*) Oleh: Dr. Nurbani Yusuf
Ada tujuh orang yang masih saya ingat namanya: Kang Supingi, Kang Painu, Kang Man, Mak Rukemi, Mak Rubi, Mak Supinah dan Mbak Nik yang selalu rajin bertanya:
“Bapakmu posone, kapan?”
“Senen,” jawabku.
Dia akhir Ramadan mereka bertanya lagi:
“Bapakmu riyoyo, kapan?
“Rebo,” jawabku
***
Mereka bukan muttabi tapi muqallid pada bapakku. Mereka tidak baca kitab, tidak baca hadis, tidak baca fatwa tarjih juga tak kenal maklumat.
Mereka adalah Muhammadiyah generasi salaf di rantingku. Pekerjaan mereka sama: buruh. Sekolah SR tidak tamat dan sebagian buta huruf baik latin atau huruf Hijaiyah.
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah dan Ibnu Hazm bersepakat bahwa dalil bagi orang awam adalah kiainya.
Jangan cela mereka, sebab taqlid sesuai dengan kemampuannya justru kalau mereka diajak berijtihad malah bakal merusak hukum syariat .
Bagi Mbak Nik, Yu Tumiati, Kang Painu atau Kang Parman yang tidak bisa membaca Al-Qur’an apalagi menulis, tidak punya HPT, apalagi kutub Sit-ah: jargon kembali kepada Al-Qur’an dan Sunah Maqbullah bermakna: ‘Taqlid kepada ulama-ulama atau kiai di Persyarikatan yang fatwa dan amalannya dianggap sesuai dengan Kitabullah dan Sunah yang sahih’.