Menunggu 12 Tahun, Bakul Klanting Sepanjang Ini Akhirnya Naik Haji
Maimunah bahagia bisa ke Tanah Suci. foto: slamet muliono/majelistabligh.id
UM Surabaya

Perjuangan Maimunah untuk pergi ke Tanah Suci sungguh berat. Namun berkat ketekunan dan ketekunannya dia bisa mewujudkan cita-cita dan impiannya itu.

Perempuan kelahiran Burneh, Bangkalan ini, sehari-hari jualan klanting, jajanan tradisional di Pasar Sepanjang, Sidoarjo.

Maimunah yang yang tinggal di kawasan Taman Sepanjang, meritis usahanya itu sejak tahun 1970. Ketika itu, klanting yang dijual masih dihargai Rp 5.

“Sekarang saya jualan klanting Rp. 5.000 per bungkus,” ujar Maimunah kepada majelistabligh.id, Ahad (2/6/2024) .

Sebelum tinggal di Sepanjang, Maimunah mengontrak rumah petak di Surabaya. Sewanya Rp 20 ribu per tahun. Dia tinggal bersama suaminya.

Maimunah tak bisa baca tulis latin, tapi dia bisa membaca Al-Qur’an dengan fasih. Meski tak bisa membaca, tapi kalau urusan duit Maimunah sangat teliti.

Maimunah membulatkan tekad untuk memenuhi panggilan Allah sejak lama. Dan pada tahun 2012, dia bersama suaminya mendaftar haji.

“Waktu itu saya mendaftar dengan dana talangan Rp 25 juta,” ungkap Maimunah.

Di tengah kegigihannya mengumpulkan dana untuk menutupi biaya haji, Maimunah menghadapi cobaan berat lantaran suaminya meninggal dunia.

Kuota suaminya kemudian dialihkah kepada ayahnya bersama ibunya. Belum jua kesampaian keinginannya, ayahnya berpulang dua, tahun 2014.

Maimunah berjuang untuk menutupi dana talangan dengan ikut arisan. Dalam waktu empat tahun dia bisa menutupi dana talangan tersebut.

Setelah dana talangan terbayar, Maimunah berjuang untuk melunasi seluruh biaya haji.
“Saya ikut arisan lagi selama toga tahun sampai bisa melunasinya. Setelah itu menunggu masa pemberangkatan,” tutur Maimunah.

Perempuan lima anak dan 11 cucu ini sangat bersyukur bisa berangkat haji kloter 56 Embarkasi Surabaya.

Selain gigih bekerja, Maimunah selalu menyisihkan pendapatannya untuk disedekahkan.

Dia menyediakan kaleng Infak untuk anak yatim, orang tua, pondok pesantren yang menjadi tempat belajar anak-anaknya. (slamet muliono)

Untuk mendapatkan update cepat silakan berlangganan di Google News

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini