Sosok Didin Fatihudin, Anak Kiai yang Dikukuhkan jadi Guru Besar UM Surabaya
Didin Fatihudin. foto: humas um surabaya

Jabatan Guru Besar merupakan jabatan tertinggi yang diemban seorang dosen di Perguruan Tinggi.

Untuk mencapai titik ini bukan suatu hal yang mudah, butuh perjuangan dan ketekunan.

Sama halnya seperi perjalanan Didin Fatihudin Guru Besar Bidang Ekonomi yang baru saja dikukuhkan.

Di balik kesuksesannya hari ini, rupanya laki-laki kelahiran Kuningan Jawa Barat tersebut, merupakan anak dari seorang kiai yang memiliki pesantren. Didin merupakan anak ke-10 dari 11 bersaudara.

Sejak kecil ia memang memiliki ketertarikan yang besar dalam pendidikan, hal tersebut dibuktikan ketika kecil Didin menempuh sekolah MI dan SD secara bersamaan.
Kemudian saat memasuki sekolah menengah pertama, Didin mulai memiliki ketertarikan pada ilmu ekonomi.

Sebagai anak yang tumbuh dengan banyak saudara, Didin menjadi anak yang mandiri hal tersebut dibuktikan dengan ia mendapatkan beasiswa saat menempuh studi mulai jenjang S1 higga S3.

Baca juga: Didin Fatihudin Dikukuhkan jadi Guru Besar Ekonomi UM Surabaya

Pada saat kuliah S1, Didin menerima Beasiswa Supersemar, kemudian saat melanjutkan S2 di Universitas Airlangga mendapatkan beasiswa Dikti Kemendiknas, dan S3 di Universitas Airlangga dengan beasiswa BPPS Dikti Kemendiknas.

foto: humas um surabaya
foto: humas um surabaya

Di tengah kariernya yang cemerlang, Didin telah menulis 26 buku dan beberapa di antaranya telah diterbitkan oleh penerbit mayor dan menjadi rujukan mahasiswa. Sementara itu, publikasi karya ilmiah dan jurnal sebanyak 35 yang telah diterbitkan pada jurnal ilmiah nasional hingga internasional.

Sebagai pakar yang bergelut pada bidang ekonomi, penelitiannya memang kerapkali menyasar kelompok menengah ke bawah di bantaranya petani garam dan nelayan.

Bahkan, beberapa penelitian di tahun terakhir ini ia menerapkan Model Mengembangkan Kemandirian Petani Garam Melalui Literasi Keuangan-Portfolio Investasi untuk Akses Modal, Produktivitas dan Informasi Pasar (Jabar-Cirebon, Jateng Pati, Jatim-Sampang). Penelitian tersebut berhasil didanai KemenristekBRIN.

Penelitian berikutnya, Model Menumbuhkembangkan Kemandirian Budaya Menabung (Investasi) Melalui Pengenalan Literasi Keuangan dan Portofolio Investasi Di Kalangan Nelayan dan Pedagang Kaki Lima juga berhasil didanai KemenristekBRIN.

“Dari total pendampingan tersebut setidaknya ada 90 petani garam dan nelayan yang mulai memahami literasi keuangan yang kemudian akhirnya berhasil kami dampingi dan bukakan rekening dana pensiun melalui Dana Pensiun Lembaga Keuangan Bank Rakyat Indonesia, selanjutnya mereka meneruskan,” ungkap Didin.

Menurut dia, hal ini untuk menumbuhkembangkan kemandirian budaya menabung (investasi ) karena selama ini banyak masyarakat yang beranggapan bahwa dana pensiun hanya bisa dimiliki PNS atau karyawan-karyawan di sebuah perusahaan.

Ia menjelaskan, persiapan pensiun tentunya dibutuhkan. Semakin dini mulai menabung untuk dana pensiun, tentunya semakin cerah masa depan.

Pensiun merupakan masa transisi dari dunia kerja ke masa istirahat. Fase ini merupakan masa ketika seseorang tidak lagi memiliki penghasilan rutin seperti saat masih bekerja.

“Karena itu, penting untuk mempersiapkan dana pensiun sejak dini guna menjaga stabilitas keuangan dan mencegah terjadinya kesulitan finansial di masa pensiun,” tutur Didin.

Dalam pengukuhan Guru Besar di UM Surabaya Didin menyampaikan orasi ilmiah yang berjudul, “Implementasi keuangan makroekonomi, korporasi dan personal menuju sehat finansial di era ekonomi digital (Financial Behavior).”

Dalam pengukuhan tersebut turut dihadiri Rektor UM Surabaya Dr. dr. Sukadiono, MM beserta jajaran, Kepala LLDIKTI wilayah VII Prof. Dr. Dyah Sawitri, SE,MM, Majelis Diktilitbang PP Muhammadiyah Prof. Dr. H. Thobroni dan pimpinan di lingkungan UM Surabaya. (wh)

Untuk mendapatkan update cepat silakan berlangganan di Google News

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini