Kehinaan Penduduk Negeri di Tengah Hamparan Kenikmatan
Ilustrasi foto: solmonstar.live
UM Surabaya

Allah memberi perumpamaan suatu komunitas yang dihamparkan sejumlah kenikmatan tetapi justru ingkar sehingga Allah menghinakannya.

Bani Israil merupakan contoh empiris komunitas yang mengalami hamparan kenikmatan tetapi penduduknya terhina.

Hamparan Kenikmatan

Tidak pernah ada komunitas yang melakukan pengkhianatan seperti Bani Israil. Secara kasat mata Allah menurunkan sejumlah kenikmatan amat besar.

Nabi agung mendampingi mereka, sehingga menempatkan dirinya sebagai komunitas yang unggul daripada komunitas lain.

Allah pun mengabadikan hal ini sebagaimana firman-Nya :

يٰبَنِيْۤ اِسْرَآءِيْلَ اذْكُرُوْا نِعْمَتِيَ الَّتِيْۤ اَنْعَمْتُ عَلَيْكُمْ وَاَ نِّيْ فَضَّلْتُكُمْ عَلَى الْعٰلَمِيْنَ

“Wahai Bani Israil! Ingatlah nikmat-Ku yang telah Aku berikan kepadamu, dan Aku telah melebihkan kamu dari semua umat yang lain di alam ini (pada masa itu).” (QS. Al-Baqarah: 47)

Allah pun menunjukkan beberapa kenikmatan agung kepada Bani Israil. Pertama, dibebaskan dari kekejaman Fira’un.

Hal ini dinarasikan Allah sebagai berikut :

وَاِ ذْ نَجَّيْنٰکُمْ مِّنْ اٰلِ فِرْعَوْنَ يَسُوْمُوْنَكُمْ سُوْٓءَ الْعَذَا بِ يُذَبِّحُوْنَ اَبْنَآءَكُمْ وَيَسْتَحْيُوْنَ نِسَآءَكُمْ ۗ وَفِيْ ذٰلِكُمْ بَلَآ ءٌ مِّنْ رَّبِّكُمْ عَظِيْمٌ

“Dan (ingatlah) ketika Kami menyelamatkan kamu dari (Fir’aun dan) pengikut-pengikut Fir’aun. Mereka menimpakan siksaan yang sangat berat kepadamu. Mereka menyembelih anak-anak laki-lakimu dan membiarkan hidup anak-anak perempuanmu. Dan pada yang demikian itu merupakan cobaan yang besar dari Tuhanmu.” (QS. Al-Baqarah : 49)

Bani Israil mengalami langsung kekejaman Fir’aun yang ditenggelamkan di saat melakukan puncak kejahatan.

Kedua, terbelahnya air laut. Bani Israil melihat langsung terbelahnya laut dan menyaksikan Fir’aun, pemimpin sangat dzalim dihinakan beserta pengikutnya di laut Merah.

Hal ini diabadikan Allah sebagaimana firman-Nya :

وَاِ ذْ فَرَقْنَا بِكُمُ الْبَحْرَ فَاَ نْجَيْنٰکُمْ وَاَ غْرَقْنَاۤ اٰلَ فِرْعَوْنَ وَاَ نْتُمْ تَنْظُرُوْنَ

“Dan (ingatlah) ketika Kami membelah laut untukmu sehingga kamu dapat Kami selamatkan dan Kami tenggelamkan (Fir’aun dan) pengikut-pengikut Fir’aun, sedang kamu menyaksikan.” (QS. Al-Baqarah : 50)

Ketiga, mendapatkan kitab dan Nabi. Allah memberikan keutamaan berupa petunjuk dan nabi sebagai pembawa kitabnya. Kitab suci itu berisi petunjuk yang dibacakan oleh Nabi secara langsung kepada mereka.

Keempat, makanan dari langit. Allah memberi makanan yang siap saji dan mudah diperoleh, yakni Manna dan Salwa.

Manna adalah makanan berwarna putih rasanya manis. Sementara Salwa adalah sejenis unggas atau burung siap saji. Bukannya bersyukur, mereka justru berbuat dzalim.

Hal ini sebagaimana firman-Nya:

وَظَلَّلْنَا عَلَيْکُمُ الْغَمَا مَ وَاَ نْزَلْنَا عَلَيْكُمُ الْمَنَّ وَا لسَّلْوٰى ۗ كُلُوْا مِنْ طَيِّبٰتِ مَا رَزَقْنٰكُمْ ۗ وَمَا ظَلَمُوْنَا وَلٰـكِنْ كَا نُوْاۤ اَنْفُسَهُمْ يَظْلِمُوْنَ

“Dan Kami menaungi kamu dengan awan dan Kami menurunkan kepadamu manna dan salwa. Makanlah (makanan) yang baik-baik dari rezeki yang telah Kami berikan kepadamu. Mereka tidak menzalimi Kami, tetapi justru merekalah yang menzalimi diri sendiri.”
(QS. Al-Baqarah : 57)

Kelima, mata air memancar. Allah memberi kenikmatan secara langsung dengan terpancarnya 12 sumber mata air, sesuai jumlah suku Bani Israil.

