Sepenggal kisah ini satu di antara banyak kisah yang membuktikan derajat kemuliaan akhlak Rasulullah. Dalam situasi yang sangat ganjil aneh sekali pun, Rasulullah tetap menampilkan sisi tawadu, berpandangan jernih, dan memecahkan persoalan tanpa masalah yang lebih berat.

Si Badui tidak tersinggung dan marah, para sahabat pun mendapatkan ilmu berharga dari beliau. Tidak bisa dibayangkan andai para sahabat menyikapi dengan kasar dan berlebihan, sementara si Badui orang yang belum berilmu, pastilah akan menimbulkan dampak negatif yang lebih besar.

Mengomentari hadis riwayat muttafaqun alaih di atas, Imam Ibnu Hajar mengatakan bahwa kita itu harus bersikap lembut terhadap orang yang tidak tahu agama dan mengajarinya dengan baik tanpa perlu kasar.

Bahkan Imam Ibnu Majah dan Ibnu Hibban meriwayatkan, saat sudah mengerti Islam dengan baik, orang Arab Badui itu menghadap ke hadapan Nabi dan bersumpah sudah tidak pernah lagi mencaci maki dan menghina Islam.

Begitulah hendaknya sosok dai Persyarikatan Muhammadiyah, saat muncul komentar, sanggahan, serangan bahkan ungkapan yang melecehkan dari orang lain, hadapi dengan tenang dan menggembirakan.

Keberkahan dakwah Muhammadiyah hingga saat ini tak lepas dari kepribadian sang pendiri KH Ahmad Dahlan yang dikenal santun, tenang, memberikan solusi dan kemudahan bahkan menghadapi berbagai tantangan dakwah dg kepala dingin dan penuh hikmah.

Akhirnya Allah memberi berbagai keberkahan hingga hari ini.

Untuk menjadi efek jera, ternyata tidak harus mengedepankan hukuman. Terkadang kemudahan, senyuman dan perilaku kita yang santun membuat orang lain sadar dan berbesar hati untuk mengakui kesalahannya.

Karena itulah hadapi problematika dan tantangan dakwah ke depan dengan Ilmu, akhlak dan kedewasaan berpikir agar umat terdidik untuk berpikir sehat tidak grusa-grusu apalagi emosional.

Wallohu A’lam bisshowab. (*)

Untuk mendapatkan update cepat silakan berlangganan di Google News

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini