*) Oleh: Dr. Slamet Muliono Redjosari
Salah satu penyebab yang membuat peradaban umat Islam terus mengalami kemunduran moral disebabkan terhentinya fungsi akal. Akal terhenti dalam memahami Al-Qur’an, sehingga tirai cahayanya tenggelam.
Petunjuk agung selama ini hanya dibaca tanpa memfungsikan peran akal dalam memahami ayat-ayat secara memadai.
Padahal Allah mendorong manusia untuk men-tadabburi Al-Qur’an guna terungkap nilai-nilai agung yang nantinya akan memandu dan menyinari peradaban masyarakat.
Kaum muslimin tersibukkan dengan duniawi sehingga membiarkan Al-Qur’an berjalan tanpa disapa dengan piranti akal, sehingga cahaya Al-Qur’an terpendam.
Cahaya Al-Qur’an
Allah menurunkan Al-Qur’an sebagai pemandu sekaligus cahaya bagi manusia. Hal ini ditegaskan di berbagai ayat Al-Qur’an, namun kebanyakan manusia mempertanyakan atau meragukannya.
Di sisi lain, sebagian kaum muslimin mempercayai Al-Qur’an sebagai mukjizat, namun kurang maksimal dalam mengambil hikmah. Mereka hanya melantunkan saja tanpa dilanjutkan dengan pendalaman.
Padahal Allah memberi bekal manusia berupa akal untuk menggali dan mengambil hikmahnya. Akal memiliki potensi besar untuk membuka tirai keagungan ketika dimanfaatkan secara maksimal.
Al-Qur’an menyatakan bahwa ketika firman Allah ini akan memunculkan keberkahan baik di langit dan di bumi ketika direnungkan secara mendalam. Hal ini ditegaskan Allah sebagaimana firman-Nya :
كِتٰبٌ اَنْزَلْنٰهُ اِلَيْكَ مُبٰرَكٌ لِّيَدَّبَّرُوْۤا اٰيٰتِهٖ وَلِيَتَذَكَّرَ اُولُوا الْاَ لْبَا بِ
“Kitab (Al-Qur’an) yang Kami turunkan kepadamu penuh berkah agar mereka menghayati ayat-ayatnya dan agar orang-orang yang berakal sehat mendapat pelajaran.” (QS. Sad : 29)