*) Oleh: Sigit Subiantoro,
Anggota Majelis Tabligh PDM Kabupaten Kediri
Baik atau buruknya lisan adalah cermin dari baik atau buruknya hati. Sebagaimana baik atau buruk yang keluar dari teko adalah cermin dari baik atau buruknya isi di dalam teko.
Lisan ibarat moncong teko, sedangkan hati adalah ibarat isi yang di dalam teko.
Jika yang sering keluar dari moncong teko adalah susu, maka isi di dalam teko itu adalah susu, dan jika yang sering keluar dari moncong teko adalah air kotor, maka isi di dalam teko adalah air kotor pula.
Begitu pun jika kita ingin mengetahui kualitas diri seseorang, maka perhatikan dari apa yang sering keluar dari lisannya, sebab lisan itu adalah cermin bagaimana keadaan hatinya.
Jika yang sering keluar dari lisannya adalah kata-kata buruk, maka sesungguhnya hatinya juga buruk.
Dan jika yang sering keluar dari lisannya adalah kata-kata baik, maka sesungguhnya hatinya baik juga.
Sebagaimana dalam hal ini Al-Imam Yahya bin Mu’adz rahimahullah juga memberikan sebuah gambaran:
“Hati itu bagaikan periuk dalam dada, yang menampung isi di dalamnya, sedangkan lisan itu bagaikan gayungnya. Lihatlah kualitas seseorang ketika dia berbicara. Karena lisannya itu akan mengambil apa yang ada dalam periuk yang ada dalam hatinya, baik rasanya itu manis, asam, segar, asin, atau selain itu. Rasa (kualitas) hatinya akan tampak dari lisannya.” (Hidayatul Auliya, 10/63)
Demikian juga Nabi shallallahu alaihi wasallam telah memberikan gambaran tentang hati, sabdanya:
“Tidaklah lurus iman seorang hamba hingga lurus hatinya, dan tidak lurus hatinya sampai lurus lisannya.” (Shahib at-Tarhib 2554 dari Anas bin Malik)
Semoga Allah memberi kita taufik dan hidayah agar lisan dan hati kita lurus, sehingga kita terhindar dari berbagai masalah di dunia dan kebangkrutan di akhirat.
Barakallahu fiikum. (*)
Untuk mendapatkan update cepat silakan berlangganan di Google News