Hal ini diabadikan Allah sebagaimana firman-Nya :

وَاِ ذِا سْتَسْقٰى مُوْسٰى لِقَوْمِهٖ فَقُلْنَا اضْرِبْ بِّعَصَا كَ الْحَجَرَ ۗ فَا نْفَجَرَتْ مِنْهُ اثْنَتَا عَشْرَةَ عَيْنًا ۗ قَدْ عَلِمَ کُلُّ اُنَا سٍ مَّشْرَبَهُمْ ۗ کُلُوْا وَا شْرَبُوْا مِنْ رِّزْقِ اللّٰهِ وَلَا تَعْثَوْا فِيْ الْاَ رْضِ مُفْسِدِيْنَ

“Dan (ingatlah) ketika Musa memohon air untuk kaumnya, lalu Kami berfirman, “Pukullah batu itu dengan tongkatmu!” Maka memancarlah darinya dua belas mata air. Setiap suku telah mengetahui tempat minumnya (masing-masing). Makan dan minumlah dari rezeki (yang diberikan) Allah dan janganlah kamu melakukan kejahatan di bumi dengan berbuat kerusakan.” (QS. Al-Baqarah : 60)

Kehinaan Pasca Kedurhakaan

Allah menghinakan karena di puncak kenyamanan justru melakukan kedurhakaan. Puncak kedurhakaan itu karena memprotes dan meminta kenikmatan yang lain.

Karena kenikmatan yang dikaruniakan kepadanya dipandang membosankan. Hal ini dinarasikan Allah sebagaimana firman-Nya :

وَاِ ذْ قُلْتُمْ يٰمُوْسٰى لَنْ نَّصْبِرَ عَلٰى طَعَا مٍ وَّا حِدٍ فَا دْعُ لَنَا رَبَّكَ يُخْرِجْ لَنَا مِمَّا تُنْبِۢتُ الْاَ رْضُ مِنْۢ بَقْلِهَا وَقِثَّـآئِهَا وَفُوْمِهَا وَعَدَسِهَا وَ بَصَلِهَا ۗ قَا لَ اَتَسْتَبْدِلُوْنَ الَّذِيْ هُوَ اَدْنٰى بِا لَّذِيْ هُوَ خَيْرٌ ۗ اِهْبِطُوْا مِصْرًا فَاِ نَّ لَـکُمْ مَّا سَاَ لْتُمْ ۗ وَضُرِبَتْ عَلَيْهِمُ الذِّلَّةُ وَا لْمَسْکَنَةُ وَبَآءُوْ بِغَضَبٍ مِّنَ اللّٰهِ ۗ ذٰلِكَ بِاَ نَّهُمْ كَا نُوْا يَكْفُرُوْنَ بِاٰ يٰتِ اللّٰهِ وَيَقْتُلُوْنَ النَّبِيّٖنَ بِغَيْرِ الْحَـقِّ ۗ ذٰلِكَ بِمَا عَصَوا وَّكَا نُوْا يَعْتَدُوْن

“Dan (ingatlah), ketika kamu berkata, “Wahai Musa! Kami tidak tahan hanya (makan) dengan satu macam makanan saja maka mohonkanlah kepada Tuhanmu untuk kami agar Dia memberi kami apa yang ditumbuhkan bumi, seperti sayur-mayur, mentimun, bawang putih, kacang adas, dan bawang merah.”

Dia (Musa) menjawab, “Apakah kamu meminta sesuatu yang buruk sebagai ganti dari sesuatu yang baik? Pergilah ke suatu kota, pasti kamu akan memperoleh apa yang kamu minta.” Kemudian, mereka ditimpa kenistaan dan kemiskinan dan mereka (kembali) mendapat kemurkaan dari Allah. Hal itu (terjadi) karena mereka mengingkari ayat-ayat Allah dan membunuh para nabi tanpa hak (alasan yang benar). Yang demikian itu karena mereka durhaka dan melampaui batas.” (QS. Al-Baqarah : 61)

Kenikmatan yang demikian beragam justru melahirkan perbuatan yang melampaui batas. Mereka bukan hanya durhaka kepada ajaran Nabinya, tetapi juga ingin membunuhnya.

Di puncak Kedurhakaan itu, mereka dihinakan dan wajahnya diubah menjadi kera.

Indonesia bisa jadi negara yang mendapatkan hamparan nikmat. Sumber daya alam yang melimpah, tanah yang subur, sumber mata air yang banyak, pepohonan dan hutan yang rindang dengan beragam buah dan hewan.

Namun penduduknya mengalami kesengsaraan dan penderitaan yang tak berujung. Kolonialisme luar dan dalam telah menggerogoti sumber daya alam. Mereka berdua berkolaborasi mengeksploitasi kekayaan alam.

Kolonialisme luar adalah penjajah dari negara lain, sementara kolonialisme dalam adalah para elite negeri sendiri yang satu visi dengan kolonialisme luar.

Kondisi inilah yang mirip dengan kondisi Bani Israil di mana penduduknya tidak mengikuti perintah nabinya, sementara umat Islam tidak berpegang teguh pada ajaran Islam. Maka Allah menghinakan keduanya. (*)

Penulis: Dr. SLAMET MULIONO REDJOSARI, Wakil Ketua Majelis Tabligh Muhammadiyah Jawa Timur

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini