Pimpinan Wilayah Muhammadiyah (PWM) Jatim mengapreasiasi positif penyelenggaraan Focus Group Discussion (FGD) yang digelar Lembaga Hikmah dan Kebijakan Publik (LHKP) dan DPD RI.
Kegiatan Nderes Politik yang membahasa tema “Amandeman UUD’45 & Urgensinya Bagi Bangsa” itu memberi perspektif dan insight yang bagus dan berkemajuan bagi Muhammadiyah.
“Insya-Allah apa disampaikan daging semua, tidak ada durinya,” ujar Dr.Sholihin Fanani kepada majelistabligh.id, usai acara FGD di Aula Mas Mansur Gedung PWM Jatim, Jalan Kertomenanggal IV/1, Surabaya, Senin (15/7/2024).
Dalam FGD tersebut, hadir Ketua DPD RI AA La Nyalla Mahmud Mattalitti (keynote speaker), Dr. Mulyadi (Dosen Sekolah Kajian Stratejik dan Global Universitas Indonesia, Ichsanuddin Noorsy (Ekonom Indonesia) dan Muhammad Khoirul Abduh, MSi (Wakil Ketua PWM Jatim).
Kiai Sholihin juga menyampaikan kegembiraannya karena para narasumber adalah kader Muhammadiyah. Dr. Mulyadi yang dikenal sebagai akademisi sampai sekarang menjadi penasihat LHKP PP Muhammadiyah.
Pun dengan Ichsanuddin Noorsy. Ekonom Indonesia ini juga kader Muhammadiyah. Sampai sekarang dia sangat dekat dengan tokoh-tokoh Muhammadiyah, terlebih dengan Prof. Ahmad Syafii Maarif (karib disapa Buya Syafii) yang menjabat Ketua Umum PP Muhammadiyah tahun 1998-2005.
“Pak La Nyala Matalitti juga, putranya itu siswa SMP Muhammadiyah 5 Pucang Surabaya. Keponakannya sekolah di SD Muhammadiyah 4 Pucang Surabaya,” ungkap Kiai Sholihin.
Sholihin mengaku mengikuti acara dari awal sampai akhir. Hal itu diniatkan sejak awal karena urusan amandemen UUD ini merupakan masalah serius karena menyangkut kepentingan masyarakat secara luas.
“Saya sangat bangga terhadap para narasumber karena mengungkapkan fakta-fakta dengan data-data akurat, serta melandasinya dengan nilai-nilai agama,” ujar Kiai Sholihin.
Dia lalu menjelaskan, Nabi Muhammad saw telah mengingatkan pada 14 abad lalu, bahwa ada lima hal yang menyebabkan Allah SWT menurunkan azabnya.
Pertama, dosa zina yang dilakukan secara terang-terangan di suatu kaum. Perbuatan maksiat ini akan menyebabkan turunnya tha’un (wabah) dan penyakitpenyakit yang tidak pernah ada pada generasi sebelumnya.
Kedua, perilaku curang, seperti mengurangi takaran dan timbangan. Termasuk kezaliman penguasa, seperti pembunuhan, kerusakan, khianat, korupsi, dan lain-lain. Maka, ragam kejahatan ini akan menyebabkan kebangkrutan, paceklik, banyaknya tekanan, dan kesulitan hidup.
“Yang ketiga, enggan membayar zakat dan suka menahannya. Akibatnya, hujan dari langit pun akan ditahan. Sekiranya bukan karena hewan-hewan, niscaya manusia tidak akan diberi hujan,” tegasnya.
Keempat, sebuh Kiai Sholihin, melanggar perjanjian dengan Allah dan Rasul-Nya. Karena perbuatan ini, Allah akan menjadikan pihak musuh dari kalangan orang kafir dan munafik berkuasa ke atas mereka. Lalu, pihak musuh tersebut mengambil sebagian apa yang mereka miliki.
“Nah yang kelima adalah menyelisihi syariat Islam. Artinya, selama para pemimpin yang diberikan amanah kekuasaan itu tidak menjadikan agama sebagai dasar hukum dalam menjalankan kepemimpinannya, Allah akan menjadikan permusuhan di antara mereka,” katanya.
“Sepertinya yang disampaikan oleh Rasulullah tersebut semuanya telah terjadi di tengah-tengah masyarakat kita,” imbuh Kiai Sholihin.
Dia menambahkan, Muhammadiyah sejak awal berdirinya selalu memikirkan nasib bangsa Indonesia agar menjadi bangsa yang bermartabat, beradab, adil, makmur dan sejahtera lahir batin dunia.
Tentu dengan kondisi bangsa seperti saat ini, Muhammadiyah juga selalu memberikan pemikiran-pemikiran agar kehidupan berbangsa dan bernegara sesuai dengan UUD 45 dan nilai-nilai ajaran agama Islam.
“Kami berharap ke depannya kehidupan berbangsa dan bernegara semakin baik, adil, makmur dan sejahtera yang diridai oleh Allah SWT,” pungkasnya. (wh)
Untuk mendapatkan update cepat silakan berlangganan di Google News