Kelima, kesalehan dalam menulis (media sosial)
Di era distrust, sulit membedakan kebenaran dan validitas yang hakiki.
Setiap jari-jemari seolah-menjadi pakar dalam berbagai perspektif kehidupan.
Sehingga apa yang dilihat apa yang dibaca dalam media sosial (medsos) tanpa melalui filter dan tabayyun yang pasti langsung berkomentar, membuat status, share ke berbagai WA grup tanpa mencari tahu kebenarannya.
Perilaku anomali netizen yang enggan melakukan validasi dan mencari tahu kebenaran ini ditulis oleh Tom Nichols berjudul The Death of The Expert (Era Matinya Kepakaran).
Ia memberikan gambaran sebuah Kebenaran hakiki bersumber dari validitas akan dikalahkan dengan kebohongan yang berulang-ulang, dan fake serta framing yang viral.
Indonesia sebagai salah satu Negara berpenduduk terbesar Dunia, pengguna Media Sosial tercatat 210 juta, Nomor 3 dunia setelah India.
Sebuah platform media telekomunikasi dalam risetnya menyebutkan penduduk Indonesia Usia 9 tahun-35 tahun memegang/menggunakan gadget 500-600 kali dalam 24 jam.
Artinya, setiap 2 menit Usia 9-35 tahun penduduk Indonesia mengonsumsi medsos dengan berbagai platform.
Bisa dibayangkan, jika para pengguna medsos terbesar ini tidak bijak, tidak mampu saring sebelum sharing (saleh bermedsos) sesungguhnya kehadiran teknologi internet justru akan menghadirkan mudarat.
Tetapi jika aktivitas tulisan kita menghasilkan kebaikan dan Kemaslahatan/kesalehan justru Allah memerintahkan untuk menulis.
Tahukah Anda, ayat terpanjang dalam Alquran menjelaskan tentang apa, satu ayat tetapi panjangnya satu halaman penuh?
Jawabannya adalah perintah dan ayat tentang pentingnya tulis-menulis, terdapat dalam Surat Al Baqarah ayat ke-282.
Wallohul musta’aan. (*)
Untuk mendapatkan update cepat silakan berlangganan di Google News