Di Palestina yang membutuhkan ideologi dan fanatisme kuat untuk terus melakukan perlawanan terhadap Zionsme-Israel, salafisme wahabisme justru tak bisa tumbuh. Sungguh ironis!
Salafisme wahabisme di negara-negara Indonesia, Malaysia, dan Balkan atau negara lainnya akan bergantung pada kebijakan politik Kerajaan Saudi Arabia
***
Pandangan Wahabi/Salafi sebagaimana disinggung di muka, pada awalnya hanya berkembang di Arab Saudi dan sebagian wilayah Timur Tengah seperti Yaman dan Jordan.
Paham ini kurang mampu berkembang luas di dunia muslim karena karakter paham Wahabi/Salafi yang tidak kompatibel dengan tradisi sufisme ataupun mazhab Sunni di belahan dunia muslim lainnya.
Wahabisme juga kurang berkembang di Palestina, tanah yang terus membutuhkan ideologi perlawanan yang kuat.
Faktor lain yang turut menghambat perkembangan Wahabi/Salafi adalah sikap pemerintah Arab Saudi yang cenderung inward looking dalam pengembangan ajaran Salafi dan Wahabi di dunia internasional.
Krisis politik dalam negeri Arab Saudi tampaknya menjadi titik krusial bagi perkembangan gerakan Wahabi/Salafi.
Dominasi Wahabi/Salaf mulai dipertanyakan oleh gerakan Al-sahwa al-Islamiyyah (Kebangkitan Islam) yang saat itu mulai berkembang di sejumlah universitas Arab Saudi.
Akar gerakan ini dapat ditelusuri dari tahun 1960-an ketika pemerintah Saudi membuka peluang bagi para aktivis Islam untuk tinggal di Saudi.
Para aktivis Islam yang melarikan diri ke Saudi kebanyakan adalah para aktivis Ikhwanul Muslimin dari Mesir dan Syria.
Pemerintah menampung mereka untuk mengelola berbagai lembaga pendidikan di Arab Saudi yang saat itu kekurangan tenaga pengajar.