Allah menunjukkan adanya sekelompok manusia yang mendeklarasikan sebagai orang suci tapi mengotori diri.
Yahudi dan Nasrani sebagai representasinya, karena mengampanyekan sebagai kelompok masyarakat yang menyebarkan kebaikan. Namun perilakunya justru mengotori diri.
اَلَمْ تَرَ اِلَى الَّذِيْنَ يُزَكُّوْنَ اَنْفُسَهُمْ ۗ بَلِ اللّٰهُ يُزَكِّيْ مَنْ يَّشَآءُ وَلَا يُظْلَمُوْنَ فَتِيْلًا
“Tidakkah engkau memperhatikan orang-orang yang menganggap dirinya suci (orang Yahudi dan Nasrani)? Sebenarnya Allah menyucikan siapa yang Dia kehendaki dan mereka tidak dizalimi sedikit pun.” (QS. An-Nisa’ : 49)
Kedua kelompok ini mengagungkan Uzair sebagai anak Tuhan (Yahudi), sebagaimana Isa bin Maryam (Nasrani) hingga menyembahnya.
Perilaku mereka menyelisihi nabinya sehingga sejarah dipenuhi dosa tangan-tangan mereka.
Dalam konteks sekarang ini, Yahudi dan Nasrani memelopori penegakan Hak Asasi Manusia (HAM) namun mereka membiarkan pelanggaran HAM kepada kelompok lain (kaum muslimin).
Mereka juga bekerjasama menjajah dan mengeksploitasi kekayaan kamu muslimin namun menggaungkan nilai-nilai perdamaian dan tegaknya keadilan.
Mereka mengakui eksistensi kelompok LGBT sebagai pola hidup orang modern dan patut memperoleh kebebasan hidup.
Mereka juga menggaungkan tersebarnya kebebasan beragama tetapi membiarkan kaum muslimin mengalami tekanan dalam menjalankan syariat agamanya. Semua itu merupakan kontradiksi.
Inilah wujud adanya sebagai kelompok yang menyucikan diri tetapi perilakunya penuh dengan pertumpahan darah.
Menghidupkan Pemberhalaan
Alquran juga menunjukkan bahwa Yahudi dan Nasrani mendeklarasikan dirinya sebagai kelompok paling maju dan lebih baik dalam berpegang pada nilai-nilai ketuhanan.
Namun mereka percaya adanya kekuatan yang sebenarnya melekat banyak dipenuhi kelemahan. Mereka menolak kekuatan Allah seraya mengunggulkan pemberhalaan.
Hal ini dinarasikan Allah sebagaimana firman-Nya :
اَلَمْ تَرَ اِلَى الَّذِيْنَ اُوْتُوْا نَصِيْبًا مِّنَ الْكِتٰبِ يُؤْمِنُوْنَ بِا لْجِبْتِ وَا لطَّا غُوْتِ وَيَقُوْلُوْنَ لِلَّذِيْنَ كَفَرُوْا هٰۤؤُلَآ ءِ اَهْدٰى مِنَ الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا سَبِيْلًا
“Tidakkah engkau memperhatikan orang-orang yang diberi bagian dari Kitab (Taurat)? Mereka percaya kepada Jibt dan Tagut, dan mengatakan kepada orang-orang kafir (musyrik Mekah), bahwa mereka itu lebih benar jalannya daripada orang-orang yang beriman.” (QS. An-Nisa’ : 51)
Orang Yahudi dan Nasrani pun percaya kepada praktik pemberhalaan kepada selain Allah. Mereka pun menciptakan praktik-praktik khurafat dengan berbagai angan-angan kosong, sebagaimana dipaparkan Alquran sebagai berikut :
وَّلَاُ ضِلَّـنَّهُمْ وَلَاُ مَنِّيَنَّهُمْ وَلَاٰ مُرَنَّهُمْ فَلَيُبَـتِّكُنَّ اٰذَا نَ الْاَ نْعَا مِ وَلَاٰ مُرَنَّهُمْ فَلَيُغَيِّرُنَّ خَلْقَ اللّٰهِ ۗ وَمَنْ يَّتَّخِذِ الشَّيْطٰنَ وَلِيًّا مِّنْ دُوْنِ اللّٰهِ فَقَدْ خَسِرَ خُسْرَا نًا مُّبِيْنًا
“Dan pasti akan kusesatkan mereka, dan akan kubangkitkan angan-angan kosong pada mereka, dan akan kusuruh mereka memotong telinga-telinga binatang ternak, (lalu mereka benar-benar memotongnya), dan akan aku suruh mereka mengubah ciptaan Allah, (lalu mereka benar-benar mengubahnya).” Barang siapa menjadikan setan sebagai pelindung selain Allah, maka sungguh, dia menderita kerugian yang nyata.” (QS. An-Nisa’ : 119)
Kepercayaan dan angan-angan kosong itu diilhami oleh bisikan setan sehingga mereka hidup dalam kesesatan dan penyimpangan.
Oleh karena penyimpangan yang demikian jauh dan mengajak manusia untuk mengikutinya maka Allah melaknat mereka dan dijerumuskan ke dalam neraka tanpa ada pertolongan.
Hal ini sebagaimana Allah abadikan dalam Alquran:
اُولٰٓئِكَ الَّذِيْنَ لَعَنَهُمُ اللّٰهُ ۗ وَمَنْ يَّلْعَنِ اللّٰهُ فَلَنْ تَجِدَ لَهٗ نَصِيْرًا
“Mereka itulah orang-orang yang dilaknat Allah. Dan barang siapa dilaknat Allah, niscaya engkau tidak akan mendapatkan penolong baginya.”(QS. An-Nisa’ : 52). (*)
Penulis: Dr. SLAMET MULIONO REDJOSARI, Wakil Ketua Majelis Tabligh Muhammadiyah Jawa Timur