Menembus Dunia Lain dengan Kecerdasan Spiritual
Ilustrasi: kharchoufa
UM Surabaya

*) Oleh: Masro’in Assafani, MA,
Wakil Ketua PDM Lamongan

Kecerdasan spiritual adalah kecerdasan jiwa yang membantu seseorang untuk mengembangkan dirinya secara utuh melalui penciptaan kemungkinan untuk menerapkan nilai-nilai positif. SQ merupakan fasilitas yang membantu seseorang untuk mengatasi persoalan dan berdamai dengan persoalannya itu. (Wikipedia)

Pemikiran yang begitu jernih, berjiwa tinggi di dalam memikirkan kehidupan setelah kematian, apa bekal? Setelah banyak berbekal, apakah bekal itu cukup?

Dari sinilah kemudian manusia menyiapkan amalan saleh untuk bekal dalam dunia lain, dunia ain ini adalah bisa alam kubur dan bisa alam akhirat.

Nah, orang yang memikirkan kehidupan setelah kematiannya. Inilah yang di sebut orang yang cerdas, sebagaimana sabda beliau sebagai berikut:

عَنِ ابْنِ عُمَرَ أَنَّهُ قَالَ : كُنْتُ مَعَ رَسُولِ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- فَجَاءَهُ رَجُلٌ مِنَ الأَنْصَارِ فَسَلَّمَ عَلَى النَّبِىِّ -صلى الله عليه وسلم- ثُمَّ قَالَ : يَا رَسُولَ اللَّهِ أَىُّ الْمُؤْمِنِينَ أَفْضَلُ قَالَ : « أَحْسَنُهُمْ خُلُقًا ». قَالَ فَأَىُّ الْمُؤْمِنِينَ أَكْيَسُ قَالَ : « أَكْثَرُهُمْ لِلْمَوْتِ ذِكْرًا وَأَحْسَنُهُمْ لِمَا بَعْدَهُ اسْتِعْدَادًا أُولَئِكَ الأَكْيَاسُ ».

“Dari Ibnu ‘Umar, ia berkata: Aku pernah bersama Rasūlullāh shallallāhu ‘alayhi wa sallam, lalu seorang Anshār mendatangi beliau, ia memberi salam dan bertanya:
“Wahai Rasūlullāh, mukmin manakah yang paling baik?”
Beliau bersabda:
“Yang paling baik akhlaknya.”
“Wahai Rasūlullāh, mukmin manakah yang paling cerdas?” Ia kembali bertanya.
Beliau bersabda:
“Yang paling banyak mengingat kematian dan yang paling baik dalam mempersiapkan diri untuk alam berikutnya, itulah mereka yang paling cerdas.”
(HR. Ibnu Mājah no. 4259. Dihasankan Syaikh Al-Albāniy rahimahullāh ).

Kandungan Hadis

1. Mukmin yang baik: “Dari Ibnu ‘Umar, ia berkata: Aku pernah bersama Rasūlullāh shallallāhu ‘alayhi wa sallam, lalu seorang Anshār mendatangi beliau, ia memberi salam dan bertanya: “Wahai Rasūlullāh, mukmin manakah yang paling baik? ”Beliau bersabda: “Yang paling baik akhlaknya.”

2. Mukmin yang cerdas; “Wahai Rasūlullāh, mukmin manakah yang paling cerdas?” a. Orang yang banyak mengingat kematian. Ia kembali bertanya. Beliau bersabda: “Yang paling banyak mengingat kematian. b. Bersiap diri ke alam berikutnya: “Yang paling baik dalam mempersiapkan diri untuk alam berikutnya, itulah mereka yang paling cerdas.”

Ibrah atau pelajaran yang bisa kita ambil;

– Berbudi baik merupakan nilai seseorang, di dalam hubungan sesama manusia serta lingkungan bahkan alam raya

– Mengingat kematian dan bersiap ke alam setela dunia ini menandakan kecerdasan seseorang, tentu inilah kecerdasan spiritual (iman dan takwa).

– Banyak istighfar (استغفر الله)، bagian dari ketawadhukan seorang manusia yang cerdas menembus alam lain atau dunia lain yakni akhirat.

Catatan

Berbaik budi kepada sesama di antaranya; menghormati orang lain, rendah hati, sopan santun, tutur kata yang lembut, ucapan yang tidak menyakitkan, bahasa yang menyejukkan hati orang lain, inilah bagian dari akhlak mulia.

Maka, berdasar dari akhlak yang mulia akan membawa manusia menjadi cerdas. Cerdas dengan berbekal ibadah (melakukan rukun Islam) untuk masa depan yaitu di alam kesendirian tanpa seorang teman.

Untaian Hikmah

“Akhlak mulia, ibadah kepada Tuhan Yang Maha Mulia ibarat petani yang sekali menanam tetapi dua kali memanen, memanen di dunia dan memanen di akhirat.”

Semoga Allah senantiasa membimbing dalam kebaikan dan selalu menanam bekal indah untuk akhirat. Ya Allah ampuni kami, berkahi dan rahmati kami. Aamiin. (*)

Untuk mendapatkan update cepat silakan berlangganan di Google News

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini