Martabat Spiritual
foto: getty images
UM Surabaya

*) Oleh: Masro’in Assafani, MA
Wakil Ketua PDM Lamonga

Manusia dalam kehidupanya terbimbing dari pedoman hidup yang langsung dari Sang Maha Pencipta. Pedoman hidup tersebut yaitu Al-Qur’an dan sunah.

Maka barang siapa menggenggamnya dalam arah hidup maka akan berposisi ahsani taqwiim.

Memiliki kehormatan dan derajat didalam kehidupannya atau bermartabat, dikarenakan jiwanya gunduk kepada Tuhannya, hingga dikata mencapai martabat spiritual.

Martabat atau muruah adalah hak seseorang untuk dihargai dan dihormati dan diperlakukan secara etis. Martabat merupakan konsep yang penting dalam bidang moralitas, etika, hukum, dan politik, dan berakar dari konsep hak-hak yang melekat pada diri manusia dan tidak dapat dicabut dari Abad Pencerahan. (Wikipedia)

Spiritual adalah asal katanya dari bahasa Latin “spiritus” yang artinya napas dan “spirare” yang artinya bernapas.

Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), menjelaskan spiritual adalah istilah yang menggambarkan hubungan dekat dengan atau bersifat kejiwaan (rohani, batin).

Maka martabat spiritual adalah hasil dari ketauhidan dan peribadahan serta mewujudkan kesalehan dalam kehidupan.

Maka di sinlah manusia akan mendapatkan derajat ataupun tingkatan masing-masing sesuai amal yang dilakukan.

Wahyu Allah SWT:

وَلِكُلٍّ دَرَجٰتٌ مِّمَّا عَمِلُوْا ۗ وَمَا رَبُّكَ بِغَافِلٍ عَمَّا يَعْمَلُوْنَ

“Dan masing-masing orang ada tingkatannya, (sesuai) dengan apa yang mereka kerjakan. Dan Tuhanmu tidak lengah terhadap apa yang mereka kerjakan.” (QS. Al-An’am 6: Ayat 132)

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini