*) Oleh: Ubaidillah Ichsan, S.Pd,
Korps Mubaligh Muhammadiyah(KMM) PDM Jombang.
“He’s also human, sometimes he only realizes when he’s been slapped by circumstances.”
(Namanya juga manusia, terkadang baru akan sadar jika sudah ditampar oleh keadaan)
Kehidupan di dunia telah menjadi sebuah perjalanan spiritual bagi setiap manusia untuk mencapai tujuan akhir sejati, yaitu kebahagiaan abadi di akhirat.
Hal ini disebutkan dalam firman-Nya:
وَمَا هَٰذِهِ ٱلْحَيَوٰةُ ٱلدُّنْيَآ إِلَّا لَهْوٌ وَلَعِبٌ ۚ وَإِنَّ ٱلدَّارَ ٱلْءَاخِرَةَ لَهِىَ ٱلْحَيَوَانُ ۚ لَوْ كَانُوا۟ يَعْلَمُونَ
“Dan tiadalah kehidupan dunia ini melainkan senda gurau dan main-main. Dan sesungguhnya akhirat itulah yang sebenarnya kehidupan, kalau mereka mengetahui.” (QS. Al-Ankabut:64)
Dalam kajian agama, makna sejati dari kehidupan di dunia adalah sebagai ibadah kepada Allah SWT. Hal ini sejalan dengan firman Allah SWT dalam Surah Adz-Dzariyat ayat 56:
وَمَا خَلَقْتُ ٱلْجِنَّ وَٱلْإِنسَ إِلَّا لِيَعْبُدُونِ
“Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi kepada-Ku.” (QS.Adz-Dzariyat: 56)
Oleh karena itu, manusia harus berusaha untuk mewujudkan pemahaman yang mendalam tentang agama dan melaksanakan ibadah dengan baik.
Selain itu, manusia juga harus menjalankan amal saleh dan berbuat baik kepada sesama sebagai konsekuensi dari keimanan dan pengakuan terhadap keberadaan Allah SWT.
Semoga bermanfaat (*)
Untuk mendapatkan update cepat silakan berlangganan di Google News