)
Untuk mendapatkan update cepat silakan berlangganan di Google News