وَ رَوَى اْلبُخَارِيُّ وَ مُسْلِمٌ: لَوْ اَنَّ اَحَدُكُمْ يَعْمَلُ فىِ صَخْرَةٍ صَمَّاءَ لَيْسَ لَهَا بَابٌ وَ لاَ كَوَّةٌ لَخَرَجَ عَمَلُهُ كَائِنًا مَا كَانَ. متفق عليه
“Seandainya salah seorang di antara kamu melakukan suatu perbuatan di dalam gua yang tidak ada pintu dan lubangnya maka amal itu tetap akan bisa keluar (tetap dicatat oleh Allah) menurut keadaannya.” (HR. Bukhari, Muslim)
Hadis tersebut menegaskan bahwa tidak ada amal yang luput dari pantauan Allah SWT. Tidak ada. Sekecil apa pun amal perbuatan yang sia-sia, baik itu berupa kebaikan atau keburukan semua akan dibalas oleh Allah.
Oleh karena itu, cukuplah Allah melalui malaikat nya mencatat kebaikan kita, tidak perlu netizen diikutsertakan.
Allah SWT berfirman:
فَمَن يَعْمَلْ مِثْقَالَ ذَرَّةٍ خَيْرًا يَرَهُۥ
“Barangsiapa yang mengerjakan kebaikan seberat dzarrahpun, niscaya dia akan melihat (balasan)nya.” (QS. Az-Zalzalah Ayat 7)
وَمَن يَعْمَلْ مِثْقَالَ ذَرَّةٍ شَرًّا يَرَهُۥ
“Dan barangsiapa yang mengerjakan kejahatan sebesar dzarrahpun, niscaya dia akan melihat (balasan)nya pula. (QS. Az-Zalzalah Ayat 7-8)
Inti amal dan penentu diterima-tidaknya suatu amal di sisi Allah adalah ikhlas. Amal tanpa ikhlas bagaikan kelapa tanpa isi, dan raga tanpa nyawa.
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
قَالَ اللَّهُ تَبَارَكَ وَتَعَالَى أَنَا أَغْنَى الشُّرَكَاءِ عَنِ الشِّرْكِ مَنْ عَمِلَ عَمَلاً أَشْرَكَ فِيهِ مَعِى غَيْرِى تَرَكْتُهُ وَشِرْكَهُ
“Allah Tabaroka wa Ta’ala berfirman: Aku sama sekali tidak butuh pada sekutu dalam perbuatan syirik. Barangsiapa yang menyekutukan-Ku dengan selain-Ku, maka Aku akan meninggalkannya (maksudnya: tidak menerima amalannya, pen) dan perbuatan syiriknya.” (HR. Muslim no. 2985, dari Abu Hurairah)