Weigh House Nijmegen Hingga Masjid di Travnik Bosnia
Gedung weigh house dari dekat. foto: dok/pri
UM Surabaya

*) Oleh: Achmad Hidayatullah,
Dosen UM Surabaya dan Ketua PCIM Hongaria

Sekitar jam 10 pagi pada musim summer, saya terbangun dari tidur setelah terlelap habis salat subuh.

Pada musim summer, waktu siang sangat panjang, sementara waktu malam sangat pendek. Misalkan, pukul 20.30, masih ada matahari. Sehingga waktu tidur juga semakin pendek karena jam 3 harus bangun untuk salat subuh.

Pada saat terbangun tersebut, saya buka e-mail. Ada pemberitahuan dalam kotak masuk saya. Pesan tersebut menyatakan bahwa paper saya diterima dan layak untuk dipresentasikan dalam konferensi EAPRIL. Konferensi ini merupakan salat satu konferensi yang juga bagus untuk dalam bidang pendidikan.

Pada tahun 2022, konferensi ini dilaksanakan di HAN University, Nijmegen, Belanda. Setelah saya mengabarkan ke fakultas, dan kampus kemudian menanggung pembiayaannya.

Jadi fiks, tekad saya sudah bulat, akan berangkat ke konferensi tersebut. Kemudian saya mulai mencari tiket keberangkatan yang murah.

Untuk tiket kepulangan, karena tidak ada tiket murah, saya pilih harga paling rendah dengan penerbangan dari Eindhoven ke Bosnia. Yang kemudian akan menjadi pengalaman berharga saat di Bosnia. Ini akan saya ceritakan juga berikutnya dalam cerita singkat ini.

Dari Eindhoven, saya memilih ikut bis ke pusat kota sekitar 15 menit. Bersama saya keliling di kota tersebut. Ya, Kota Eindhoven adalah kota modern.

Bangunannya tidak semuanya bercorak klasik seperti Amsterdam. Saya berkeliling ke pasar tradisional, dan kemudian mampir ke stadion PSV Eindhoven.

Stadion ini ada di kota, tidak jauh dari rumah penduduk. Mudah di akses dengan jalan kaki maupun transportasi publik. Di depan pintu utama stadion, terdapat beberapa monumen telapak kaki para pemain legendaris mereka. Misalkan, Ruud Van Nistelrooy dan Mateja Kezman.

Sama seperti stadion pada umumnya, di bagian luar stadion juga terdapat toko jersey resmi PSV Eindhoven. Saya masuk ke dalamnya melihat jersey hingga jaket.

Harganya memang cukup lumayan mahal kalau dibeli dengan rupiah. Setelah selesai berkeliling di Eindhoven, saya melangsungkan perjalanan ke Kota Nijmegen.

Saya menggunakan flix bus, bisa yang berkeliling antarnegara di Eropa, dan terkadang menyediakan harga miring.

Melalui aplikasi saya mendapatkan tiket dengan harga sangat murah, hanya 3 Euro, atau sekitar 50 ribu. Setelah satu jam, akhirnya sampai juga di kota Nijmegen.

Kota ini lebih unik dari kota sebelumnya. Nijmegen adalah kota paling tua dan kota paling luas di negeri kincir angin tersebut. Bahkan, dalam sejarah disebutkan, pada abad ke 1 SM, bangsa Romawi pernah membangun kamp militer di kota tersebut. Digambarkan kota tersebut dulu sangat strategis untuk militer.

Pada alun-alun kota terdapat pasar yang sangat terkenal, Grote Market. Jika Anda berjalan di pusta kota ini, dari berbagai sudut sangat ramai dengan pejalan kaki.

Memang sebagian pertokoan dan bangunan sudah menggunakan gaya modern. Tetapi untuk pusat kota ini, grote market adalah yang paling menarik.

Karena selain memiliki nilai sejarah, di Grote Market ini pula terdapat bangunan ikonik Weigh House atau De Waag. Bangunan yang sangat eksotik, klasik tersebut dibangun pada tahun 1613, dan di desain oleh seorang arsitek Bernama Cornelis Janssen Van Delft.

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini