Menginsyafi Ujian dari Allah

Manusia itu adalah salah satu makhluk Allah yang paling istimewa. Mereka adalah makhluk yang mudah menyesuaikan diri dengan lingkungannya, sehingga kita bisa dapati manusia yang menyebar di muka bumi ini sangat beragam.

Ada manusia yang mampu hidup di bawah nol derajat seperti manusia manusia kutub, ada manusia yang hidup di suhu udara yang sangat panas seperti orang Arab, dan ada manusia yang hidup di udara yang pas-pasan seperti orang yang hidup digaris khatulistiwa.

Manusia-manusia dengan berbagai macam daya tahannya disertai beberapa karakternya yang sesuai dengan lingkungannya.

Betapa pun manusia itu berbeda ukuran dan karakternya tapi manusia itu tetap membutuhkan adanya Tuhan, sebagai pegangan dalam kehidupannya.
Agar manusia itu bisa hidup bahagia didunia maupun di akhirat, maka Allah memberi petunjuk kepada mereka

Namun manusia juga berbeda beda dalam menanggapi petunjuk Allah tersebut.

Ada yang mengimani atau mempercayai seratus persen ayat ayat Allah tersebut, namun ada juga yang memanfaatakan ayat ayat Allah yang sesuai diimani yang tidak sesuai diingkari, dan ada pula yang seratus persen menolak petunjuk Allah.

Agar manusia di dunia kelihatan benar apa yang diucapkan atau pun dusta apa yang diucapkan, Allah pasti menguji hambanya ketika manusia itu hidup di dunia.

Hal itu sebagaimana ditunjukkan Allah dalam ayatnya:

الۤمۤ ۝ أَحَسِبَ ٱلنَّاسُ أَن یُتۡرَكُوۤا۟ أَن یَقُولُوۤا۟ ءَامَنَّا وَهُمۡ لَا یُفۡتَنُونَ ۝ وَلَقَدۡ فَتَنَّا ٱلَّذِینَ مِن قَبۡلِهِمۡۖ فَلَیَعۡلَمَنَّ ٱللَّهُ ٱلَّذِینَ صَدَقُوا۟ وَلَیَعۡلَمَنَّ ٱلۡكَـٰذِبِینَ

“Alif Lam Mim, Apakah manusia mengira bahwa mereka akan dibiarkan hanya dengan mengatakan, “Kami telah beriman,” dan mereka tidak diuji? Dan sungguh, Kami telah menguji orang-orang sebelum mereka, maka Allah pasti mengetahui orang-orang yang benar dan pasti mengetahui orang-orang yang dusta.” [Surat Al-Ankabut: 1 – 3]

وَلَنَبۡلُوَنَّكُمۡ حَتَّىٰ نَعۡلَمَ ٱلۡمُجَٰهِدِينَ مِنكُمۡ وَٱلصَّٰبِرِينَ وَنَبۡلُوَاْ أَخۡبَارَكُمۡ

“Dan sungguh, Kami benar-benar akan menguji kamu sehingga Kami mengetahui orang-orang yang benar-benar berjihad dan bersabar di antara kamu; dan akan Kami uji perihal kamu.” [Surat Muhammad: 3]

Jadi, setiap orang yang mengaku beriman pada Allah mereka pasti akan diuji dengan berbagai peristiwa. Apakah mereka tetap istiqomah dengan pendiriannya atau sudah melenceng dari keistiqomahan tersebut.

Orang gampang ngomong apa saja, akan tetapi apakah benar omongan seseorang itu, apakah mereka berdusta terhadap omongannya tersebut, hal semacam itu akan nampak ketika orang tersebut diuji oleh Allah dengan berbagai macam ujian.

Ujian Allah bisa berupa ujian ketauhidan. Misalnya, apakah manusia hanya bergantung pada Allah saja ataukah mereka masih bergantung dengan sesuatu yang lain.

Saat manusia sakit sudah berobat kemana mana nggak sembuh sembuh, maka mereka akan diuji dengan dukun atau semacamnya. Kalau mereka tetap pada pendiriannya maka luluslah sebagai orang yang istikamah.

Juga orang yang tidak dikaruniai anak, apakah mereka tetap hanya berobat kedokter yang memiliki ilmunya atau justru mereka pergi kedukun atau yang semacamnya.

Orang yang mencari rezeki sudah ke mana-mana dirinya ditolak lamarannya, terus apakah mereka tetap yakin bahwa pemberi rezeki adalah Allah atau pergi ke dukun cari pesugihan itu juga merupakan ujian?

Pun kalau mereka sudah bekerja namun sudah lama ia bekerja tapi tak naik-naik jabatannya sehingga ia pergi ke orang pintar yang membuat jampi jampi, itu juga ujian.

Termasuk orang yang hidup miskin namun Allah kasihan padanya, maka ia diberi kekayaan agar mereka bisa mudah melaksanakan ibadah.

Akan tetapi ia kemudian lupa tugas utamanya dan sibuk dengan kesempatan-kesempatan mendapatkan rezeki yang melimpah, hingga lupa salat, lupa zakat, lupa puasa dan seterusnya.

Atau kemiskinan yang membuat ia lalai pada Zat pemberi kehidupan sehingga sibuk mencari rezeki saja tanpa memperhatikan aturan aturan yang dibuat Allah kepada mereka.

Termasuk ujian adalah kesalehan seseorang, apakah mereka menjadi sombong atau bertambah tawadhu kepada Allah?

Juga kefasikan seseorang, itu pun juga merupakan ujian yang datang dari Allah, apakah mereka merasa nyaman dengan kehidupan fasik tersebut.

وَقَطَّعۡنَٰهُمۡ فِي ٱلۡأَرۡضِ أُمَمٗاۖ مِّنۡهُمُ ٱلصَّٰلِحُونَ وَمِنۡهُمۡ دُونَ ذَٰلِكَۖ وَبَلَوۡنَٰهُم بِٱلۡحَسَنَٰتِ وَٱلسَّيِّـَٔاتِ لَعَلَّهُمۡ يَرۡجِعُونَ

“Dan Kami pecahkan mereka di dunia ini menjadi beberapa golongan; di antaranya ada orang-orang yang saleh dan ada yang tidak demikian. Dan Kami uji mereka dengan (nikmat) yang baik-baik dan (bencana) yang buruk-buruk, agar mereka kembali (kepada kebenaran).” [Surat Al-A’raf: 168]

Ada tiga sebab kenapa Allah menurunkan ujian pada umat-Nya, yaitu :

1. Sebagai kaffarah atau penebus dosa, agar dosa-dosa kita terhapuskan atas sebab kesabaran kita dalam menghadapi ujian.

2. Untuk memberi pahala kepada kita. Kita akan mendapatkan pahala dari kesabaran kita dalam menghadapi ujian.

3. Allah SWT ingin meninggikan derajat kita. Dengan adanya ujian, akan diketahui siapa sebenarnya kita. Apakah kita termasuk mukmin yang benar, ataukah sebaliknya seorang munafik.

Di luar 3 hal di atas Allah telah berjanji dalam Alquran bahwa di balik kesusahan pasti ada kemudahan.

Maka, jangan pernah khawatir terhadap masalah yang tak berakhir, karena semua akan berakhir bila telah tiba waktunya. (*/tim)

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini