Rekayasa Riset Pembangunan Jadi Penyebab Kerusakan Lingkungan
foto: european commission
UM Surabaya

Era modern terus mendorong manusia memaksimalkan kemampuan akal dan pikirannya untuk mempermudah kehidupan, mengotomatisasi kehidupan dengan berbagai cara, bahkan tidak jarang menimbulkan kerusakan pada alam.

Terjadinya kerusakan alam sering kali berimpitan sebagai alasan pembangunan. Manusia memang diberikan amanah oleh Tuhan sebagai khalifah atau pemimpin yang akan mengelola bumi ini dengan bekal akal dan hati.

Semakin ke sini, manusia bahkan menempatkan dirinya sebagai pusat kehidupan (antroposentris) yang mengarahkan semua urusan di dunia ini bisa diselesaikan oleh manusia, tak terkecuali.

Pola pandang tersebut memberi solusi dan kemudahan hidup, di satu sisi, namun di sisi lain melahirkan kerusakan.

Salah satunya adalah kerusakan lingkungan dan cepatnya perubahan iklim. Bahkan kedua fenomena ini menjadi ancaman serius manusia sekarang selain bom atom.

Banyak masalah lingkungan, kemudian menyebabkan banyak tempat yang sekarang tidak bisa lagi ditempati. Cuaca semakin ekstrem dan lain sebagainya. Ancaman perubahan iklim jauh lebih dahsyat ketimbang bom atom.

Yang paling ekstrem dari era antroposentris yang menyebabkan kerusakan lingkungan terjadi setelah Perang Dunia II.

Meski fenomena kerusakan alam terus berlanjut sampai sekarang, tapi manusia masih terus melakukan eksplorasi habis-habisan.

Kerusakan lingkungan, bagian dari Fasad fi al-Ardh atau kerusakan di muka bumi sebagai perbuatan yang dilarang oleh Tuhan.

Bahkan kerusakan alam dengan alasan pembangunan juga dilarang dengan tegas dalam Alquran.

Padahal bukti atas fenomena itu sudah luar biasa. Apalagi kalau terburu-buru, di mana sebuah kawasan ingin dibangun dengan perkembangan begitu rupa.

Melihat Ibu Kota Negara, Jakarta sekarang dan masa lalu, tentu sangat berbeda.

Dahulu, Jakarta dibangun oleh Belanda dengan perhitungan yang luar biasa dan indah, tapi kini Kota Jakarta sudah dianggap tidak layak menjadi Ibu Kota Negara.

Kenyataan tersebut menjadi kekhawatiran tersendiri, jika dengan rencana pembangunan kota-kota raksasa lain yang diperuntukkan sebagai tempat peradaban maju dan modern.

Kalaupun suatu saat kita bangun di Papua, kota raksasa misalnya, bisa-bisa nanti satu abad kemudian seperti yang lain.

Maka jangan mengabsolutkan sebuah rancang bangun dalam ruang kehidupan kita.

Bangun rancang ruang hidup manusia meski pun menggunakan ilmu pengetahuan dan teknologi, tetapi acap kali efek sampingnya adalah kerusakan lingkungan.

Lebih-lebih jika terjadi rekayasa riset untuk melegalkan kebijakan tentang pembangunan. Riset asli saja punya kelemahan, apalagi riset yang direkayasa.

Maka dari itu, Muhammadiyah hadir di bidang Perguruan Tinggi untuk mencerdaskan kehidupan umat, bangsa dan kemanusiaan universal.

Sebab mencerdaskan kehidupan bangsa bukan hanya satu dimensi, melainkan multidimensional untuk kemanfaatan manusia. (*)

(Disampaikan Ketua Umum PP Muhammadiyah Prof. Haedar Nashir di Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY), 12 Mei 2023)

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini